Ketua Komisi C DPRD Surabaya Eri Irawan: Harus Ada Simulasi Lalin sebelum Pengerjaan Flyover Dolog

Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Eri Irawan, mendesak segera dilakukan simulasi rekayasa lalu lintas saat pengerjaan konstruksi Flyover Dolog.

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: irwan sy
Foto Istimewa Pemkot Surabaya
DESAIN FLYOVER - Penampakan Jalan Layang (Flyover) Taman Pelangi Surabaya yang kini tengah dimatangkan. Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Eri Irawan, mendesak segera dilakukan kajian hingga rencana simulasi rekayasa lalu lintas sebelum pengerjaan konstruksi Flyover Dolog. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Eri Irawan, mendesak segera dilakukan kajian hingga rencana simulasi rekayasa lalu lintas sebelum pengerjaan konstruksi Flyover Dolog.

Hal ini karena pembangunan tersebut membutuhkan waktu satu tahun, dimulai awal 2026 dan tuntas 2027.

"Segera lakukan kajian dan pemberitahuan terbuka kepada masyarakat akan dampak macet pembangunan Flyover Dolog nantinya," kata Eri Irawan, Minggu (5/10/2025).

Proyek Flyover Dolog atau Taman Pelangi sudah harus dimulai konstruksinya tahun depan.

Jembatan layang dengan panjang sekitar 400 meter itu modelnya melengkung.

Seluruh biaya fisik pengerjaan ditanggung APBN, dengan proyeksi anggaran sekitar Rp 355 miliar.

Sementara Pemkot Surabaya bertanggung jawab atas biaya pembebasan lahan yang ditanggung APBD Surabaya Rp80 Miliar.

Eri menyebut bahwa tantangan besar ketika pembangunan infrastruktur, selain aspek teknis dan pembiayaan, adalah soal komunikasi publik terkait dampak yang dirasakan masyarakat saat pembangunan berlangsung.

Masyarakat harus diberi informasi terbuka terkait pembangunan tersebut.

Pembangunan flyover ini untuk pengurai macet.

Selain itu flyover itu sebagai penopang proyek Surabaya Regional Railway Line (SRRL).

Poyek transportasi kereta api perkotaan yang bertujuan menghubungkan Surabaya dengan wilayah-wilayah sekitarnya, termasuk Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan Lamongan.

Publik perlu diberi penjelasan 'apa yang nantinya akan berubah', misalnya terkait waktu tempuh, keselamatan bermobilitas, atau pengurangan polusi.

Begitu juga harus ada rekayasa lalu lintas secara jelas dan pasti.

Kuncinya ada pada kejelasan dan kepastian yang mencakup pemodelan arus lalu lintas saat ini, terutama simulasi skenario penutupan ketika proyek berjalan untuk melihat titik-titik utama kepadatan berdasarkan volume kendaraan dan waktu-waktu puncak kepadatan.

Sumber: Surya
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved