HUT Kemerdekaan RI ke 80

Pengorbanan Pemuda Kaffa Ledakkan Jembatan Junok Bangkalan, Kini Makam Sang Pahlawan Diabaikan Pemda

makam pahlawan Pemuda Kaffa yang tidak terurus pernah dilaporkan kepada pemerintah melalui masa kepemimpinan tiga Bupati

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
surya/ahmad faisol
PAHLAWAN BANGSA - Pemuda Kaffa diabadikan menjadi nama jalan protokol dari pintu masuk Kota Bangkalan dari arah Timur, Simpang Tiga Junok hingga Simpang Tiga di depan Kantor Bawaslu Kabupaten Bangkalan. Perawatan Makan Pemuda Kaffa dilakukan secara swadaya oleh warga RW VIII Kelurahan Pejagan setelah dibersihkan enam tahun lalu. 

SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Para pejuang tidak pernah ingin disebut pahlawan, tetapi pengorbanannya demi kemerdekaan Indonesia sudah selayaknya menjadikan mereka bunga bangsa.

Di Bangkalan, nama Pemuda Kaffa begitu dihormati berkat pengorbanannya dalam pertempuran melawan Belanda saat itu.

Pemuda Kaffa sudah tiada namun namanya diabadikan sebagai nama ruas jalan di jalur protokol masuk Kota Bangkalan

Perjuangan sang pahlawan tidak setengah hati demi negaranya. Ia gugur dengan cara meledakkan diri bersama ranjau untuk menghancurkan Jembatan Junok, agar pasukan Belanda tidak masuk kota dari arah Timur. 

Namun miris, saat banyak pidato dari para pemimpin negeri agar merawat jiwa patriotisme dan nasionalisme di HUT Kemerdekaan RI, justru lupa merawat makam sang pahlawan.

Makam sang bunga bangsa di Jalan Pertempuran, Kelurahan Pejagan itu tidak terurus, sebelum akhirnya dirawat warga secara swadaya.

Bagi sebagian besar masyarakat RW VIII Kelurahan Pejagan, Kota Bangkalan, Pemuda Kaffa merupakan sosok pahlawan. Namanya selalu menjadi kenangan mengharukan di setiap momen Agustusan.

Seperti halnya pada Peringatan Hari Kemerdekaan Ke-80 Republik Indonesia tahun ini, warga berkumpul menggelar renungan malam, doa bersama dan tabur bunga di Makam Pemuda Kaffa, Sabtu (16/8/2025) malam. Nisan Pemuda Kaffa berlokasi di belakang Rutan Kelas II B Bangkalan.

“Jasad Pemuda Kaffa dimakamkan di situ, makamnya ditemukan warga sekitar enam tahun yang lalu. Makamnya tidak terurus, tidak layak sebagai pesarean seorang pahlawan. Ada kandang ayam, tetapi sudah dibersihkan warga sekitar,” ungkap salah seorang tokoh masyarakat Bangkalan, H Fathurrahman Said (64) kepada SURYA, Senin (19/8/2025).

Pria yang disapa Jimhur Saros itu menjelaskan, saat itu Belanda berupaya merangsek masuk Kota Bangkalan melalui tiga pintu.

Pertama dari pintu Barat melalui jalur Sungai Bandaran hingga di depan rutan, kawasan tersebut diabadikan dengan nama Jalan Pertempuran.

“Pasukan Belanda juga berupaya masuk dari pintu Selatan, yakni dari pesisir Kecamatan Labang. Karena itu disebut labang atau pintu dalam Bahasa Madura. Ketiga, kawasan Junok dijadikan target pasukan Belanda masuk kota dari arah Timur. Di sinilah peran besar Pemuda Kaffa,” jelas Jimhur.

Ia memaparkan, Kaffa kala itu merupakan salah seorang anggota Pemuda Sosialis Indonesia atau Pesindo. Bersama masyarakat pejuang Bangkalan, Kaffa memasang ranjau di bawah Jembatan Junok.

Untuk meledakkannya, pemicu ditarik dengan tali panjang. Namun ketika pasukan Belanda mulai mendekati Jembatan Junok, ranjau gagal meledak meski pemicu telah ditarik sesuai prosedur yang telah  direncanakan.

“Tanpa ragu, Pemuda Kaffa turun menghampiri ranjau dan menarik pemicu dengan tangannya. Jembatan Junok runtuh, pasukan Belanda tidak jadi masuk Kota Bangkalan. Pemuda Kaffa gugur dalam peristiwa itu,” kata Jimhur.

Halaman
12
Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved