Berita Viral

Respon Kementerian ESDM dan BRIN Soal Dugaan Aqua Pakai Air Sumur Bor Usai Disidak Dedi Mulyadi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menanggapi dugaan air mineral Aqua menggunakan sumber air dari sumur bor. 

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Youtube Dedi Mulyadi
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat sidak ke pabrik air minum dalam kemasan (AMDK) Aqua di Kabupaten Subang 

SURYA.CO.ID - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menanggapi dugaan air mineral Aqua menggunakan sumber air dari sumur bor. 

Dugaan ini muncul dari video unggahan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, saat melakukan sidak ke pabrik Aqua di Kabupaten Subang. 

Dalam kunjungannya, Dedi mempertanyakan sumber air yang dimanfaatkan pabrik.

Hasilnya cukup mengejutkan.

Pihak pabrik menjelaskan bahwa air yang digunakan tidak berasal langsung dari mata air pegunungan, melainkan dari lapisan bawah tanah (akuifer) yang diambil melalui sumur bor sedalam 60 hingga 140 meter. 

Temuan itu pun memicu beragam reaksi dari warganet hingga menjadi viral di media sosial.

Terkait hal tersebut, BRIN menegaskan bahwa sebenarnya sumber air di alam terbagi menjadi tiga kategori, yakni air hujan, air permukaan, dan air tanah.

Peneliti hidrologi dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Rachmat Fajar Lubis, menjelaskan, air tanah merupakan sumber utama bagi banyak perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK).

Air tanah sendiri dibagi menjadi dua karakter.

Pertama, air tanah bebas berada dekat permukaan dan sering dikenal sebagai air tanah dangkal. Air tanah ini memiliki tekanan sama dengan udara di sekitar.

Air dari sumber tersebut biasa dimanfaatkan masyarakat untuk sumur rumah tangga, terlebih pengambilannya mudah dan tidak terlalu dalam.

Sementara air tanah bebas, yang sering disebut akuifer dalam, memiliki tekanan lebih tinggi dari permukaan tanah dan dilindungi oleh lapisan kedap air di atasnya.

Jenis air ini tidak mudah terpengaruh oleh musim maupun aktivitas di permukaan..

Namun, karena letaknya yang dalam dan terlindung, pengambilan air tanah tertekan harus melalui izin resmi dan dikenakan pajak air tanah, tidak bisa dilakukan sembarangan.

Peneliti BRIN menjelaskan, sebenarnya semua perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) menggunakan metode bor untuk mengambil air dari lapisan akuifer yang sama.

Namun, cara pengambilannya saja yang berbeda.

Tanggapan Kementerian ESDM

Baca juga: Kisah Kang Asep Jadi Relawan Pendamping Pasien, Temani Berobat hingga Rawat Inap Dibayar Seikhlasnya

Di sisi lain, pemerintah melalui Kementerian ESDM tengah melakukan evaluasi izin penggunaan air tanah yang dilakukan sejumlah produsen AMDK, termasuk AQUA.

“Jadi nanti berdasarkan evaluasi, kalau perusahaan sudah memenuhi persyaratan, mereka bisa tetap melaksanakan kegiatan (pengambilan air),” ujar Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung di Jakarta, Jumat (25/10/2025), dikutip SURYA.CO.ID dari Kompas.com.

Namun, Yuliot menegaskan, bila ditemukan pelanggaran administratif atau teknis di lapangan, ESDM akan meminta perbaikan bahkan menghentikan kegiatan bila perlu.

“Tetapi kalau itu memang harus dihentikan, itu harus dihentikan. Sesuai dengan kondisi air tanah yang ada,” tambahnya.

Ia menjelaskan bahwa izin pengambilan air tanah diberikan setelah evaluasi teknis terhadap kondisi lingkungan dan merujuk pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Izin Pengusahaan Air Tanah dan Persetujuan Air Tanah.

“Jadi, untuk proses perizinannya sudah didetailkan di dalam permen dan implementasinya di Badan Geologi,” kata Yuliot.

Lebih lanjut, Yuliot mengungkap bahwa AQUA bukan satu-satunya perusahaan yang memanfaatkan air tanah.

Hingga 17 Oktober 2025, ESDM telah menerbitkan sekitar 4.700 izin pengusahaan air tanah di seluruh Indonesia, mencakup berbagai perusahaan, termasuk sektor air minum.

“Bukan satu perusahaan, itu 4.700-an yang sudah kami terbitkan perizinannya,” tutupnya.

Penjelasan Danone

Baca juga: Imbas Menkeu Purbaya dan Dedi Mulyadi Adu Data Dana Mengendap di Bank, Rieke Diah Pitaloka Bereaksi

Menanggapi kehebohan di media sosial, Danone melalui laman resmi AQUA menjelaskan fakta sebenarnya mengenai sumber air mereka.

Danone membantah tegas bahwa sumber air AQUA berasal dari sumur bor biasa.

Sumber air AQUA berasal dari akuifer tertekan di kedalaman 60-140 meter.

Air pada akuifer tertekan dibatasi oleh lapisan aquitard di atas dan di bawah.

Akuifer ini memiliki tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.

Akuifer tertekan yang dimanfaatkan dikenal juga dengan istilah sumur dalam.

Air di akuifer tertekan adalah air yang memiliki lapisan pelindung alami berupa bebatuan yang tidak bisa dilewati air.

Dengan begitu, air yang diambil bebas dari kontaminasi aktivitas manusia dan aman.

"AQUA menggunakan air dari akuifer dalam atau tertekan yang merupakan bagian dari sistem hidrogeologi pegunungan," tulis Aqua.

Air ini terlindungi secara alami dan telah melalui proses seleksi serta kajian ilmiah oleh para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Padjadjaran (Unpad).

Sebagian titik sumber juga bersifat self-flowing (mengalir alami).

Hal ini berbeda dengan sumur gali masyarakat yang berada di lapisan akuifer bebas, yakni lapisan batuan pembawa air yang tidak dilapisi pelindung di atasnya.

Di sisi lain, AQUA juga berasal dari 19 sumber air pegunungan yang tersebar di seluruh Indonesia. Masing-masing sumber air dipilih melalui proses seleksi yang ketat dan melibatkan beberapa unsur berikut ini:

  • 9 kriteria ilmiah
  • 5 tahapan evaluasi
  • Minimal 1 tahun penelitian.

Proses ini juga melibatkan tim ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti geologi, hidrogeologi, geofisika, dan mikrobiologi.

Tak hanya sumber air yang terjaga, proses produksi AQUA juga dijaga kemurniannya.

Aqua menerapkan sistem pengemasan otomatis tanpa sentuhan tangan manusia. Proses ini mencakup sebagai berikut:

  • Pengaliran air melalui pipa stainless food-grade dengan kekedapan optimal
  • Pengolahan dengan mesin berteknologi tinggi
  • Pengujian lebih dari 400 parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi
  • Pemenuhan standar keamanan pangan dari BPOM dan SNI.

Tak Ganggu Masyarakat

Soal mengambil air di kedalaman tertentu, Danone memastikan bahwa produksinya tidak mengganggu penggunaan air masyarakat.

"Air yang digunakan AQUA berasal dari lapisan dalam yang tidak bersinggungan dengan air permukaan yang digunakan masyarakat," jelas Aqua.

Proses pengambilan air juga dilakukan sesuai dengan izin pemerintah dan diawasi secara berkala oleh pemerintah daerah dan pusat melalui Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

AQUA bahkan memiliki Kebijakan Perlindungan Air Tanah Dalam (Ground Water Resources Policy) yang mengatur bahwa pengelolaan sumber daya air harus menjamin kemurnian dan kualitas sumber air, menjaga kelestarian sumber daya airnya, dan berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di wilayah operasional.

Serta melindungi dan mempromosikan adat dan cagar budaya di sekitar wilayah operasionalnya.

Tak Sebabkan Pergeseran Tanah

Lebih lanjut, Danone memastikan bahwa masyarakat tak perlu khawatir dengan aktivitas produksi AQUA yang disebut dapat menyebabkan pergeseran tanah.

Berdasarkan kajian bersama UGM, pengambilan air dilakukan secara hati-hati dan tidak menyebabkan pergeseran tanah atau longsor.

Namun, faktor lain seperti perubahan tata guna lahan dan deforestasi juga berpengaruh.

Oleh karena itu, AQUA aktif melakukan konservasi dan pemantauan lingkungan secara berkala serta melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan setempat untuk mengelola sumber daya air secara terintegrasi dari hulu hingga hilir sehingga terjaga kualitas dan kuantitasnya.

Hal ini juga bertujuan untuk menjaga area tangkapan dan resapan air tetap terjaga fungsi dan keberlanjutannya.

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved