Balada Sudarmaji, Manusia Goa Yang Belasan Tahun Menyepi di Lereng Anjasmoro Jombang Demi Ketenangan

Menurut Kepala Dusun Sidolegi, masyarakat sekitar sebenarnya sudah beberapa kali  mengajak Sudarmaji pindah ke tempat yang lebih layak

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Deddy Humana
surya/anggit puji widodo
MANUSIA GOA - Sudarmaji ditemui di tempatnya bermukim di cekungan gunung yang disebut Gua Anggas Wesi di kaki Gunung Anjasmoro, tepatnya di Dusun Sidolegi, Desa Sumberjo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Senin (10/11/2025). 

Ringkasan Berita:
  • Seorang warga Jombang tinggal seorang diri di dalam goa di Gunung Anjasmoro, tepatnya di Dusun Sidolegi, Desa Sumberjo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang.
  • Di Goa Anggas Wesi itu, Sudarmaji sudah tinggal bertahun-tahun dan selalu menolak diajak pindah ke tempat yang layak.
  • Keberadaan manusia goa itu menjadi perbincangan sehingga mengundang pengunjung, selain untuk sekadar lewat atau menjalani ritual bersemedi.

 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Di tengah derasnya arus modernisasi dan gegap gempita kehidupan kota, masih ada orang yang memilih jalan berbeda. Itu pula yang dijalani Sudarmaji (60), yang menghabiskan puluhan tahun hidup seorang diri menjadi 'manusia goa'.

Itu sebutan dalam arti sebenarnya karena ia tinggal di dalam goa di kaki Gunung Anjasmoro, tepatnya di Dusun Sidolegi, Desa Sumberjo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang.

Di Goa Anggas Wesi, tempat sunyi yang tersembunyi di tengah hutan jati itulah, Sudarmaji bermukim tanpa sanak dan saudara, menyangkal kedekatan dengan masyarakat.

Menemui Sudarmaji memang tidak mudah. Perjalanan menuju goa itu butuh waktu 48 menit dari Alun-alun Jombang, dengan jarak tempuh 33 KM menuju Desa Sumberjo.

Setelah itu masih harus menelusuri jalan menanjak dan licin dengan sepeda motor selama 35 menit, disusul trek curam sejauh 50 meter dengan berjalan kaki. 

Di kanan kiri jalan, pepohonan jati menjulang, menyisakan suara serangga dan gemerisik daun yang menjadi musik pengiring langkah.

Namun segala lelah itu seolah sirna begitu sampai di lokasi. Dari luar, Goa Anggas Wesi tampak seperti rumah sederhana yang menyatu dengan alam. 

Di mulut gua, terlihat baju-baju bergelantungan, ember penampung air hujan, dan sebuah kasur tipis yang menjadi tempat beristirahat Sudarmaji. 

Di dalamnya lampu minyak menggantung, jam dinding dan kalender menempel di batu, sementara aroma dupa samar memenuhi udara. "Di sini saya tenang," ucap Sudarmaji. 

Sudarmaji sangat tertutup dengan kehidupan pribadinya, saat ditanya alasannya bertahan di gua itu pun ia enggan bercerita tentang masa lalu. Ia hanya menyebut berasal dari Boyolali, Jawa Tengah.

Bagi Sudarmaji, kesunyian adalah teman, bukan hukuman. Ia hidup dengan cara sederhana. Mandi di sungai kecil di bawah gua, memasak menggunakan tungku kayu, dan sesekali menyalakan radio tua untuk mendengar kabar dunia luar. 

Tidak Selalu Menutup Diri 

Untuk makan, ia sering mendapat pemberian dari pengunjung yang datang ke sekitar gua untuk bertapa, kadang sehari atau berhari-hari. Ia hidup dari uluran tangan pengunjung yang hendak bertapa. 

Dari para pengunjung itulah ia kerap diberi uang dengan nominal yang tidak pasti. Dengan uang itulah terkadang ia turun ke desa menggunakan sepeda motor bebek miliknya untuk membeli kebutuhan seperti makan dan minum.

Meski terisolasi, Sudarmaji tidak sepenuhnya terputus dari manusia. Para pengunjung dan pencari ketenangan batin kerap datang ke Goa Anggas Wesi untuk bertapa. 

Sumber: Surya
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved