Terasi Kenjeran Surabaya, Cita Rasa Legendaris yang Tak Lekang Waktu
Bumbu dapur yang menjadi pelengkap berbagai masakan ini ternyata dibuat dengan cara yang masih sangat tradisional.
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, SURABAYA – Aroma khas terasi dari Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur, lama melegenda.
Bumbu dapur yang menjadi pelengkap berbagai masakan ini ternyata dibuat dengan cara yang masih sangat tradisional.
Salah satu pengrajin yang masih setia melestarikan proses itu adalah Arifin (65), warga Desa Kejawan Lor, Kenjeran, Kota Surabaya.
Sejak fajar belum menyingsing, Rifin, sapaan akrabnya, sudah bersiap pergi melaut.
Ia mencari udang rebon, bahan utama pembuatan terasi Kenjeran yang terkenal gurih dan harum.
Baca juga: Ubhara Surabaya Kembangkan Mesin Penggiling Terasi Berbasis Teknologi Industri 4.0
Tradisi ini bukan sekadar pekerjaan, melainkan warisan turun-temurun dari orang tuanya. Sudah lebih dari 20 tahun Rifin melanjutkan usaha keluarga untuk menjaga cita rasa asli terasi Kenjeran.
“Kalau angin sedang bagus, tangkapan udangnya juga banyak. Kalau sudah angin barat, susah. Biasanya akhir tahun. Ini awalnya dulu bapak saya bilang, kalau bapak sudah tidak ada, teruskan saja,” kenang Rifin, mengulang pesan mendiang ayahnya yang membuat ia tetap teguh menekuni profesi ini, Kamis (18/9/2025).
Baca juga: Dua Nelayan Edarkan Sabu di Pantura Lamongan Ditangkap Dalam Operasi Tumpas Narkoba
Proses pembuatan terasi dimulai dengan menangkap udang rebon segar dari laut. Udang itu kemudian dibersihkan, ditaburi sedikit garam, lalu dijemur di pinggir pantai watu-watu Kenjeran.
Jika cuaca sedang terik, proses penjemuran tak membutuhkan waktu lama. Namun, Rifin tetap harus sabar sebab udang yang dijemur sesekali harus diuleni, kemudian dijemur kembali.
Proses ini diulang berkali-kali hingga teksturnya halus.
“Sampai halus terus dicampur (tanpa alat) dijemur lagi, saya tidak kasih campuran apa-apa. Ndak berani campur-campur. Hanya garam sedikit,” kata Rifin ditemui di rumahnya.
Terasi buatan Rifin terkenal tanpa bahan pengawet. Ia meyakini cara inilah yang menjaga cita rasa asli terasi Kenjeran tetap kuat dan harum.
Proses pengolahan udang rebon hingga menjadi terasi biasanya memakan waktu sekitar tiga hari. Semua dilakukan Rifin seorang diri, tanpa bantuan istri atau anak-anaknya.
Ketiga anaknya lebih memilih berjualan warung dan bekerja di luar, sementara Rifin tetap setia melestarikan usaha kecil yang penuh makna ini.
“Ngambil udang rebon ke laut, dijemur. Semua saya kerjakan sendiri. Dulu bapak dibantu ibu, ibu yang nguleni, tapi sekarang istri saya meninggal jadi saya sendiri. Anak-anak sudah bekerja, ada yang punya warung,” ujarnya.
Baca juga: Gelombang 4 Meter Hantam Pesisir Situbondo, Puluhan Perahu Nelayan Rusak dan Sebagian Karam
Bersih-bersih Sampah di Pantai Seranite Banyuwangi, Ini Pesan Bupati Ipuk Fiestiandani |
![]() |
---|
Sosok Yurike Sanger, Istri Ke-7 Soekarno Meninggal Dunia di Amerika Serikat |
![]() |
---|
Lengan Pelajar di Lumajang Putus Terhantam Pintu Bak Truk, Pemkab Tanggung Semua Biaya Perawatan |
![]() |
---|
Pabrik Plywood di Jombang Disidak DPRD Usai Terima Laporan Gaji Buruh dicicil |
![]() |
---|
Guru Besar ITS Kembangkan Teknologi Satelit untuk Pantau Kenaikan Muka Laut |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.