PGRI Trenggalek Tolak Guru Jadi Tester MBG, Minta Tim Gizi dan Medis Dioptimalkan

PGRI Trenggalek, Jatim, tidak setuju guru mencicipi menu MBG siswa. Desak optimalkan tim gizi dan medis untuk keamanan pangan.

Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Sofyan Arif Candra Sakti
TESTER MBG - Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Trenggalek, Catur Winarno ditemui di Kantor PGRI Trenggalek, Kelurahan Sumbergedong, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Selasa (14/10/2025). Catur menolak jika guru harus menjadi tester menu Makan Bergizi Gratis (MBG). 

SURYA.CO.ID, TRENGGALEK – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur (Jatim), menyatakan penolakannya terhadap praktik guru yang dijadikan tester atau pencicip menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebelum disajikan kepada siswa. 

Penolakan ini disampaikan Ketua PGRI Trenggalek, Catur Winarno, Selasa (14/10/2025), meskipun secara umum pelaksanaan MBG di Trenggalek dinilai berjalan baik. 

PGRI mendesak, agar tim gizi dan medis yang tergabung dalam program MBG dioptimalkan fungsinya.

PGRI Trenggalek: Guru Bukan Tester Makanan Siswa

Catur Winarno menegaskan, bahwa meski mengapresiasi program MBG, pihaknya tidak sepakat jika guru harus mencicipi menu makanan siswa. 

"Kalau harus mencicipi kami tidak setuju, saran kami fungsikan secara optimal unsur-unsur yang ada di MBG-nya. Kan sudah ada tim gizi, tim medisnya dan sebagainya," kata Catur.

Menurut Catur, dengan berfungsinya tim penyedia MBG secara optimal, risiko makanan basi atau keracunan dapat ditekan seminimal mungkin. 

Ia mengakui, bahwa setiap sekolah memang memiliki guru koordinator MBG, namun tugas tersebut tidak serta merta melibatkan aktivitas mencicipi makanan.

Baca juga: Pemkab Trenggalek Amankan Program MBG, Libatkan Guru dalam Satgas Pengawasan

Tugas Koordinator MBG: Distribusi, Bukan Penguji Rasa

Catur menjelaskan, tugas guru sebagai koordinator MBG adalah mengkoordinir perwakilan siswa dari setiap kelas, untuk mendistribusikan menu MBG kepada teman-teman mereka. 

"Jadi tugasnya sebagai koordinator itu tidak mengganggu tugas utama sebagai pendidik," tegasnya. 

Hal ini penting, agar fokus guru tetap pada tugas utama mereka sebagai pendidik.

Evaluasi dan Peningkatan Layanan MBG Terus Berjalan

Mantan Kepala Sekolah SMPN 1 Trenggalek ini, juga mengakui bahwa tim penyedia MBG, termasuk Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), masih dalam tahap mencari ritme kerja terbaik mengingat jam terbang yang masih terbatas.

"Harus kita akui bersama, semua masih pada taraf belajar, saya lihat belum maksimal, tapi kami mendorong agar selalu ada evaluasi sehingga ada peningkatan layanan ke anak, cara memasak, termasuk mendistribusikannya agar tidak terjadi apa-apa," lanjut Catur.

Ia juga sempat menerima beberapa keluhan yang masih bisa ditoleransi, salah satunya terkait waktu kedatangan menu MBG yang terlalu mepet, sehingga siswa harus segera menyantapnya. 

"Namun setelah diberi masukan oleh sekolah agar datang lebih awal sehingga pembelajaran tidak terganggu, pihak MBG juga memenuhi," jelas pentolan Muhammadiyah Trenggalek itu.

Manajemen Waktu Kunci Efektivitas Program

Manajemen waktu yang baik, dinilai Catur sangat krusial. 

Selain menjaga kualitas makanan, hal ini juga akan berpengaruh pada efektivitas tugas guru koordinator, agar tidak mengganggu tugas utama mereka sebagai pendidik. 

"Pihak sekolah sudah berkoordinasi dengan tim SPPG untuk waktu makan siangnya, sehingga pembelajaran relatif aman," pungkasnya, menunjukkan adanya upaya kolaborasi untuk meningkatkan kualitas layanan.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved