Lepas Pekerjaan Di Bank, Ketua HIPMI Bondowoso Sukses Berjualan Susu Kedelai 15 Ribu Botol Per Hari

Untuk berada di posisi saat ini, Budi harus berjuang selama 8 tahun untuk menjual produk dari pintu ke pintu.

Penulis: Sinca Ari Pangistu | Editor: Deddy Humana
surya/Sinca Ari Pangistu (Sinca)
INSPIRASI USAHA - Budi Haryanto (35) menunjukkan produk susu kedelai D-Soy Milk yang sekarang sudah terjual 10.000 botol dalam sepekan. Susu kedelai produknya dijual di rumahnya di Desa/Kecamatan Prajekan, Kabupaten Bondowoso. 

Ia juga menanyakan secara pribadi kepada 100 konsumen tentang rasa susu kedelai produk lain.

Hasilnya, 60-75 orang dari total 100 orang mengalami intoleran laktosa dan perlu susu protein nabati sebagai solusi pemenuhan terhadap kebutuhan protein dan kandungan nutrisi penting lainnya pada susu nabati. 

Namun, mereka enggan mengkonsumsi susu kedelai karena aroma kedelainnya yang kuat dan bau langu.

"Bau susu kedelai bikin sebagian orang pusing. Di situlah saya berinisiatif menciptakan susu kedelai yang nikmat, lezat, tanpa bau langu," terang Budi.

"Dan tentunya susu kedelai itu memiliki kandungan protein dan nutrisi penting yang butuhkan tubuh. Saya belajar dan melakukan eksperimen cukup lama untuk dapat menghilangkan aroma tidak sedap itu," jelas pria kelahiran 10 Juni 1990 itu.

Setelah berhasil membuat susu kedelai tanpa aroma tidak sedap yang memiliki kandungan nutrisi tinggi, Budi menjual susu nabati D-SOYMILK secara door to door ke orang-orang yang dikenalnya.

Sasaran awalnya adalah teman-temannya sendiri atau pun teman-teman istrinya yang kebetulan lumayan banyak.

Budi menjualnya sendiri menggunakan motor, berkeliling setiap hari dari pukul 08.30 WIB – 11.30 WIB untuk memperkenalkan produknya dengan memberikan edukasi dan penjelasan rinci tentang keunggulan D-SOYMILK.

Budi juga menawarkan kepada semua orang mulai kantor desa sekitar, ke sekolah-sekolah untuk dikenalkan kepada gurunya, ke puskesmas, rumah sakit, hingga kantor-kantor OPD dan instansi-instansi lainnya di Bondowoso dan Situbondo.

"Jadi saya langsung ke kantor-kantor untuk menawarkan D-SOYMILK, mulai dengan mengedukasi tentang produk ini kepada para calon konsumen," urai Budi.

Bahan baku kedelainya, kata Budi, dibeli di Bondowoso. Tak sembarangan, kedelainya merupakan kategori grade A agar sesuai dengan tujuan awal berdirinya usaha ini, yaitu menyajikan susu nabati yang memiliki kandungan protein dan nutirisi penting.

Bukan tanpa alasan Budi memilih kedelai impor karena proses pengolahan kedelai lokal banyak hambatan. Salah satunya, susah menghilangkan aroma tidak sedap bagi para konsumen susu kedelai.

"Kita coba menggunakan kedelai impor yang tidak kalah kandungan proteinnya dengan kedelai grade A," jelasnya.

Sebelumnya Budi memproduksi kedelai menjadi susu nabati sepekan sekali dengan 3 KG kedelai, karena belum banyak yang mengenal kualitas produknya. 

Dan sekarang, dalam sekali produksi setiap hari bisa mencapai kurang lebih 1,5 kuintal kedelai yang bisa menjadi 2.000 liter kedelai atau setara 15.000 botol D-SOYMILK.

Sumber: Surya
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved