Pasien Gangguan Pendengaran di RSUD dr Haryoto Lumajang Naik 25 Persen, Diduga Terpapar Sound System

RSUD dr Haryoto Lumajang mencatat peningkatan hampir 25 persen pasien poli THT dalam tiga bulan terakhir.

Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: irwan sy
SURYA.co.id/Erwin Wicaksono
SOUND HOREG - Ilustrasi tes sound horeg yang digelar di pinggir kalanan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. RSUD dr Haryoto Lumajang mencatat peningkatan hampir 25 persen pasien gangguan pendengaran di poli THT dalam tiga bulan terakhir. 

SURYA.co.id | LUMAJANG - RSUD dr Haryoto Lumajang mencatat peningkatan hampir 25 persen pasien poli THT dalam tiga bulan terakhir.

Mayoritas pasien mengeluhkan gangguan pendengaran diduga akibat paparan suara keras dari kegiatan  di lingkungan sekitar.

Menurut dr Aliyah Hidayati SpTHT-KL, pasien yang datang ke RSUD dr Haryoto Lumajang umumnya tinggal berdekatan dengan lokasi hajatan, meski tidak ikut hadir di acara.

“Pasien-pasien ini datang setelah mengalami keluhan berulang setiap kali ada hajatan di lingkungan mereka. Bahkan dari mereka ada yang tidak hadir langsung di acara, tapi rumahnya berdekatan dengan lokasi hajatan,” terang Aliyah ketika dikonfirmasi Jumat (8/8/25).

Keluhannya bervariasi, mulai dari tinnitus, nyeri telinga, hingga penurunan pendengaran.

Beberapa kasus bahkan memburuk karena paparan berulang.

"Banyak yang menganggap remeh suara keras ini, padahal dampaknya ke pendengaran bisa jangka panjang. Kami sudah mencatat tren peningkatan pasien THT sejak beberapa bulan terakhir, dan sebagian besar mengaku masalahnya muncul setelah sering terpapar suara hajatan,” tandasnya.

Aliyah mengingatkan agar penggunaan sound system di lingkungan padat lebih dikendalikan.

Anak-anak dan lansia dinilai lebih rentan terhadap paparan suara bising.

Ia juga mendorong kolaborasi lintas sektor untuk merumuskan regulasi suara hajatan agar tak mengganggu kesehatan warga sekitar.

“Kesenangan dalam hajatan adalah hak setiap warga, tapi jangan sampai itu merugikan kesehatan orang lain. Edukasi tentang dampak suara keras ini harus digencarkan, agar masyarakat sadar dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitarnya,” ungkapnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved