“Berdoa saja, saya itu mau operasi, bilang ke pakdhe yang ada di Bali,” ucap Busia menirukan pesan terakhir sang anak.
Setelah itu, Busia mengaku diminta oleh adiknya untuk pergi ke Bali untuk menengok keadaan Herman.
Namun saat sudah tiba di Bali, putranya sudah dalam keadaan tidak sadar.
“Saat itu sudah tidak sadar, habis operasi di rumah sakit di Bali,” jelas dia.
Beberapa waktu setelah operasi, putranya dinyatakan meninggal dunia, sehingga anaknya dibawa pulang ke Jember untuk dimakamkan.
Anak saya dimakamkan di pemakaman keluarga,” ujar dia.
Busia mengaku tidak bisa berbuat banyak atas kepergian anaknya.
Kalaupun menggugat, anaknya sudah meninggal dunia.
Dia pun memilih mengikhlaskan kepergian putranya agar Herman bisa tenang.
Busia sendiri tidak terlalu ingat kapan sang aktif di dunia binaraga.
Dia hanya mengetahui jika anaknya pergi ke Bali untuk bekerja dan ketika Hari Raya Idul Fitri, baru pulang ke kampung halaman.
“Saya kurang tahu kapan aktif di binaraga, anaknya kalau Lebaran saja yang pulang,” tegas dia.
Busia mengaku anaknya merupakan sosok yang baik dan ramah.
Dia selalu menjaga etika dengan tetangga maupun teman-temannya.
Dia merupakan akan pertama dari dua bersaudara.
Herman sudah menikah dan memiliki satu anak, namun pernikahannya berujung perceraian.
Sebelum ke Bali, Herman Fausi memiliki usaha pangkas rambut.
Lantaran tidak terlalu berkembang, usaha itu kini diteruskan oleh adiknya.