Bangunan Ponpes di Sidoarjo Ambruk

Amalan Ubaidillah, Anak Kiai Bangkalan Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Buat Pamannya Terharu

Terungkap amalan kebaikan Moh Ubaidillah (17), korban tewas runtuhnya musala Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo pada Senin (29/9/2025). 

Editor: Musahadah
kolase surya/.luhur pambudi
TERIDENTIFIKASI - Petugas ambulans dan Tim DVI RS Bhayangkara memasukkan kantung jenazah korban tewas akibat terjebak runtuhan Gedung Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo, ke dalam Ruang Kompartemen Dokpol RS Bhayangkara Surabaya. Foto kiri: Paman Moh Ubaidillah, Muksin. 

SURYA.co.id, SURABAYA - Terungkap amalan kebaikan Moh Ubaidillah (17), korban tewas runtuhnya musala Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo pada Senin (29/9/2025). 

Moh Ubaidillah adalah putra pengasuh Ponpes Pondok Pesantren Blega Syaikhona Muhsin, Blega, Bangkalan, Muhammad Bahri Bahruddin.

Jenazah Moh Ubaidillah berhasil diidentifikasi Tim DVI Polda Jatim melalui pencocokan sampel data Ante-Mortem (AM) dan Post-Mortem (PM) di RS Bhayangkara, Surabaya pada Selasa (7/10/2025) malam. 

Paman korban, Muksin (55) tak mampu menyembunyikan kesedihan saat nama Moh Ubaidillah diumumkan. 

Peci putih yang dikenakan berkali-kali dibenahi tata letaknya selama menunggu giliran antrean pengangkutan jenazah ke dalam mobil ambulans. 

Baca juga: Buntut Ponpes Al Khoziny Ambruk Menimpa 171 Santri, Polda Mau Olah TKP, Cak Imin Gak Berani Ngomong

Diakui Muksin, ketika mengenang sosok Lora Ubaidillah, dia langsung terharu. 

Lora adalah sebutan khas bagi anak pengasuh ponpes di Madura. 

Dikatakan, Lora Ubaidillah memiliki kepribadian baik, santun dan taat beribadah. 

Ingatannya terhadap sosok Lora Ubaidillah tatkala pulang ke rumah atau di lingkungan pesantren orangtuanya, cuma keistiqomahan menjalankan salat fardu berjamaah di masjid ponpes.

"Dia aktif berjamaah. Dia paling istiqomah salat jamaah," ungkapnya. 

Sikap tawadhu terhadap orang yang lebih tua, apalagi kepada orangtua seperti sang ayahandanya, Muksin benar-benar mengacungi jempol. 

"Kalau disuruh meninggalkan abinya berangkat salat duluan, dia enggak mau, dia memilih masih mau menunggu abahnya," jelasnya. 

Terakhir kali keluarga bertemu dengan Ubaidillah, adalah pada momen liburan mauludan, beberapa bulan lalu. 

Selama di rumah atau lingkungan ponpes milik sang abah, Ubaidillah juga membantu abahnya mengajar mengaji pada kalangan santri yang usianya lebih muda. 

"Sosok dia rajin ibadah. Dia lumayan pintar. Cerdas anaknya. Kalau di rumah sering bantu bantu, ya kadang ngajar, ustad, iya (iqra). Iya bantu ngajar mengaji (anak sekitar rumah)," terangnya. 

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved