Berita Viral

Gerak Cepat Mendikti Soal Kasus Kematian Timothy Anugerah, Perintahkan Kampus Unud Lakukan Ini

Mendikti Saintek Brian Yuliarto kaget dan prihatin atas kasus perundungan mahasiswa Unud. Perintahkan ini ke pihak kampus.

Kolase instagram Timothy Anugerah dan Kompas.com
GERAK CEPAT MENDIKTI - Kolase foto Timothy Anugerah (kiri) dan Mendikti Saintek Brian Yuliarto. 

SURYA.co.id - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) Brian Yuliarto mengaku terkejut sekaligus prihatin atas kasus dugaan perundungan yang dialami Timothy Anugerah Putra, mahasiswa Universitas Udayana (Unud), Bali.

Usai mengetahui kejadian itu, Brian langsung menghubungi Rektor Unud untuk meminta penjelasan resmi terkait insiden tersebut.

"Kami tentu sangat kaget dan sangat prihatin ya dengan kejadian atau musibah yang menimpa Timothy Anugerah Saputra, salah satu mahasiswa di Universitas Udayana.

Kami langsung sudah menghubungi dari rektor ya, Pak Rektor sudah kami hubungi. Kami meminta penjelasan," ujar Brian di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Minggu (19/10/2025) malam, melansir dari Kompas.com.

Brian menyampaikan rasa duka mendalam dan simpati bagi Timothy serta keluarganya.

Ia meminta agar pihak kampus tetap menjalin komunikasi intensif dengan keluarga korban dan memastikan segala kebutuhan mereka terpenuhi.

"Apa yang dibutuhkan untuk bisa membuat kondisi lebih baik dari keluarga korban," jelasnya.

Brian juga menegaskan pentingnya menciptakan kampus sebagai ruang aman tanpa kekerasan maupun perundungan.

Ia mengingatkan bahwa telah ada regulasi resmi untuk pencegahan kekerasan di lingkungan pendidikan tinggi.

"Kita sudah ada Peraturan Permendikbud ya, di tahun 2024, saya lupa nomor 53 kalau tidak salah, itu yang mengatur bagaimana pencegahan dan penanganan kekerasan di kampus," ucap Brian.

Menurutnya, pihak Universitas Udayana telah membentuk tim investigasi internal guna menelusuri kronologi kasus dan mencari solusi terbaik.

Baca juga: Nasib Para Pembully Kematian Timothy, Ayah Korban Tak Akan Lapor Polisi, Alasannya Menyentuh

Selain itu, kampus juga melakukan pendampingan bagi keluarga Timothy serta pihak lain yang terdampak, agar situasi tetap kondusif.

"Ini juga tentu refleksi bagi kami di lingkungan pendidikan tinggi, baik itu kementerian, pimpinan perguruan tinggi, organisasi mahasiswa, dan seluruh civitas akademika, mari kita kembali mencermati, melihat dengan hati-hati kondisi mahasiswa yang perlu kita cermati dengan baik," papar Brian.

Brian menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap kasus-kasus serupa yang kerap tidak terungkap karena korban memilih diam.

Ia memastikan kementerian akan terus memantau perkembangan penyelidikan dari pihak universitas.

"Karena sering beberapa kasus itu kondisinya tertutup begitu ya, padahal sesungguhnya itu yang perlu kita cermati sehingga kami terus akan memantau. Tadi saya juga hari ini juga berkomunikasi dengan Bapak Rektor, ingin mendapatkan update apa yang sebenarnya terjadi," imbuhnya.

Nasib Para Pembully Kematian Timothy

Sementara itu, beginilah nasib para pembully kematian Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana (Unud) yang meninggal dunia setelah terjatuh dari lantai empat gedung kampus.

Ternyata, orangtua Timothy menyatakan tidak akan melaporkan mereka ke polisi.

Meski ada di antara mereka yang belum mengungkapkan permintaan maaf.

Seorang mahasiswa Universitas Udayana (Unud) bernama Timothy Anugerah Saputra (TAS), meninggal dunia setelah terjatuh dari lantai empat gedung kampus di Jalan Sudirman, Denpasar, pada Rabu (15/10/2025).

Insiden tragis ini menyita perhatian publik, terlebih setelah muncul percakapan bernada bullying dan hinaan terhadap korban di media sosial.

Dalam tangkapan layar yang beredar, TAS bahkan disamakan dengan selebgram Kekeyi, lengkap dengan komentar sarkastik yang tak berempati.

Berdasarkan informasi, ada enam mahasiswa yang diduga terlibat dalam obrolan tersebut.

Kini, pihak kampus tengah mempertimbangkan sanksi internal bagi mereka.

Namun, keluarga korban memilih bersikap berbeda. Lukas Triana Putra, ayah TAS, menyatakan tidak akan membawa kasus perundungan itu ke ranah hukum.

“Saya tidak mau membawa ke pidana, karena memang saya juga tahu kalau saya punya anak, jadi gitu kan juga kasian juga orang tuanya,” ujar Lukas di Polresta Denpasar, Sabtu (18/10/2025), dikutip dari Kompas.com.

“Oleh sebab itu, biarlah dari pihak kampus saja yang menyelesaikan.”

Lukas menegaskan bahwa keluarga kini lebih fokus mencari penyebab pasti di balik jatuhnya sang anak.

Menurutnya, pihak kampus belum memberi penjelasan rinci terkait kronologi insiden tersebut.

“Intinya saya ingin tahu kenapa anak saya jatuh. Apakah karena bunuh diri, kecelakaan, atau hal lain, biarlah polisi yang menjelaskan,” tambahnya.

Sebelum tragedi ini, keluarga sempat mencium perubahan perilaku TAS selama beberapa bulan terakhir.

Ibunda korban, Sukadi, mengaku sudah datang ke Bali lima bulan sebelum kejadian karena merasa ada yang berbeda pada anaknya.

Namun, ia tidak sempat membawa TAS untuk berobat atau konsultasi psikologis.

“Terkait perubahan perilaku itu, ibu korban tidak pernah mengajak anaknya untuk berobat atau konsul ke psikolog,” dikutip dari Kompas.com.

Kini, publik menanti hasil penyelidikan polisi untuk menjawab misteri penyebab kematian mahasiswa 22 tahun tersebut, sekaligus menanti langkah tegas kampus dalam menangani kasus perundungan yang mencuat.

Kasus perundungan di dunia pendidikan kembali membuka mata kita bahwa kampus belum sepenuhnya menjadi ruang aman bagi mahasiswa.

Pernyataan Mendikti Saintek menegaskan bahwa negara tidak tinggal diam menghadapi kekerasan yang mencederai nilai-nilai akademik. 

Langkah cepat menghubungi rektor dan membentuk tim investigasi menunjukkan keseriusan pemerintah dalam penanganan kasus ini. 

Namun, refleksi mendalam juga dibutuhkan, bukan hanya di Unud, tetapi di seluruh perguruan tinggi Indonesia. 

Dunia pendidikan seharusnya menjadi tempat tumbuhnya empati dan solidaritas, bukan perundungan. Semua pihak, baik dosen, mahasiswa, maupun kementerian, harus terlibat aktif menciptakan ekosistem yang aman. Semoga insiden ini menjadi titik balik untuk memperkuat budaya saling peduli di kampus.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved