Pertalite Jatim Diduga Bermasalah
Cerita Kholil Warga Tuban Motornya Brebet Usai Isi Pertalite, Harus Dorong 1 Km dan Bayar Servis
Begini cerita Kholil, Warga Tuban yang mengeluhkan motor brebet usai isi Pertalite. Harus dorong motor 1 Km dan bayar biaya servis.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
Ringkasan Berita:
- Sejumlah warga Tuban mengeluhkan motor brebet usai mengisi Pertalite di beberapa SPBU.
- Salah satu korban, Kolil, harus mendorong motornya sejauh 1 km dan mengeluarkan biaya perbaikan Rp95.000.
- Mekanik menduga penyebab kerusakan karena kualitas Pertalite yang tercemar atau tidak standar.
SURYA.co.id - Sejumlah warga Kabupaten Tuban, Jawa Timur, mengeluhkan kerusakan mesin sepeda motor usai mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite.
Salah satunya dialami oleh Kolil, warga Desa Widang, yang mengaku motornya mendadak brebet dan mogok setelah mengisi Pertalite di salah satu SPBU di Kota Tuban.
Kondisi tersebut membuatnya terpaksa mendorong motor sejauh sekitar satu kilometer menuju bengkel terdekat.
Setelah diperiksa, mekanik menduga kerusakan disebabkan oleh kualitas BBM yang tercemar atau tidak sesuai standar.
Kasus ini menambah daftar keluhan konsumen yang berharap Pertamina segera menindaklanjuti laporan terkait dugaan masalah pada Pertalite di wilayah Tuban.
Kholil menceritakan, kejadian bermula pada Sabtu (25/10/2025) saat ia mengisi Pertalite sepulang kerja.
Awalnya motor Honda Scoopy miliknya masih berjalan normal, namun pada Senin pagi, ketika hendak berangkat kerja, motor terasa berat dan tersendat-sendat.
“Sesampainya di daerah Kuwu, tepatnya di Desa Widang, motor saya mulai nyendat-nyendat, lalu di Compreng malah mati total,” ujar Kolil dalam wawancara dengan Tribun Jatim Network.
Ia kemudian mendorong motornya sejauh satu kilometer hingga menemukan bengkel yang buka.
Setelah diperiksa, tangki dan sistem pompa bahan bakar ternyata kotor dan harus dikuras.
“Busi juga diganti, sarangan di tangki ikut kotor,” katanya.
Total biaya perbaikan mencapai sekitar Rp95.000.
Menurut pengakuannya, aroma Pertalite yang dibeli saat itu terasa berbeda dari biasanya.
Beberapa pengendara lain yang mengisi di SPBU sama juga mengalami masalah serupa, bahkan ada yang harus membongkar sistem injeksi.
Kolil kini beralih menggunakan Pertamax sesuai anjuran mekanik, meski harga lebih mahal.
Ia berharap Pertamina segera menelusuri penyebab gangguan ini.
“Pertalite itu penting bagi masyarakat kecil karena harganya terjangkau. Kami berharap segera diperbaiki supaya tidak ada korban lagi,” ujarnya.
Baca juga: Ojol Keluhkan Motor Brebet Setelah Isi Pertalite di Surabaya, Rasanya Seperti Naik Kuda
Sebagai pengguna kendaraan roda dua, saya bisa memahami keresahan warga seperti Kolil.
Pertalite selama ini menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke bawah karena harganya yang bersahabat dan ketersediaannya luas.
Namun ketika bahan bakar yang diandalkan justru menimbulkan kerusakan mesin, wajar bila kepercayaan publik terguncang.
Kejadian di Tuban ini semestinya menjadi peringatan bagi penyedia BBM untuk memperketat pengawasan kualitas di setiap SPBU.
Dalam konteks pelayanan publik, keandalan produk tidak kalah penting dari keterjangkauan harga.
Pertamina perlu merespons cepat agar tidak muncul spekulasi dan keresahan lebih luas di masyarakat.
Pada akhirnya, energi yang aman dan berkualitas bukan hanya tanggung jawab korporasi, tetapi juga hak konsumen yang harus dijamin negara.
Emak-emak di Surabaya Motornya Brebet Usai Isi Pertalite
Hal serupa juga dialami Verda Angger (30), seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari menggunakan motor Honda Beat untuk beraktivitas dan mengantar anak ke sekolah.
Motor yang biasanya lancar dikendarai itu tiba-tiba “ngadat” tak lama setelah pengisian BBM.
“Motornya berebet, padahal baru saya servis dan biasanya normal saja,” ujar Verda saat diwawancara Tribun Jatim, melansir dari tayangan youtube Harian Surya.
Ia menuturkan, motor tersebut awalnya masih bisa distarter, tetapi tak lama kemudian langsung mati.
“Kalau digas malah kayak mbet-mberebet, jadi enggak bisa jalan,” lanjutnya.
Gejala serupa terjadi pada dua motor lain di lingkungannya setelah pengisian bahan bakar di SPBU yang sama.
Merasa janggal, Verda pun memutuskan mendatangi posko pengaduan yang dibuka pihak SPBU Kebonsari.
Namun, klaimnya belum bisa diproses karena beberapa dokumen, seperti kuitansi bengkel dan sampel BBM, belum lengkap.
Pihak SPBU Kebonsari membuka posko pengaduan bagi pengendara yang mengalami kendala serupa usai mengisi Pertalite.
Para pengadu diminta membawa dokumen pendukung, seperti foto kendaraan, kuitansi bengkel, dan sampel bahan bakar.
Setelah melengkapi berkas, mereka diarahkan ke bengkel resmi Ahas untuk pemeriksaan lebih lanjut.
“Kita diarahkan ke Ahas untuk servis, nanti katanya bakal dibantu dari sini,” ungkap Verda.
Posko ini merupakan respons SPBU terhadap meningkatnya laporan warga terkait dugaan masalah pada BBM jenis Pertalite di kawasan tersebut.
Verda menceritakan, ia biasa mengisi bahan bakar di SPBU Kebonsari karena letaknya dekat dengan rumahnya.
“Biasanya saya isi Rp10.000 sampai Rp15.000 karena motor kecil,” jelasnya.
Namun, pada hari kejadian, setelah mengisi penuh sekitar siang hari, motornya langsung menunjukkan gejala tidak normal.
“Pertama berebet, terus saya bawa ke bengkel, habis itu saya isi lagi full tank, tapi tetap sama,” katanya.
Bahkan, setelah diservis, gejala itu tidak hilang. Ia menambahkan, motor sempat bisa distarter tetapi pelan dan langsung mati.
“Biasanya kalau distarter langsung nyala, ini malah pelan terus mati,” keluhnya.
Meski sudah membuat laporan ke posko pengaduan, Verda mengaku klaimnya belum bisa diproses karena belum memenuhi seluruh syarat administrasi.
“Kita disuruh bawa kuitansi bengkel dan sampel bensin, katanya nanti dirembes kalau sudah lengkap,” ujarnya.
Pihak SPBU menyampaikan bahwa laporan tersebut akan diteruskan ke pihak terkait untuk dilakukan pengecekan lebih lanjut.
Mereka juga menegaskan, kasus seperti ini akan ditangani sesuai prosedur dan setiap pengaduan akan diproses secara transparan.
Kasus ini memicu kekhawatiran masyarakat, terutama pengguna motor kecil yang bergantung pada Pertalite untuk aktivitas harian.
“Semoga Pertamina ke depannya lebih baiklah, jangan sampai kita ini pergi ke tetangga,” ujar Verda berharap.
Warga menilai, pengawasan mutu bahan bakar harus diperketat agar tidak merugikan konsumen.
Selain itu, mereka juga meminta adanya kompensasi atau bantuan perbaikan bagi korban yang terdampak langsung.
Pihak SPBU berjanji akan memfasilitasi setiap laporan dan terus berkoordinasi dengan pihak Pertamina untuk mencari penyebab gangguan tersebut.
Kasus yang menimpa warga Surabaya ini mencerminkan pentingnya konsistensi mutu bahan bakar di lapangan.
Masalah seperti mesin berebet atau mogok memang tampak sederhana, tetapi bisa sangat mengganggu aktivitas harian masyarakat.
Penulis menilai langkah SPBU membuka posko pengaduan merupakan bentuk tanggung jawab yang positif terhadap konsumen.
Namun, proses tindak lanjut yang lambat berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap pelayanan BBM bersubsidi.
Ke depan, diperlukan pengawasan yang lebih ketat dari Pertamina dan instansi terkait agar standar kualitas BBM benar-benar terjamin hingga ke tingkat distribusi akhir.
Selain itu, sistem kompensasi bagi konsumen yang dirugikan perlu dibuat lebih cepat dan mudah.
Kasus Verda menjadi pengingat bahwa pelayanan publik yang baik dimulai dari keandalan produk yang dikonsumsi masyarakat setiap hari.
ViralLokal
Eksklusif
Multiangle
Meaningful
SaksiKata
Tuban
motor brebet usai isi Pertalite
Pertalite
motor brebet
SURYA.co.id
surabaya.tribunnews.com
| Ogah Tanggapi Temuan Armuji Soal Pertalite Bikin Motor Brebet, Inilah Sosok Mars Ega Dirut Pertamina |
|
|---|
| Daftar Harga BBM di Surabaya Mulai 1 November 2025: Shell dan BP Turun di Tengah Polemik Pertalite |
|
|---|
| Meski Pertamina Klaim Tak Ada Campuran Air di Pertalite, Ombudsman Jatim Desak Ada Ganti Rugi |
|
|---|
| Motor Matic Brebet di Jawa Timur, Ahli Otomotif Honda : Jangan Panik dan Bawa ke Bengkel Resmi |
|
|---|
| Tidak Temukan Campuran Di Pertalite, Polres Tuban Pastikan Motor Rusak Bukan Karena Mengisi di SPBU |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/Cerita-Kholil-Warga-Tuban-Motornya-Brebet-Usai-Isi-Pertalite-Harus-Dorong-1-Km-dan-Bayar-Servis.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.