Berita Surabaya

Sambang Kampung Ndresmo Surabaya, Tempat Para Kiai Atur Strategi Perang Melawan Belanda

Penulis: Wiwit Purwanto
Editor: Cak Sur
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gapura pintu masuk lingkungan Kampung Ndresmo Dalam, Kota Surabaya.

SURYA.CO.ID, SURABAYA – Sebuah kampung tua yang dipenuhi dengan pondok pesantren di Surabaya, yakni Kampung Sidosermo di Kecamatan Wonokromo, banyak menyimpan cerita sejarah.

Hingga kini, kampung yang dikenal dengan nama Kampung Ndresmo ini dikenal dengan kawasan pondok pesantren yang jumlahnya puluhan.

Tidak kurang dari 30 pondok pesantren ada di kampung pondok pesantren Sidosermo.

Selain menempati bangunan yang sengaja dirancang sebagai pondok, kegiatan nyantri di Sidosermo ini juga bertempat di rumah-rumah warga, terutama untuk santri perempuan.

Yang menarik juga, semua pimpinan pondok pesantren di Sidosermo ini masih bertalian keluarga, semuanya berasal dari Assayid Ali Akbar yang kemudian mempunyai anak As Sayyid Ali Asghor, yang kini makamnya ada di pemakaman keluarga di Sidosermo, Gang Kuburan.

H Abbas pengasuh Pondok Pesantren Al Badar, salah satu pondok tertua yang ada di lingkungan Ndresmo Dalam mengatakan, kawasan Nderesmo ini dulunya adalah tempat berkumpulnya para kiai dalam mengatur strategi saat perang melawan Belanda.

H Abbas di depan Pondok Pesantren Al Badar, salah satu pondok tertua di lingkungan Ndresmo Dalam, Kota Surabaya, Rabu (26/8/2020). (SURYA.CO.ID/Wiwit Purwanto)

“Para kiai berkumpul di Ndresmo ini, untuk bermusyawarah dan mengatur strategi melawan Belanda,” kata H Abbas, putra dari KH Nur Hamid generasi ke-4 di Pondok Pesantren Al Badar.

Di kawasan ini, kata H Abbas, hampir semua bangunan masih merupakan bangunan lama. Seperti Musala Al Badar yang berada di lingkungan Ponpes Al Badar, masih bangunan lama dengan arsitek yang masih dipertahankan seperti aslinya.

Para santri menginap di rumah pondokan yang juga menyatu dengan pondok tempat belajar.

“Para santri juga tetap sekolah seperti biasa di sekolah umum, pulang ke pondok dilanjutkan belajar diniyah,” ujarnya.

Ndresmo Dalam, termasuk kawasan yang banyak pondok pesantrennya. Namun, ada juga ponpes yang ada di luar lingkungan Ndresmo Dalam.

Konon Ndresmo adalah kependekan dari sing nderes wong limo (Yang membaca Alquran sebanyak lima orang santri). Dari kata itulah kemudian berubah menjadi Sidosermo.

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memberi status Cagar Budaya, terutama di komplek pemakaman As Sayyid Ali Asghor.

Sidosermo sekarang bukan lagi kampung yang kecil, tapi sudah tumbuh dan berkembang menjadi perkampungan yang dihuni oleh banyak orang.

Namun, untuk mengidentifikasi kampung lama di tengah tengah perkampungan ini, ada kampung Sidosermo Dalam.

Halaman
12

Berita Terkini