Paus Leo Kenang Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia: Dialog Antaragama, Jalan Menuju Perdamaian

Paus Leo XIV menerima 200 WNI dalam audiensi khusus di Vatikan, peringati 75 tahun hubungan RI-Takhta Suci dan kenang kunjungan Paus Fransiskus.

Editor: Adrianus Adhi
KBRI Vatikan
Trias Kuncahyo, Duta Besar Republik Indonesia di Vatikan menyerahkan patung Bunda Maria ke Paus Leo ke 14. 

SURYA.co.id - Paus Leo XIV menerima 200 warga negara Indonesia dalam audiensi khusus di Aula Clementina, Istana Vatikan, Senin (22/9/2025). Mereka terdiri dari anggota IRRIKA, Rehat, serta keluarga besar KBRI Takhta Suci.

Audiensi ini menjadi momen bersejarah karena pertama kalinya seluruh staf KBRI Takhta Suci dan komunitas rohaniwan-rohaniwati Indonesia diterima langsung oleh Paus.

Pertemuan ini sekaligus memperingati satu tahun kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dan 75 tahun hubungan diplomatik RI-Takhta Suci.

“Pertemuan audiensi ini merupakan tanda buah-buah iman dan persatuan yang baik,” kata Paus Leo XIV dalam pidatonya.

Paus menyampaikan bahwa Takhta Suci telah mendampingi bangsa Asia Tenggara, khususnya Indonesia, sejak awal kemerdekaan.

Ia menegaskan hubungan bilateral dibangun atas dasar rasa hormat, dialog, dan komitmen terhadap perdamaian.

Takhta Suci menjadi negara Eropa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1947, meski hubungan diplomatik resmi baru terjalin pada 13 Maret 1950.

 

Paus Leo XIV juga mengenang kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada September 2024, termasuk momen bersejarah saat menandatangani Deklarasi Istiqlal bersama Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar.

“Jalan dialog—jalan persahabatan—mungkin menantang, tetapi menghasilkan buah perdamaian yang berharga,” ujar Paus Leo XIV, yang berasal dari Amerika Serikat dan pernah menjadi misionaris di Peru.

Ia memuji semangat warga Indonesia yang tetap menjaga tradisi dan kepedulian sosial meski jauh dari tanah air. “Bahkan jauh dari rumah, kalian melestarikan tradisi kalian yang semarak dan saling peduli,” katanya.

Paus juga menyoroti kuatnya ikatan antarumat beragama di Indonesia, meski umat Katolik hanya sekitar 3 persen dari populasi. Ia menyebut hal itu sebagai wujud nyata dari semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".

Di akhir pidato, Paus mengajak umat Katolik Indonesia di Roma untuk tetap setia pada iman dan bangga sebagai warga Indonesia.

Ia mengutip pesan Mgr Sugiyapranata: “Seratus persen Katolik, Seratus Persen Indonesia.”

Tentang IRRIKA

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved