Berita Viral

Benarkah Oknum TNI Dalang Penculikan Bos Bank Plat Merah? Reza Indragiri Sebut Kejahatan Kerah Putih

Ini spekulasi keterlibatan oknum TNI dalam kasus penculikan dan pembunuhan Kepala cabang atau bos bank plat merah, Mohamad Ilham Pradita.

Editor: Musahadah
kolase tribun jakarta
OKNUM TNI - Empat terduga pelaku penculikan dan pembunuhan bos bank plat merah, Mohamad Ilham Pradita yang ditangkap di sejumlah lokasi. Selain mereka, ada oknum TNI yang terlibat. Benarkah dia juga dalangnya? 

SURYA.co.id - Keterlibatan oknum TNI dalam kasus penculikan dan pembunuhan Kepala cabang atau bos bank plat merah, Mohamad Ilham Pradita memunculkan banyak spekulasi. 

Salah satunya terkait kemungkinan oknum TNI ini mendalangi penculikan dan pembunuhan Ilham Pradita. 

Terkait hal ini, Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri mengungkapkan kemungkinan itu bisa saja. 

Namun, setelah dia berbincang dengan kuasa hukum 4 tersangka penculik bos bank plat merah, dia belum menangkap tanda-tanda bahwa oknum TNI ini berkedudukan sebagai orang yang mengotaki, mendalangi atau paling punya kepentingan bagi persitiwa ini. 

"Bahwa ada oknum yang terlibat sulit disangkal," kata Reza dikutip dari tayangan Kompas TV pada Kamis (11/9/2025). 

Baca juga: Nasib Oknum TNI yang Terlibat Penculikan Bos Bank Plat Merah, Susno Duadji: Tidak Akan Dilindungi

Menurut Reza, untuk menyatakan seseorang itu sebagai dalang otak kejahatan, harus memenuhi 4 hal yakni, memiliki target, insentif, sumber daya dan resiko sebagai elemen yang dikalkulasi. 

Target dalam artian sang dalang sudah menentukan akan mengincar individu tertentu, sehingga tidak ada salah tangkap, salah culik atau salah bunuh. 

Kemudian insentif artinya kalkulasi manfaat apa yang akan diperoleh si dalang. 

"Insentif ini harus lebih besar dari cost atau biaya yang harus ditanggung," katanya. 

Sedangkan sumber daya menyangkut siapa saja yang dilibatkan, jam berapa, ditempat seperti apa, dan bagaimana mengorganisasi semua pihak. 

Sementara resiko artinya sang dalang sudah berpikir bahwa aksinya berbahaya sehingga harus dipikirkan sejak dini untuk bagaimana caranya  tidak menanggulangi resiko agar tidak terseret tindak pidana. 

Hal ini ini sudah dipikirkan sebelum aksi secara komulatif. 

"Kalau 4 unsur tidak tersedia. Saya tidak begitu yakin bahwa mereka sebagai klaster pertama yakni pihak yang mengotaki, mendalangi atau paling berkepentingan," katanya. 

Terkait keterlibatan oknum TNI ini, Reza menjelaskan 3 ciri-ciri mereka. 

Yakni, adanya kepentingan-kepentingan pribadi yang berlawanan dengan kepentingan organisasi. 

Kemudian kontrol yang lemah atau tidak kuat bagi mereka-mereka yang mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan organisasai. 

Serta kecenderungan kolega untuk menutupi kesalahan mereka. 

"Kalau keterlibatan oknum berulang, tidak mendapatkan tindakan etik, patut menambahkan satu elemen/faktor lagi yakni code of silent. Sesama sejawat mempunyai kecenderungan menutupi kesalahan dari kolega," terangnya. 

Reza memastikan kejadian ini adalag kejahatan kerah putih karena korban bekerja di sektor perbankan, melibatkan banyak orang serta membutuhkan biaya tinggi. 

Sebelumnya, kabar keterlibatan oknum aparat ini sempat diungkap Adrianus Agal, pengacara tersangka penculik bos bank plat merah Eras beberapa waktu lalu. 

Dan belakangan Komandan Polisi Militer Kodam Jaya Kolonel Corps Polisi Militer (Cpm) Donny Agus Priyanto mengakui bahwa oknum tersebut adalah anggota TNI. 

“Betul,” kata Agus saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (10/9/2025). 

Agus menambahkan, pihaknya masih mendalami keterlibatan oknum TNI tersebut.

Baca juga: Ternyata Ada Oknum TNI di Penculikan dan Pembunuhan Bos Bank Plat Merah, Sempat Pesan Soal Titipan

Namun, sejauh ini belum diketahui berapa jumlah prajurit TNI yang terseret kasus ini.

“Saat ini sudah kami dalami terkait dugaan keterlibatannya,” ucap Agus. 

Menurut Susno Duadji, publik tidak perlu khawatir dengan keterlibatan oknum dalam kasus ini. 

"Karena aparat Polri/TNI, mereka sangat anti dengan perbuatan-perbuatan yang bersifat kriminal. Pasti tidak akan dilindungi. Pasti akan ditangkap, dan koordinasi antara Polri dan TNI sangat bagus," kata Susno Duadji dalam wawancara dengan Kompas.com pada Kamis (28/8/2025). 

Menurut Susno, penculikan dan pembunuhan ini bersifat transaksional. 

Penculik maupun eksekutor memiliki motif ekonomi atau semata-mata untuk mendapatkan uang. 

Sementara motif dalang pembunuhan masih perlu diperdalam. 

Susno menilai kalau motifnya hanya untuk penghapusan utang, tidak mungkin. 

"Utang di bank tidak akan hapus dengan membunuh seseorang. Karena data utang itu ada di data elsktronik, hitam putih, dan tercatat sampai di kantor pusat. Kantor terbakar pun ada backup datanya," katanya. 

Sementara untuk motif sakit misalnya tidak mendapat utang bank, masih dimungkinkan.

"Tapi apa iya, kalau gak diutangi aja sampai membunuh? Apalagi membunuhnya dengan cara melakukan penculikan, melalui kegiatan yang terorganisir.  Ada yang berperan penculik, mengangkut ke lokasi eksekusi, ada eksekutor, ada untuk memata matai. Ini terlalu riskan kalau hanya masalah utang," ungkapnya. 

Menurut Susno kalau hanya masalah utang sampai menculik dan membunuh, hal itu sangat bodoh. 

"Saya menduga ada motivasi lain yang menyebabkan dia melakukan ini. Kalau orang dewasa, sampai membunuh orang, ada permasalahn yang sangat besar," tukasnya. 

Peran Oknum TNI F

FAKTA BARU - Empat pelaku penculikan bos bank plat merah Muhammad Ilham Prayoga, saat diamankan polisi. Fakta baru terungkap, empat pelaku awalnya hanya diminta jemput paksa.
FAKTA BARU - Empat pelaku penculikan bos bank plat merah Muhammad Ilham Prayoga, saat diamankan polisi. Fakta baru terungkap, empat pelaku awalnya hanya diminta jemput paksa. (Kolase Kompas.com)

Sebelumnya, Beny Daga, kuasa hukum tiga penculik berinisial EWR, JRS dan AT di acara Apa Kabar Indonesia Malam TVOne pada Jumat (29/8/2025) mengungkap peran oknum F lebih detail. 

Diawali pada 19 Agustus 2025, saat F menelpon tersangka penculik lain berinisial EW alias Eras. 

Baca juga: Tabiat Rohmat alias RS, Ahli IT di Balik Kasus Penculikan Bos Bank Plat Merah, Pekerjaan Misterius

Saat pertemuan itu lah, F menawari EW untuk mengamankan seseorang.

Akhirnya EW mengajak bertemu klien Beny yakni EWR, JRS dan AT serta satu pelaku lain berinisial RS.

Lalu, sehari berikutnya, F kembali menelepon EW untuk negosiasi pembayaran. 

"Kesepakatan awal pembayaran 50 juta ke EW," ungkap Beny. 

Saat itu, empat teman EW datang ke lokasi. 

F lalu berpesan ke EW kalau target (Ilham Pradita) jadi dijemput dia minta disampaikan pesan. 

"Tolong sampaikan ke target, bahwa ini ada titipan dari institusi penegak hukum," ungkap Beny menirukan pesan F ke EW. 

Karena mendengar ada kaliat institusi penegak hukum, akhirnya para penculik merasa keberatan kalau hanya diberi bayaran Rp 50 juta. 

Mereka lalu meminta bayaran Rp 100 juta. 

"Setelah dilakukan negosiasai, akhirnya sepakat 60 juta," katanya. 

Sebelumnya, polisi telah menangkap 15 orang di kasus ini. 

15 orang tersangka ini terbagi jadi 4 klaster dan punya tugas masing-masing untuk menghilangkan nyawa Ilham Pradipta.

Mulai dari otak atau dalang, tim pengintai yang proper dengan melibatkan teknologi, tim penculikan hingga yang bertugas membuang jasad Ilham Pradipta.

Berikut peran masing-masing pelaku:  

Aktor Intelektual (Dalang Perencanaan)
DH (Dwi Hartono) – pengusaha bimbingan belajar online, ditangkap di Solo
YJ – rekan DH dalam perencanaan, ditangkap di Solo
AA – bagian dari tim perencana, ditangkap di Solo
C alias Ken – ditangkap di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara

 2. Klaster Pengintai

F – diduga oknum aparat, masih dalam pendalaman
RS (Rohmat Sukur) – bertugas membuntuti korban sebelum penculikan serta menyiapkan Tim IT.

3. Klaster Penculik

AT – pelaku lapangan, ditangkap di Johar Baru
EW alias Eras – pelaku penculikan, ditangkap di Labuan Bajo
RAH – turut serta dalam penjemputan paksa
RS – bagian dari tim penculik, ditangkap di Jakarta Timur

4. Klaster Eksekutor dan Pembuang Jasad

M – pelaku penganiayaan
T – eksekutor yang menyebabkan kematian korban
U – membantu membuang jasad ke Bekasi
Z – bagian dari tim eksekusi
N – pelaku yang ikut dalam pembuangan jasad

Diberitakan sebelumnya, Mohamad Ilham Pradita diculik pada Rabu (20/8/2025) di parkiran supermarket Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Sehari kemudian, Kamis (21/8/2025), jasadnya ditemukan di persawahan Kampung Karangsambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi.

Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan, dengan tangan dan kaki terikat serta mata dililit lakban.

Kepala RS Polri Kramat Jati Brigjen Prima Heru menyebutkan penyebab kematian korban adalah hantaman benda tumpul di bagian dada dan leher.

“Kemungkinan ada tekanan pada tulang leher dan dada yang menyebabkan dia kesulitan bernapas,” ujar Prima, Jumat (22/8/2025).

Selain itu, polisi juga masih melakukan pemeriksaan toksikologi untuk memastikan apakah terdapat racun dalam tubuh korban.

Mohamad Ilham Pradipta (IP) adalah Kepala Cabang Perwakilan (KCP) bank plat merah di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. 

Ilham berasal dari Bogor, Jawa Barat. 

Ilham alumnus Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah angkatan 2006.

Ilham meninggalkan seorang istri bernama Puspita Aulia dan dua anak, perempuan dan laki-laki berusia 10 tahun dan delapan tahun. 

Anak Ilham masih bersekolah di Kelas IV Sekolah Dasar (SD), dan kelas II SD. 

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved