Berita Viral

Ingat Kepsek SDN Ciledug Barat yang Jual Seragam Rp1,1 Juta? Kini Masih Menjabat, Belum Dicopot

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Tangsel, Deden Deni, mengungkapkan bahwa proses pemberian sanksi masih berjalan.

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Musahadah
Kolase Kompas.com/Canva
PENJUALAN SERAGAM SEKOLAH - Ilustrasi untuk artikel Ingat Kepsek SDN Ciledug Barat yang Jual Seragam Rp1,1 Juta? Kini Masih Menjabat, Belum Dicopot 

Namun, dari empat sanksi tersebut tidak bisa langsung dijatuhkan kepada pelaku, melainkan sesuai dengan tingkat kesalahannya. 

“Pelanggaran berat itu kan ada empat. Disesuaikan dengan tingkat kesalahannya,” lanjutnya. 

Baca juga: Dedi Mulyadi Tanggapi Gugatan Sekolah Swasta soal Rombel 50 Siswa, Tantang Buktikan Kerugian

Awal Mula Kasus 

Kasus ini mencuat setelah Nur Febri Susanti (38), seorang wali murid, mengaku diminta membayar Rp1,1 juta per anak untuk seragam sekolah. 

Ia kaget saat mengetahui bahwa justru harus membayar biaya seragam sekolah hingga Rp 2,2 juta.

Dua anak Nur merupakan siswa pindahan dari Jakarta. Keduanya mendaftar ke SD Negeri Ciledug Barat, Pamulang.

Anak pertamanya masuk kelas lima, sementara adiknya kelas dua.

Pada 11 Juli 2025, usai anak-anaknya dinyatakan diterima, Nur langsung menerima rincian biaya seragam.

“Saya kaget waktu kepala sekolah langsung bilang biayanya Rp 1,1 juta per anak, untuk baju batik, muslim, olahraga, dan buku paket. Saya tanya bisa dicicil atau tidak, jawabannya 'kalau bisa jangan dicicil, kasihan anaknya nanti beda sendiri dari teman-temannya',” kata Nur, Selasa (16/7/2025) dikutip dari Kompas.com.

Kondisi ini sangat memberatkan Nur.

Sang suami yang bekerja sebagai tukang parkir, menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga.

“Saya sempat buka media sosial dan baca sekolah negeri itu gratis. Tapi ini kok mahal ya, hanya untuk seragam. Saya pikir ada yang tidak sesuai,” ucapnya heran.

Yang membuat Nur makin terkejut, pembayaran biaya seragam diminta ditransfer ke rekening pribadi kepala sekolah.

“Rekeningnya (pembayaran seragam) itu atas nama pribadi (kepala sekolah), bukan (koperasi) sekolah. Lalu saya sampaikan di media sosial, saya malah ditegur dengan nada tinggi oleh kepala sekolah,” sambungnya lirih.

Masalah tak berhenti di situ.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved