Udang Kena Import Alert AS, Ketua Apindo Jatim : Perlu Sesuaikan Standar Negara Tujuan

Pengusaha perikanan di dalam negeri mulai resah karena ekspor udang ke Negeri Paman Sam telah terhenti selama lebih dari 10 hari.

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Titis Jati Permata
Foto Istimewa Apindo Jatim dan Pixabay.com
UDANG - Foto Ilustrasi udang (kiri) dan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jatim, Eddy Widjanarko membahas terkait ekspor udang (kanan). Pengusaha perikanan di dalam negeri mulai resah karena ekspor udang ke Amerika Serikat terhenti selama lebih dari 10 hari. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA – Indonesia tengah menjalin koordinasi intensif dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) usai ditemukannya kandungan radioaktif Cesium-137 (Cs-137) pada kontainer berisi udang beku asal Indonesia.

Akibat temuan tersebut, Amerika Serikat langsung mengembalikan 18 kontainer udang tersebut dan menghentikan sementara impor udang dari Indonesia.

Dampaknya, pengusaha perikanan di dalam negeri mulai resah karena ekspor udang ke Negeri Paman Sam telah terhenti selama lebih dari 10 hari.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur, Eddy Widjanarko, menyebut kondisi ini bisa memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran.

Baca juga: Forum Shrimp Fair Di Banyuwangi, Bahas Ekspor Udang Ke AS Usai Temuan Radioaktif di Tangerang

“Kalau ekspor ke AS benar-benar mandek, bisa ada satu juta tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan,” kata Eddy, Selasa (14/10/2025).

Tak hanya berdampak pada pekerja, larangan ekspor ini juga membuat Indonesia terancam kehilangan potensi devisa hingga USD 1,7 miliar atau sekitar Rp29 triliun dari sektor ekspor udang.

Eddy mengaku heran dengan temuan radioaktif tersebut.

Ia menilai, inti persoalan terletak pada perbedaan standar keamanan pangan antar negara, khususnya dalam produk ekspor makanan.

Baca juga: DPRD Jember Heran, Tambak Udang Sedot Laut, Tanpa IPAL Dan TakBerizin, Tetapi Sudah Panen 14 Kali

“Pemerintah perlu mengkaji dan menyesuaikan dengan standar negara tujuan ekspor, apalagi ini menyangkut pangan. Ini pelajaran penting bagi para pembuat kebijakan,” ujarnya.

Pasar udang Indonesia sangat bergantung pada AS. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, nilai ekspor udang pada 2024 mencapai USD 2 miliar.

Dari jumlah tersebut, sekitar 63–64 persen atau USD 1,4 miliar ditujukan ke pasar AS.

Selain 18 kontainer yang telah dikembalikan, saat ini masih ada sekitar 439 kontainer dengan total berat 900 ton udang yang juga diminta untuk “pulang kampung”.

Baca juga: Nasi Goreng dan Kwetiau dengan Bumbu Merah Serbaguna, Bertambah Gurih Pakai Sentuhan Udang Grago

Pemerintah kini dihadapkan pada pilihan sulit, antara memasarkan udang yang sudah terkontaminasi di dalam negeri atau melakukan re-ekspor ke negara lain.

Namun, menurut Eddy, kedua opsi itu sama-sama berisiko. Banyak negara tujuan sudah mengetahui isu ini dan mulai menolak kiriman udang dari Indonesia.

Biasanya, setiap pekan terdapat sekitar 50 peti kemas udang yang dikirim ke AS. Namun sejak larangan berlaku, pengiriman tersebut terhenti total.

“Kalau dimusnahkan, pengusaha rugi besar. Tapi kalau diekspor ke negara lain, mereka sudah tahu dan mulai menolak. Beberapa negara sudah mempertanyakan tujuan re-ekspor. Dan mencari pasar baru itu tidak mudah,” jelasnya.

BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved