Bom Surabaya
Rumah Teroris Anton Lama Tak Ditinggali, Tetangga Sebut Anton Aktivis Cerdas
Yuli menambahkan, Anton termasuk anak yang cerdas, pintar serta pendiam semenjak duduk di Sekolah dasar.
Penulis: Danendra Kusumawardana | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | SURABAYA - Rumah terduga teroris Anton Ferdiantono yang terletak di Jalan Manukan Kulon Blok 19 H/19 RT 11 RW 5 kelurahan Manukan Kulon, kecamatan Tandes telah puluhan tahun tak ditinggali dan terbengkalai.
Terdapat tumpukan batu dan genteng tanah liat di teras rumah. Atap rumah pun banyak yang runtuh serta rumput ilalang tumbuh liar di dalam rumah berpintu hitam itu.
Budi Santoso selaku ketua RT 11 membenarkan bahwa Anton adalah warganya.
"Benar Anton warga sini. Rumahnya itu di sebelah rumah saya, namun sudah lama tak ditinggali," ujarnya sambil menunjuk ke kanan.
Budi menceritakan, Anton semasa hidupnya memang dikenal dengan pribadi yang tertutup.
"Anton jarang bersosialisasi dengan tetangga. Ngobrol sama tetangga juga jarang," kata Budi.
Budi melanjutkan, setelah menikah, Anton malah tidak pernah terlihat batang hidungnya.
"Setelah menikah itu Anton sudah keluar dari rumah dan tak pernah kembali kesini (Manukan Kulon Blok 19 H/19 RT 11 RW 5, Red)," terangnya.
Semasa mudanya, Anton pernah aktif menjadi remaja masjid RW 5. Menurut Budi, tidak ada gelagat mencurigakan seperti terlibat jaringan teroris dari pribadi Anton.
"Tidak ada yang aneh, saya kaget tahunya baru tadi malam tentang kasus ini. Saya langsung di datangi oleh kapolsek, Kamtibmas, dan Camat pada pukul 1 untuk memberikan keterangan," jelasnya.
Tak itu saja, Budi mengungkapkan, setelah menikah Anton dan istrinya sering berpindah-pindah rumah. Awalnya Anton pindah rumah di RT 9 lalu RT 11 yang berada di depan gang, lalu tidak diketahui lagi keberadaannya.
"Anton sudah lama pindah kira-kira tahun 2006-2008. Ia juga tidak mengirimkan surat laporan kepindahan. ," ungkap Budi.
Yuli Widiastutu selaku Ibu RT yang juga teman Anton semasa sekolah dasar menjelaskan, Anton menjadi aktivis remaja masjid saat duduk di bangku perkuliahan.
"Anton itu terkenal aktivis remas (remaja masjid," katanya.
Yuli melanjutkan, Anton memang sangat fanatik, sebab waktu saya bertemu dengannya saat berkunjung di rumah orangtuanya Anton tak mau berjabat tangan.
"Waktu ketemu itu tidak mau salaman. Melihat saya juga hanya sebentar lalu berpaling,'' imbuhnya.
Kefanatikan Anton, menurut Yuli muncul setelah menikah dengan istrinya.
"Waktu menjadi aktivis remaja masjid Anton masih biasa saja. Namun setelah menikah ia berubah dan sulit ditemui," terang Yuli.
Yuli menambahkan, Anton termasuk anak yang cerdas, pintar serta pendiam semenjak duduk di Sekolah dasar. Yuli menyebutkan, Anton pernah menimba ilmu di Sd Negeri 115, SMPN 29, SMAN 11, dan ITS.
"Waktu SD Anton sering mendapat rangking pertama," paparnya.
Yuli menceritakan, Anton dan ketiga adiknya bernama Atin Dodik Yayuk memiliki watak yang sama yakni tidak mudah bersosialisasi dengan tetangga.
"Adeknya itu kalau ngomong sama tetangganya sering nyentak-nyentak. Mereka juga tertutup. Berbeda dengan Teguh adik ketiganya. Ia masih aktif dan sering datang kesini, lebih terbuka juga, orang tuanya juga baik," jelasnya.
Warga yang rumahnya berjarak 100 meter dari kediaman Anton bernama Prawoto mengatakan, rumah Anton tidak ada gelagat radikal meski jarang kumpul dengan tetangga.
"Gak ada gelagat aneh, ya memang anaknya tertutup," jelasnya.
Ia menambahkan, rumah yang berada di Manukan Kulon Blok 19 H/19 RT 11 RW 5 sudah lama akan di jual.
"Tidak tahu kenapa kok tidak terjual-terjual, mungkin ada masalah. Sudah lama tidak di tempati," pungkasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/rumah-teroris-anton_20180515_000924.jpg)