SURYA.co.id - Aksi penyanderaan yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata atau KKB Papua pada November 2017 silam, menjadi penyebab warga Tembagapura merasa trauma.
Saat itu, KKB Papua berhasil menduduki kampung-kampung hingga akses keluar masuk terputus.
Warga Tembagapura pun terjebak di kampung mereka sendiri dan tak dapat keluar.
TNI lalu menerjunkan Kopassus dan Kostrad untuk melakukan operasi pembebasan.
Dalam kurun waktu 78 menit, Kopassus dan Kostrad berhasil menumpas KKB Papua dan membebaskan 347 warga yang menjadi sandera.
Namun, tragedi tersebut masih menyisakan trauma bagi warga Tembagapura.
• KKB Papua Lekagak Telenggen Sebar Hoax Ngaku Tewaskan 17 Anggota TNI-Polri, ini 3 Fakta Terbarunya
• VIRAL Video KKB Papua Teror Warga Tembagapura Sampai Panik dan Mengungsi, Terdengar Suara Tembakan
• Aksi Keji KKB Papua Minta Makan ke Warga Sambil Todongkan Senjata, Ngakunya Berjuang Usir Freeport
Trauma itulah yang membuat ratusan warga memilih untuk mengungsi karena takut kejadian yang sama terulang lagi.
Terlebih lagi, aktivitas teror KKB Papua semakin meningkat dan diindikasi targetnya adalah PT Freeport Indonesia.
Kabar terbaru menyebutkan, hingga Senin (9/3/2020) telah ada 917 warga Distrik Tembagapura yang mengungsi ke Timika, Kabupaten Monika, Papua.
Lantas, seperti apa kisah operasi pembebasan 347 warga Tembagapura yang disandera KKB Papua pada 2017 silam?
Melansir dari Tribunnews dalam artikel 'Kronologi Operasi Pembebasan 347 Sandera di Papua Dalam Waktu 78 Menit', operasi penyelamatan yang digelar Jumat (17/11/2017) itu, tidak dilakukan aparat sembarangan.
Kepala Penerangan Kodam Chendrawasih, Kolonel Muhammad Aidi, menyebut anggota TNI yang berpartisipasi dalam operasi itu, adalah gabungan dari Grup 1,2,3 dan Sat81/Gultor Kopassus TNI AD, serta Yonif-751/Raider dan Tontaipur Kostrad TNI AD.
Saat dihubungi Tribunnews.com, ia menjelaskan dalam operasi tersebut pasukan Kopassus ditugaskan untuk menyerbu penyandera yang menguasai desa Kimberley.
Sementara pasukan lainnya ditugaskan untuk menyerbu desa Binti.
Mereka sejak pagi hari, sudah berhasil mendekati lokasi target masing-masing, tanpa diketahui para pelaku.