Puteri Indonesia Lingkungan Yasinta Aurellia Beri Tips Bangun Personal Branding Sejak Dini

Puteri Indonesia Lingkungan 2023, Yasinta Aurellia menegaskan pentingnya strategi personal branding bagi generasi muda.

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.co.id/Sulvi Sofiana
SEMINAR - Puteri Indonesia Lingkungan 2023, Yasinta Aurellia dalam Seminar Nasional Commposition 2025 Program Studi Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jawa Timur berdiskusi dalam sesi talkshow bertema Anak Muda, Gerakan Digital, dan Jejak Perubahan yang digelar di Gedung Twin Tower lantai 11, Selasa (4/11/2025). Yasinta Aurellia menegaskan pentingnya strategi personal branding bagi generasi muda. 
Ringkasan Berita:
  • Puteri Indonesia Lingkungan 2023, Yasinta Aurellia menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Commposition 2025 bertema Anak Muda, Gerakan Digital, dan Jejak Perubahan yang digelar Program Studi Ilmu Komunikasi UPN Vetera” Jawa Timur, Selasa (4/11/2025)
  • Yasinta Aurellia menyebut pentingnya personal branding generasi muda, karena bisa membuka peluang, membangun kepercayaan dan jadi investasi jangka panjang.
  • Empat langkah membangun personal brand, yaitu discover, decide, display, dan deliver

 

SURYA.CO.ID, SURABAYA – Di tengah derasnya arus digital dan kompetisi global yang semakin ketat, Puteri Indonesia Lingkungan 2023, Yasinta Aurellia menegaskan pentingnya strategi personal branding bagi generasi muda.

“Personal branding adalah identitas dan reputasi yang membedakan seseorang dari jutaan lainnya. Kalau boleh mengutip Jeff Bezos, personal branding adalah bagaimana orang melihat, mengingat, dan membicarakan kita bahkan ketika kita tidak ada di ruangan itu,” ujar Yasinta dalam Seminar Nasional Commposition 2025 bertema “Anak Muda, Gerakan Digital, dan Jejak Perubahan” yang digelar Program Studi Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur, Selasa (4/11/2025).

Menurut Yasinta, di era digital, visibilitas merupakan bentuk baru dari kredibilitas. 

Baca juga: UPN Veteran Jawa Timur Kukuhkan Dua Guru Besar Baru, Dorong Riset dan Inovasi Bela Negara

“Dikenal itu mudah, tapi dipercaya adalah seni yang sesungguhnya. Karena itu, personal branding bukan sekadar pencitraan, tetapi tentang keaslian dan konsistensi,” jelasnya.

Jutaan Lulusan Perguruan Tinggi Belum Bekerja

Ia juga mengungkapkan data menarik, bahwa per Februari 2025 terdapat lebih dari satu juta lulusan perguruan tinggi di Indonesia yang belum bekerja. 

Kondisi ini menuntut generasi muda untuk tampil berbeda dengan menunjukkan nilai dan potensi diri.

“Personal branding membuka peluang, membangun kepercayaan, dan menjadi investasi jangka panjang. Ini bukan tentang menjadi sempurna, tapi tentang menjadi autentik,” pesannya di hadapan ratusan peserta yang hadir secara luring di Gedung Twin Tower lantai 11 dan secara daring.

Baca juga: UPN Veteran Jatim Resmikan Sub-Unit Layanan Disabilitas Bela Negara

Yasinta membagikan empat langkah membangun personal brand, yaitu discover, decide, display, dan deliver. 

Ia menekankan pentingnya menemukan nilai diri, menentukan hal yang ingin dikenal, menampilkan diri secara konsisten, dan menjaga reputasi positif di dunia maya.

“Segala yang kita unggah membentuk citra kita. Gunakan media sosial sebagai portofolio diri, bukan sekadar tempat bersenang-senang. Ingat, internet tidak pernah lupa,” tegasnya.

Tekanan Psikologis dan Bias Kognitif

Sementara itu, Dr. Romdhi Fatkhur Rozi membahas fenomena metric crisis dalam materinya berjudul “Anak Muda, Kreativitas, dan Metric Crisis: Membaca Ulang Dialektika Ruang Digital di Era Attention Economy.”

“Kita hidup di tengah metric society, di mana semua hal diukur dengan likes, views, dan engagement rate. Di balik itu ada tekanan psikologis dan bias kognitif,” ujarnya.

Baca juga: Busana Ayu Wulan yang Digandeng Yayasan Puteri Indonesia, Perpaduan Modern dan Wastra Nusantara

Dosen Program Studi Televisi dan Film Universitas Jember itu menilai sistem rating dan algoritma telah membentuk “ekonomi perhatian” yang menggeser nilai kreativitas. 

“Kita perlu beralih menuju conscious economy, ekosistem digital berbasis nilai, kesadaran, dan keberlanjutan,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dr. Poppy Febriana, M.Med.Kom. dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo mengingatkan,  media sosial kini menjadi mesin estetika yang menormalkan standar kecantikan baru.

“Platform digital bukan sekadar ruang berbagi, tetapi laboratorium algoritmik yang memproduksi dan memonetisasi wajah ideal,” jelasnya.

Politik Anak Muda di Era Digital

Adapun Dr. Ahmad Zamzamy, S.Sos., M.Med.Kom. menyoroti politik anak muda di era digital.

Ia menjelaskan bahwa ekspresi politik melalui media sosial, meme, atau kampanye daring tidak selalu berbanding lurus dengan partisipasi politik nyata.

“Fenomena ini menunjukkan fase liminalitas, masa transisi di mana anak muda aktif berekspresi tetapi belum sepenuhnya menjadi aktor politik yang mapan,” terangnya.

Baca juga: Firsta Yufi Puteri Indonesia 2025 Pulang Kampung, Khofifah Pesan Promosi Pariwisata Jatim

Koordinator Program Studi Ilmu Komunikasi UPNVJT, Syafrida Nurrachmi Febriyanti, menyampaikan apresiasi atas antusiasme peserta dan kedalaman materi para narasumber.

“Tema yang dibahas saling melengkapi, memberikan pemahaman komprehensif tentang anak muda, gerakan digital, dan jejak perubahan. Kami berharap seminar ini menjadi bekal mahasiswa dalam mempersiapkan masa depan yang lebih cerah,” pungkasnya.

BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved