KONEKSI Australia-Indonesia Gelar Knowledge & Innovation Exchange 2025 di Yogyakarta

Kemitraan Pemerintah Australia–Indonesia (KONEKSI) menggelar forum Knowledge and Innovation Exchange (KIE) 2025 di Yogyakarta

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
istimewa
KOLABORASI AUSTRALIA INDONESIA - Dari kiri ke kanan : Prof Rachael Diproses dari University of Melbourne, Australia bersama Direktur Hilirisasi dan Kemitraan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) Yos Sunitiyoso dan Utusan Khusus Australia untuk Urusan Samudra Hindia, Tim Watts, serta Asisten Sekretariat Daerah Provinsi DIY Bidang Perekonomian dan Pembangunan Drs Tri Saktiyana, saat pembukaan forum Knowledge and Innovation Exchange (KIE) di Yogyakarta. Mengusung tema Innovating for Climate Action and Sustainable Development, acara ini mempertemukan lebih dari 200 akademisi, pembuat kebijakan, mitra industri, dan komunitas untuk berdialog terkait kebijakan dampak perubahan iklim ke lingkungan dan masyarakat. 
Ringkasan Berita:
  • KONEKSI (kemitraan Australia-Indonesia) menggelar forum Knowledge and Innovation Exchange (KIE) 2025 di Yogyakarta.
  • Tema: 'Innovating for Climate Action and Sustainable Development', mempertemukan 200 pembuat kebijakan, akademisi, dan industri.
  • Forum ini diharapkan dorong solusi inovatif kolaboratif Australia-Indonesia di bidang pertanian, teknologi, dan kebijakan.
  • Australia kini jadi mitra riset kolaboratif No 1 di Indonesia (69 proyek), dan KIE bertujuan dekat hasil riset ke pembuat kebijakan.

 

SURYA.co.id | SURABAYA – Kemitraan Pemerintah Australia–Indonesia di bidang pengetahuan, sains, dan inovasi, KONEKSI, menggelar forum Knowledge and Innovation Exchange (KIE) 2025 di Yogyakarta.

Mengusung tema 'Innovating for Climate Action and Sustainable Development', acara ini mempertemukan lebih dari 200 akademisi, pembuat kebijakan, mitra industri, dan komunitas untuk berdialog terkait kebijakan dampak perubahan iklim ke lingkungan dan masyarakat.

Baca juga: Pelabuhan Prigi Trenggalek Dorong Ekonomi Jatim Selatan, Buka Perdagangan Internasional Ke Australia

Penyelenggaraan konvensi ini diharapkan mendorong tumbuhnya solusi inovatif dari 15 riset kolaboratif peneliti Australia–Indonesia, yang didukung oleh KONEKSI di sektor pertanian, teknologi, kebijakan, dan kewirausahaan.

Dalam pembukaan KIE Yogyakarta, Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, diwakili oleh Asisten Sekretariat Daerah Provinsi DIY Bidang Perekonomian dan Pembangunan Drs Tri Saktiyana menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan acara ini.

“Yogyakarta selama ini menjadi ruang, di mana kedekatan antara perguruan tinggi, birokrasi, komunitas, dan pelaku usaha terjalin menjadi pembelajaran sehari-hari. Karena itu, forum KIE ini saya pandang sebagai kelanjutan dari karakter Yogyakarta itu sendiri: tempat berkumpul untuk memahami apa yang berubah, apa yang tetap, dan apa yang harus kita kerjakan bersama," kata Tri Saktiyana, dalam rilisnya Senin (24/11/2025).

Dia juga berharap, semoga pertukaran pengetahuan ini tidak sekadar menjadi upaya berbagi praktik, tetapi juga membangun kepekaan bersama terhadap kompleksitas persoalan yang kita hadapi.

Kemitraan Penelitian

Sensitivitas dan urgensi untuk mengatasi kompleksitas dampak perubahan iklim pun menjadi salah satu fokus Pemerintah Australia.

Utusan Khusus Australia untuk Urusan Samudra Hindia, Tim Watts menegaskan, pemerintah Australia dan Indonesia terus berkomitmen memperkuat hubungan diplomatik, mendorong hubungan antarmasyarakat, dan membangun jaringan kelembagaan antara kedua negara.

"Khususnya, yang berkaitan dengan pendidikan dan kemitraan penelitian untuk mengatasi tantangan pembangunan yang semakin kompleks, termasuk perubahan iklim," jelas Tim.

Kemitraan penelitian tersebut, antara lain didorong Pemerintah Australia melalui KONEKSI, yang memberikan dukungan pendanaan untuk riset bersama peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek).

Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Agus Haryono menyebut, setelah beberapa tahun, dampak dari kolaborasi ini terlihat eksponensial.

Sebelumnya berada di posisi keenam, kini Australia menempati posisi pertama untuk negara-negara yang melakukan riset kolaboratif di Indonesia, dengan 69 proyek penelitian.

“Kita membutuhkan banyak kemitraan global untuk mempercepat pembangunan nasional, meningkatkan kapabilitas periset Indonesia agar setara dengan komunitas peneliti global, serta mengakselerasi pemanfaatan sumber daya kita lewat riset dan inovasi. Di BRIN, kami sedang fokus mendorong percepatan penggunaan hasil penelitian untuk segera diekskalasi ke masyarakat, sehingga memberi dampak langsung yang relevan dan kontribusi bagi pembangunan, baik di level nasional hingga daerah," beber Agus.

Penyelenggaraan KIE Yogyakarta ini menjadi kesempatan bagi para akademisi dan peneliti untuk mendekat ke pembuat kebijakan dan masyarakat, sebagai pengguna hasil riset ini di Provinsi DIY.

Penyelenggaraan KIE Yogyakarta juga dihadiri oleh Direktur Hilirisasi dan Kemitraan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) Yos Sunitiyoso dan Minister Counsellor Economic, Investment, Infrastructure Jonathan Gilbert.

Sejak tiga tahun berdiri, KONEKSI berfokus mendukung kemitraan riset yang inklusif, mendorong partisipasi aktif peserta, serta keterlibatan bermakna dari perempuan, penyandang disabilitas, dan peneliti di Kawasan Timur Indonesia untuk mendesain dan mengimplementasikan risetnya, agar tidak ada seorang pun yang tertinggal dalam pembangunan.

Dalam KIE Yogyakarta yang diselenggarakan KONEKSI, para pemangku kepentingan yang hadir turut mendukung aplikasi proyek-proyek riset yang nyata dan memberi solusi bermakna bagi pemerintah dan komunitas.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved