Judi Online di Surabaya

Gaji Rp9 Juta Ludes untuk Judi Online, Erwin Sampai Rela Gadai Sertifikat Tanah

Erwin Erlani kehilangan Rp800 juta akibat judi online. Kini ia aktif mengedukasi bahaya judol ke masyarakat.

|
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Adrianus Adhi
SURYA/Fikri Firmansyah
MANTAN PECANDU JUDOL - Erwin Erlani, mantan pecandu judi online yang kini menjadi aktivis gerakan nasional “Judi Pasti Rugi”, mengangkat poster bertuliskan “Laki Ga Judi” dalam aksi kampanye edukasi di Madiun, Jawa Timur. Melalui gerakan ini, Erwin gencar mengajak anak muda menjauhi bahaya judi online yang dapat menghancurkan masa depan. 

Ringkasan Berita:
  • Erwin Erlani kehilangan segalanya akibat judi online, dari uang hingga kepercayaan keluarga.
  • Ia bangkit dan kini aktif mengedukasi masyarakat lewat kampanye “Judi Pasti Rugi”.
  • Pemerintah telah memblokir jutaan situs dan ribuan rekening terkait judol, kerugian negara capai Rp133 triliun.

SURYA.co.id, Surabaya - “Saya mengenal judi online (judol) sejak SMA. Awalnya cuma coba-coba, tapi akhirnya semua hancur,” ujar Erwin Erlani, dengan suara tenang kepada Tribun Jatim dan Harian Surya pada Jumat (7/11/2025) malam.

Ya, Erwin adalah saksi hidup dari bahaya judi online. Ia pernah kehilangan segalanya akibat permainan digital yang kini menjebak jutaan anak muda di Indonesia.

Kini, pria asal Sumbawa berusia 26 tahun itu justru menjadi aktivis dalam kampanye nasional “Judi Pasti Rugi”, yang gencar mengedukasi masyarakat akan bahaya candu judi daring. Namun, jalan menuju titik balik itu tidaklah mudah.

Erwin mengenal judi online pada 2017 saat duduk di bangku SMA kelas dua.

Perkenalannya bermula dari teman sebaya yang memperkenalkan istilah “deposit” dan menjanjikan keuntungan besar hanya dengan bermain melalui ponsel.

“Percobaan pertama langsung menang. Sebagai anak SMA, dapat Rp2,5 juta waktu itu rasanya luar biasa,” kenangnya.

Namun kemenangan pertama justru menjadi awal kejatuhannya. Ia mulai melakukan deposit demi deposit.

“Habis semua uangnya, tapi saya tetap kejar. Selalu berpikir bakal balik modal, padahal enggak pernah,” tuturnya.

Baca juga: Judi Online Ancam Ekonomi Keluarga di Surabaya, Prof Tika: Tak Ada Keberkahan dalam Uang Haram

Kebiasaan itu terbawa hingga masa kuliah pada 2019. Lingkungan baru justru memperburuk keadaan.

“Teman-teman kuliah banyak yang juga main. Dari situ saya kenal berbagai jenis slot: Zeus, Bonanza, Sweet Bonanza — semuanya bikin candu,” ujarnya.

Terperosok Lebih Dalam: Harta, Kepercayaan, dan Masa Depan yang Hancur

Kecanduannya mencapai titik terendah saat ia mulai menjual barang-barang pribadi menutup kekalahan.

“Laptop, HP, motor. Bahkan, saya sempat bawa sertifikat tanah milik orang rumah untuk digadaikan ke rentenir demi melunasi utang. Pokoknya total selama saya jadi pecandu itu sampai 800 juta,” ceritanya lirih.

Erwin juga mengatakan, dirinya sempat kerja di pertambangan.

Namun, selama dua tahun bekerja di perusahaan tambang dengan gaji lebih dari Rp9 juta per bulan, tak sepeser pun berhasil ia tabung.

“Semuanya habis buat judi. Gaji seharusnya dikirim ke orang tua, tapi malah saya pakai buat deposit. Buat makan aja sampai tidak ada juga,” kata Erwin.

Sumber: Surya
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved