Sosok Teguh dan Botok, Pentolan Demo Pati yang Nyaris Bonyok Dikeroyok Pendukung Bupati Sudewo

Insiden ini memperlihatkan betapa rapuhnya ruang dialog politik di tingkat daerah ketika kepentingan dan emosi lebih mendominasi dibanding musyawarah.

Kehadiran ratusan pendukung Bupati Sudewo pada hari itu bisa dimaknai sebagai wujud loyalitas politik sekaligus cerminan polarisasi yang tajam di masyarakat.

Di sisi lain, aksi Teguh Istiyanto dan Supriyono sebagai representasi kelompok kritis memperlihatkan bahwa masih ada ruang kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah daerah, meskipun berisiko tinggi.

Dari kacamata penulis, situasi ini seharusnya menjadi alarm bagi semua pihak, baik pemerintah daerah, legislatif, maupun masyarakat sipil.

Pansus Hak Angket semestinya dijalankan sebagai instrumen demokrasi untuk menguji kebijakan eksekutif secara terbuka, bukan justru menjadi ajang adu kekuatan di jalanan.

Teguran keras juga patut dialamatkan pada para pendukung yang melakukan tindakan kekerasan. Demokrasi tidak bisa berjalan sehat bila kritik selalu dibalas intimidasi. Begitu pula aparat keamanan, meski sudah menurunkan kekuatan penuh, tetap dituntut lebih sigap agar peristiwa serupa tidak berulang.

Sebagai penulis, saya melihat peristiwa ini bukan hanya konflik sesaat, melainkan gambaran tantangan demokrasi lokal di Indonesia: bagaimana menjaga keseimbangan antara hak menyampaikan aspirasi dengan kewajiban menjaga ketertiban umum. Jika kedua hal itu tidak bisa dipadukan, yang terjadi hanyalah kegaduhan tanpa solusi nyata.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id