Berita Viral

4 Fakta Kondisi Terakhir Arya Daru Sebelum Tewas, Akses Layanan Kesehatan Mental Sejak 2013

Terungkap kondisi terakhir diplomat Arya Daru sebelum ditemukan tewas terlilit lakban di kamar kos Jalan Gondangdia, kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kolase Kompas TV/tangkap layar CCTV kos Arya Daru
KEMATIAN - (kiri) Polda Metro Jaya menggelar konferensi pers untuk mengumumkan penyebab kematian diplomat Arya Daru, Selasa (29/7/2025). (kanan) tangkap layar detik-detik Arya Daru sebelum ditemukan tewas di kamar kos, Selasa (8/7/2025). 

SURYA.CO.ID - Terungkap sejumlah fakta terkait kondisi terakhir diplomat Arya Daru Pangayunan sebelum ditemukan tewas terlilit lakban di kos kawasan Menteng, Jakarta Pusat. 

Kondisi terakhir Arya Daru terungkap dari penyidik yang melakukan pemeriksaan ilmiah dari barang bukti yang didapatkan. 

Ahli dari Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), Nathanael E. J. Sumampouw, menjelaskan bahwa pihaknya membentuk tim pemeriksa terdiri dari tujuh psikolog berpengalaman dalam pemeriksaan forensik, khususnya dengan pendekatan otopsi psikologis.

Otopsi psikologis adalah proses evaluasi psikologis terhadap individu yang telah meninggal guna memperoleh gambaran dan pemahaman mengenai dinamika psikososial yang berkontribusi terhadap kematiannya.

Dalam kasus kematian Arya Daru, Apsifor Himpsi mewawancarai keluarga, rekan kerja, atasan, dan orang-orang yang mengenal sang diplomat.

Selain itu, Apsifor Himpsi juga mengkaji dokumen dan informasi dari kehidupan pribadi, pekerjaan, serta data dari kepolisian untuk memahami kondisi psikologis dan dinamika psikososial Arya Daru.

Berikut hasil temuan-temuan Apsifor Himpsi, dikutip SURYA.CO.ID dari tayangan Kompas TV, Selasa (29/7/2025).

1. Arya Daru dikenal di lingkungannya sebagai pribadi berkarakter positif: bertanggung jawab, suportif terhadap rekan kerja, pekerja keras, dapat diandalkan, dan peduli terhadap lingkungan sekitar.

Baca juga: Kondisi Terkini Meta Ayu Istri Arya Daru usai Penyebab Kematian Suaminya Terungkap, Kakak: Kasihan

SYOK - (kiri) Polda Metro Jaya menggelar konferensi pers untuk mengumumkan penyebab kematian diplomat Arya Daru, Selasa (29/7/2025).
(kanan) Foto Arya Daru dan istrinya, Meta Ayu
SYOK - (kiri) Polda Metro Jaya menggelar konferensi pers untuk mengumumkan penyebab kematian diplomat Arya Daru, Selasa (29/7/2025). (kanan) Foto Arya Daru dan istrinya, Meta Ayu (KOMPAS.com Baharudin Al Farisi/Instagram Arya Daru)

2. Sebagai sosok yang senantiasa berupaya menampilkan karakter dan kualitas diri di lingkungan sekitarnya, Arya Daru cenderung menyimpan emosi negatif yang kuat, terutama dalam situasi dengan tekanan tinggi.

Tekanan tersebut dihayati secara mendalam sehingga memengaruhi cara Arya Daru memandang diri sendiri, lingkungan, dan masa depannya.

Arya Daru berusaha menginternalisasi berbagai emosi negatif yang dirasakan, serta berupaya untuk tidak menunjukkannya di hadapan orang lain.

Meskipun demikian, Apsifor Himpsi menemukan adanya riwayat upaya Arya Daru untuk mengakses layanan kesehatan mental secara daring.

Berdasarkan data yang dihimpun, upaya tersebut pertama kali tercatat pada tahun 2013 dan terakhir kali terpantau pada sekitar tahun 2021.

3. Pada masa-masa akhir kehidupannya sebagai diplomat, Arya Daru menjalankan tugas yang sangat mulia, yaitu memberikan perlindungan kepada Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri.

Baca juga: Misteri Pergeseran CCTV di TKP Tewasnya Arya Daru Terungkap, Ternyata Dilakukan Pemilik Kos

Arya Daru adalah seorang pekerja kemanusiaan yang memikul berbagai tanggung jawab, melaksanakan tugas profesional sekaligus peran humanistik sebagai pelindung, pendengar, dan penyelamat (rescuer) bagi WNI yang terjebak dalam situasi krisis. Ia memastikan bahwa negara hadir untuk warganya di luar negeri.

Peran tersebut menuntut empati yang tinggi, kepekaan emosional yang mendalam, ketahanan psikologis, dan sensitivitas sosial.

Semua itu tentu memiliki dampak psikologis, seperti burnout (kelelahan mental), compassion fatigue (kelelahan karena kepedulian), serta paparan yang terus-menerus terhadap penderitaan dan trauma.

4. Meskipun menghadapi dinamika psikologis yang kompleks, Arya Daru memiliki karakteristik kepribadian yang cenderung menekan dan menyembunyikan apa yang dirasakan.

Hal ini menyebabkan mendiang mengalami kesulitan dalam mengelola kondisi psikologis negatif secara adaptif.

 

Dinamika tersebut juga menjadi hambatan personal bagi Arya Daru untuk mengakses dukungan, baik dari lingkungan terdekat maupun dari tenaga kesehatan mental.

Setelah akumulasi tekanan yang terus berlangsung, cara Arya Daru memaknai dirinya, permasalahan hidup, dan tekanan yang dialami, khususnya pada episode terakhir kehidupannya.

Kemudian, memengaruhi proses pengambilan keputusan terkait cara kematian atau upaya untuk mengakhiri hidupnya.

“Kami menegaskan, kondisi psikologis individu tidak dapat disederhanakan hanya dari satu aspek kehidupan."

"Melainkan kita perlu memahami hasil interaksi dari berbagai faktor,” kata Nathanael.

“Oleh karena itu tidak ada satu faktor tunggal untuk menjelaskan kondisi psikologis atau kesehatan mental Arya Daru yang negatif ini,” tegas dia lagi.

Apsifor Himpsi mengajak masyarakat untuk bijak berkomentar di media sosial terkait kasus ini.

“Mari kedepankan upaya mendukung kesejahteraan psikologis keluarga, sahabat, serta rekan rekan Arya Daru,” tegas dia.

Dari kasus ini, polisi menyimpulkan tidak ada keterlibatan orang lain dalam kematian Arya Daru.

Korban meninggal dunia akibat gangguan pertukaran oksigen pada saluran napas yang sebabkan kematian lemas.

Dengan begitu, polisi belum menegaskan bahwa tidak ada unsur pidana.

Namun, polisi tidak menutup kasus ini.

Baca juga: Penyebab Luka Memar di Tubuh Arya Daru Terkuak, Bukan Kekerasan tapi Mau Panjat Tembok Rooftop Kemlu

Temuan Lain Terkait Penyebab Kematian Arya Daru

Selain kondisi terakhir Arya Daru, penyidik juga menemukan sejumlah fakta lain terkait kematian sang diplomat.

Sidik Jari

Pertama, terkait sidik jari terdapat pada lakban kuning yang melilit muka Arya Daru. 

Aipda Sigit Kusdiyanti dari Pusident Polri mengungkapkan, sesuai kaidah keilmuan, sidik hari bisa dikatakan sama jika memiliki minimal 12 karakteristik. 

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa sidik jari yang ada di lakban, adalah sidik jari Arya Daru.

"Hasil di lakban dan sidik jari ADP, memenuhi kriteria persyaratan 12 titik yang sama," terang Sigit.

Tes DNA

Kemudian, Kompol Irfan Rofiq dari Puslabfor Polri menguraikan bahwa hasil uji laboratorium forensik tIdak menemukan adanya bercak darah, sperma atau material biologi orang lain yang ada di TKP, baik di kamar korban maupun di luar seperti di kamar mandi. 

"Kami tidak menemukan material biologi orang lain," terang Kompol Irfan. 

Selanjutnya, barang bukti di TKP dikonfirmasi ke laboratorium, termasuk barang bukti dari penyidik Polda Metro Jaya

"Ada 13 item, hanya satu, pada sisa lakban di bonggol atau gulungan lakban, terdapat DNA ADP (Arya Daru)," terang Kompol Irfan. 

Konsumsi Obat-obatan

Sementara Penyelidik Polda Metro Jaya bersama Subbid Toksikologi Puslabfor Polri juga melakukan uji pada organ dan cairan tubuh korban. 

AKP Ade Laksono dari Toksikologi Puslabfor Polri memastikan sudah meneliti otak, empedu, limpa, hati, ginjal, lambung, darah, urine. 

Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi senyawa toksin, apakah ada di organ atau cairan tubuh tersebut, antara lain, obat-obatan atau bahan kimia. 

Hasilnya, seluruh organ dan cairan tubuh, tidak terdeteksi senyawa toksin, seperti pestisida, sianida, arsenik, alkohol maupun narkoba. 

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan lanjutan dan menemukan kandungan paracetamol di otak, kandungan  chlorpheniramine atau CTM di empedu, hati, dan limpa. 

Lalu kandungan paracetamol dan chlorpheniramine di ginjal dan urine serta kandungan chlorpheniramine di lambung dan darah.

"Kesimpulannya pemeriksaan tidak terdeteksi senyawa toksin umum. Namun ditemukan kandungan paracetamol dan klor," terangnya. 

Sesuai studi literatur chlorpheniramine atau CTM adalah antihistamine yang dapat meredakan gejala alergi seperti hidung tersumbat dan menimbulkan efek mengantuk. 

Sementara paracetamol dipakai untuk meredakan nyeri. 

"Ini menunjukkan sdanya konsumsi atau paparan obat sebelum kematian," tegas Ade Laksono. 

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved