Berita Viral

Siapa Untung Budiharto? Mantan Tim Mawar yang Dapat Kenaikan Pangkat Istimewa dari Prabowo

Inilah sosok Untung Budiharto, Mantan Tim Mawar yang Dapat Kenaikan Pangkat Istimewa dari Presiden Prabowo Subianto.

Tribunnews/Dodi
PANGKAT ISTIMEWA - Mayjen TNI Untung Budiharto, Mantan Tim Mawar yang Dapat Kenaikan Pangkat Istimewa dari Prabowo. 

SURYA.co.id - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, resmi memberikan kenaikan pangkat istimewa kepada 11 purnawirawan TNI.

Acara penganugerahan tersebut berlangsung di atas Kapal Markas KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992 pada Kamis, 2 Oktober 2025.

Salah satu nama yang mendapatkan penghargaan tersebut adalah Mayjen (Purn) Untung Budiharto.

Dengan penganugerahan ini, Untung kini menyandang pangkat Letnan Jenderal (Hor) atau jenderal bintang tiga kehormatan.

Untung Budiharto merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1988 dari kecabangan Infanteri.

Setelah menyelesaikan pendidikan militernya, ia memulai pengabdian melalui Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Dalam perjalanan kariernya, Untung tercatat pernah masuk dalam jajaran eks Tim Mawar, satuan kecil yang dibentuk oleh Kopassus Grup IV pada tahun 1998 ketika Prabowo Subianto masih menjabat sebagai perwira aktif.

Presiden Prabowo menegaskan bahwa penghargaan pangkat istimewa ini diberikan sebagai bentuk apresiasi negara terhadap jasa besar para perwira TNI.

"Ada beberapa perwira yang kita berikan pangkat istimewa, walaupun mereka sudah pensiun sebagai pengakuan terhadap sumbangan yang telah mereka berikan kepada bangsa," ujar Prabowo, Kamis (2/10/2025), melansir dari Kompas.com.

Ia menambahkan, selama masa pengabdian, banyak prajurit yang memberikan kontribusi lebih besar dari sekadar menjalankan tugas formalnya.

"Dan saya mendapatkan kehormatan untuk memberi penghargaan tersebut, juga satuan-satuan TNI yang telah memberi dharma bhaktinya dengan baik," tutur Prabowo.

Kenaikan pangkat istimewa ini menjadi simbol penghormatan negara atas dedikasi dan pengabdian panjang para prajurit.

Bagi Untung Budiharto, gelar Letjen (Hor) tidak hanya menegaskan kiprahnya sebagai perwira TNI, tetapi juga menjadi bentuk pengakuan atas peran dan sumbangsihnya dalam menjaga kedaulatan bangsa.

Sosok Untung Budiharto

Mayjen (Purn) TNI Untung Budiharto lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada 26 April 1965. Sejak muda ia menempuh jalur militer dan kemudian berhasil lulus dari Akademi Militer (Akmil) tahun 1988 dengan kecabangan Infanteri. Kiprahnya di dunia kemiliteran cukup panjang, terutama karena ia mengawali karier di kesatuan elit Kopassus, yang menjadi pintu masuk berbagai penugasan strategis di dalam maupun luar negeri.

Sepanjang kariernya, Untung Budiharto pernah memegang sejumlah posisi penting. Ia tercatat menjabat sebagai Danyonif 733/Masariku, kemudian Dandim 1504/Ambon, hingga Kasrem 151/Binaiya. Kariernya terus menanjak dengan jabatan seperti Asisten Perencanaan Kopassus, dosen madya di Seskoad, dan Danrindam IV/Diponegoro.

Pada periode berikutnya, ia dipercaya menjadi Danrem 045/Garuda Jaya, Wakil Asisten Operasi Kasad, hingga Kasdam I/Bukit Barisan.

Selain di lingkungan TNI, Untung juga terlibat dalam lembaga negara lain. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Operasi dan Latihan Basarnas, kemudian diangkat menjadi Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Sosok Mayjen Untung Budiharto, eks Tim Mawar terlibat penculikan aktivis 1998 yang ditunjuk Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa untuk menjabat Pangdam Jaya.
Sosok Mayjen Untung Budiharto, eks Tim Mawar terlibat penculikan aktivis 1998 yang ditunjuk Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa untuk menjabat Pangdam Jaya. (Tribun Medan)

Setelah itu, ia dipercaya menjadi Staf Khusus Panglima TNI sebelum akhirnya mendapatkan amanah besar sebagai Pangdam Jaya pada Januari 2022. Jabatannya ini menempatkannya di posisi strategis sebagai pemimpin militer di ibu kota negara.

Namun perjalanan karier Untung Budiharto tidak sepenuhnya lepas dari kontroversi. Namanya pernah dikaitkan dengan Tim Mawar, satuan khusus Kopassus Grup IV yang terlibat dalam operasi penculikan aktivis pro-demokrasi pada akhir rezim Orde Baru.

Atas kasus itu, ia diadili di Mahkamah Militer dan sempat divonis hukuman penjara, meski akhirnya tidak dipecat dari dinas kemiliteran.

Peristiwa ini menjadi catatan yang melekat dalam rekam jejaknya, meski karier militernya tetap berlanjut hingga mencapai pangkat mayor jenderal.

Setelah purna tugas dari TNI sekitar April 2023, Untung Budiharto tidak sepenuhnya meninggalkan dunia publik.

Pada Juni 2023, ia diangkat sebagai Komisaris Utama PT Transjakarta, sebuah posisi penting dalam perusahaan transportasi milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Kisah perjalanan hidup Untung Budiharto mencerminkan sosok perwira yang menempuh jalan panjang dengan warna yang kompleks: dedikasi dalam dunia militer, penugasan di berbagai medan, jabatan strategis di institusi negara, sekaligus bayang-bayang kontroversi yang pernah membelitnya.

Penganugerahan pangkat kehormatan kepada para purnawirawan TNI, termasuk Untung Budiharto, memberi pesan penting bahwa pengabdian seorang prajurit tidak berhenti ketika masa dinas usai. Justru, jejak perjuangan dan dedikasi mereka tetap dihargai negara bahkan setelah pensiun.

Khusus bagi Untung Budiharto, perjalanan kariernya memperlihatkan bagaimana seorang perwira ditempa sejak di Akademi Militer hingga masuk ke jajaran pasukan elit seperti Kopassus. Keterlibatannya dalam momen-momen penting sejarah bangsa, termasuk masuk dalam catatan Tim Mawar, menunjukkan bahwa ia pernah berada di pusat peristiwa bersejarah yang masih dikenang hingga kini.

Dari sudut pandang penulis, pemberian pangkat Letnan Jenderal Kehormatan bukan hanya sekadar formalitas. Lebih dari itu, ini adalah bentuk penghargaan moral. Negara seakan ingin menegaskan bahwa pengabdian, terlepas dari kontroversi atau dinamika masa lalu, tetap patut diberi tempat.

Apalagi, pernyataan Prabowo Subianto yang menekankan kontribusi prajurit melebihi panggilan tugas menjadi refleksi mendalam. Bahwa dalam dunia militer, ada pengorbanan yang mungkin tak pernah terekam publik, tetapi menjadi pondasi tegaknya bangsa.

Sebagai penulis, saya melihat penganugerahan ini bukan hanya menyangkut nama besar seorang jenderal. Lebih luas, ini juga soal bagaimana bangsa menghargai warisan perjuangan, loyalitas, dan pengabdian yang telah ditorehkan oleh para perwira dalam menjaga keutuhan NKRI.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved