Berita Viral

Belum Puas Datangi Lokasi KKN Jokowi, Rismon Sianipar Juga Kunjungi Kasmudjo, Ditolak Mentah-mentah

Belum puas datangi lokasi KKN Jokowi, Rismon Sianipar kini malah mendatangi mantan dosen pembimbing akademik Jokowi, Kasmudjo.

Kolase youtube
DOSEN PEMBIMBING JOKOWI - Rismon Sianipar dan dosen pembimbing akademik Jokowi, Kasmudjo. Belum Puas Datangi Lokasi KKN Jokowi, Rismon Sianipar Juga Datangi Kasmudjo, Ditolak Mentah-mentah. 

Hal ini terungkap saat Rismon Cs mendatangi kediaman Kepala Desa Ketoyan, Wahidatun, belum lama ini. 

Dalam video yang beredar viral di media sosial, tampak Rismon Cs mencecar Wahidatun tentang KKN Jokowi di desa tersebut. 

"Kedatangan kami kesini, ada yang lagi ramai tentang KKN pak Jokowi, tidak menyimpan dokumen-dokumen,"kata teman Rismon. 

Wahidatun lalu menceritakan, pada tahun 1983 itu dia memang sudah besar dan sudah bekerja di Boyolali. 

Karena itu, dia tidak ingat siapa-siapa saja yang KKN di desanya, karena harus pulang pergi ke Boyolali setiap hari. 

Meski demikian, ketika kasus ini mencuat, dia pun menanyakan ke warganya tentang kabar Jokowi KKN di desa tersebut. 

"Saya cari informasi anak-anak sudah besar seusai saya, katanya benar (Jokowi KKN di desanya). Ada media-media pembuatan 10 program pokok PKK," katanya. 

Media dari kayu berisi 10 program pokok PKK itu dibuat Jokowi dan kelompoknya saat KKN di sana. 

"Itu dari kayu ditempelkan di jalan-jalan," terangnya. 

Selain papan kayu bertulis 10 program pokok PKK, bukti adanya KKN yang dilakukan Jokowi adalah dari kesaksian warga. 

Dikatakan Wahidatun, saat itu ada salah satu warga yang pernah mengantar Jokowi mengambil gitar ke Solo.

"Ada pak Muhdi, yang punya fotokopi di dekat masjid Ketoyan. Pernah mengantar pak Jokowi naik vespa ke solo. Ngambil gitar," ungkap Wahidatun.  

Wahidatun mengaku, saat Jokowi KKN, jabatan kepala desa dipegang oleh Djentoe Abdul Wahab. 

Sementara ayahnya saat itu menjabat sebagai sekretaris desa. 

Posko KKN Jokowi dan teman-temannya saat itu berada di dekat balai desa.

"Tahun 1983 kebetulan sekdesnya bapak saya almarhum, kadesnya juga sudah almarhum. 
Perangkat masih tapi tidak waspada, karena biasanya KKN kalau sudah ditaruh di kepala desa," ungkapnya. 

Jawaban Wahidatun ini membuat Rismon Cs tidak puas hingga terus mencecarnya, termasuk menanyakan bukti dokumen yang menguatkan keberadaan Jokowi di KKN tersebut.

Wahidatun mengakui bekas administratif di desanya sudah dimusnahkan kalau sudah berusia 10 tahun. 

Karena KKN Jokowi sudah dilakukan lebih dari 40 tahun silam, sehingga dipastikan dokumennya tidak tersimpan lagi. 

"Berkas administratif tidak ada karena  arsip 10 tahun sudah dimusnahkan," katanya. 

Rismon lalu menanyakan tentang foto-foto yang beredar yang memperlihatkan Jokowi berada di desa tersebut saat KKN. 

Rismon bertanya apakah Wahidatun mengenal sosok-sosok di foto tersebut. 

"Saya gak tanya-tanya namanya," jawab Wahidatun. 

Setelah tak mendapatkan jawaban yang diinginkan, Rismon Cs akhirnya meninggalkan kediaman Wahidatun. 

Sebelumnya, Rismon Sinipar menuding lokasi KKN Jokowi di Ketoyan, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, fiktif karena desanya baru terbentuk pada tahun 2000-an. 

Sementara Jokowi melakukan KKN sekira tahun 1985-an.

Tudingan Rismon itu langsung dibantah Sekretaris Desa (Sekdes) Ketoyan, Tofan Bangkit Sanjaya. 

Tofan menyebut pernyataan Rismon menyesatkan dan tidak sesuai fakta sejarah.

Tofan Bangkit Sanjaya lalu menunjukkan sejumlah dokumen otentik yang membuktikan bahwa Desa Ketoyan telah berdiri jauh sebelum tahun 2000.

"Desa Ketoyan sudah ada sejak tahun 1954. Bahkan saat itu sudah memiliki struktur pemerintahan desa lengkap, termasuk lurah, carik (sekretaris desa), dan perangkat lain," jelas Tofan kepada awak media, Jumat (13/6).

Sambil memperlihatkan buku catatan desa, Tofan menyebut bahwa pada 13 September 1954, telah diterbitkan Surat Keputusan (SK) Bupati yang mengesahkan jabatan Lurah, Djentoe Abdul Wahab.

"Dalam buku ini tertulis lengkap, ada satu lurah, satu carik, dan tiga kebayan yang sekarang setara dengan kepala dusun. Ini bukti sahih bahwa pemerintahan desa sudah berjalan sejak dulu," tegasnya.

Tak hanya satu dokumen, Tofan juga menunjukkan buku Later C serta buku-buku lawas lain yang memperkuat keberadaan administratif Desa Ketoyan sebelum era reformasi.

"Kalau menurut arsip dan buku desa ini, tahun 1954 sudah ada lurah aktif. Maka, saya bisa menyimpulkan bahwa sebelum tahun itu pun Desa Ketoyan sudah ada," katanya.

Tofan menilai klaim yang menyebut Desa Ketoyan baru terbentuk pada tahun 2000-an sebagai pernyataan yang keliru dan tidak berdasar.

"Kalau ada statement yang mengatakan Desa Ketoyan baru terbentuk tahun 2000-an, berdasarkan data dan dokumen desa, itu jelas keliru dan menyesatkan," tandasnya.

Sementara terkait kegiatan KKN yang dilakukan Jokowi di desa itu, diakui warga dan tokoh masyarakat setempat. 

Muh. Huri (70), warga setempat mengaku pernah berinteraksi langsung dengan Jokowi selama masa KKN berlangsung.

"Iya, (salah satunya) Pak Jokowi. Saya pernah ketemu beliau selama sekitar tiga bulan waktu KKN," katanya.

Huri bahkan mengingat dengan jelas momen saat dirinya dibonceng Jokowi menggunakan motor Vespa untuk pergi membeli gitar ke Solo.

Saat itu, KKN Mahasiswa UGM akan segera berakhir.

Para mahasiswa akan hendak mengadakan perpisahan.

Sebagai kenang-kenangan, dia juga meminta gitar sebagai tinggalan.

Dia pun lantas diberi uang oleh salah satu tokoh masyarakat untuk dibelikan gitar.

Karena dalam kelompok KKN di Desa Ketoyan ini yang tahu toko gitar di Solo hanya Jokowi, dia pun langsung diatarkan.

Hanya Jokowi yang tahu lokasi toko gitar di Solo, sehingga bersedia mengantarnya.

"Yang paling saya ingat, kami sempat mampir ke rumah saudaranya Pak Jokowi, rumahnya di dekat sungai dan banyak kayunya, kayak pabrik mebel," kenangnya.

Gitar yang dibeli itu rencananya akan digunakan untuk mengiringi Jokowi menyanyikan lagu "Stuck on You", yang kala itu sedang populer. 

Namun, rencana tersebut batal karena rekan pengiring musik tidak menguasai lagu tersebut dengan baik.

"Karena yang ngiringi kurang pinter, akhirnya gagal dinyanyikan," tambahnya.

Pernyataan Huri dikuatkan Zainal Muhizin (80), warga setempat.

Diakui dia memang tidak melihat langsung kegiatan para mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) saat itu. 

Namun, dia mendengar langsung dari orang tuanya bahwa sejumlah mahasiswa UGM, termasuk salah satunya berasal dari Solo, tinggal di rumah lurah setempat, Djentoe Abdul Wahab.

"Saya meyakini mahasiswa itu adalah Pak Jokowi. Mereka tinggal di rumah Pak Lurah Djentoe," ujarnya.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved