Perang Iran Israel

Rekam Jejak Mohammad Pakpour Panglima Baru Garda Revolusi Iran, Siap Balas Dendam ke Israel

Inilah rekam jejak Mohammad Pakpour yang ramai jadi perhatian dunia setelah ia diangkat menjadi Panglima Baru Garda Revolusi Iran.

|
Kolase youtube dan APA
PANGLIMA BARU IRAN - (kiri) Serangan Israel terhadap Iran pada Jumat (13/6/2025). (kanan) Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mayor Jenderal Mohammad Pakpour. 

SURYA.co.id - Sosok hingga rekam jejak Mohammad Pakpour ramai jadi perhatian dunia setelah ia diangkat menjadi Panglima Baru Garda Revolusi Iran.

Mohammad Pakpour juga mengaku siap balas dendam kepada Israel.

Diketahui, Mayor Jenderal Mohammad Pakpour dipilih sebagai Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).

Ia menggantikan Mayor Jenderal Hossein Salami, yang tewas dalam serangan mematikan yang dilancarkan Israel.

Setelah dipilih, Jenderal Mohammad Pakpour bersumpah membalas dendam atas agresi Israel.

Sumpah itu ia sampaikan dalam sebuah pesan yang dikirim kepada Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei.

Khamenei merupakan komandan dari semua pasukan bersenjata di Iran.

"Rezim Zionis kriminal dan tidak sah akan menghadapi nasib pahit dan menyakitkan dengan konsekuensi yang besar dan merusak. Segera gerbang neraka akan dibuka untuk rezim pembunuh anak ini," kata Pakpour, seperti diberitakan MEHR News, melansir dari Tribunnews.

Pakpour juga menyampaikan belasungkawa kepada para pendahulunya dan rekan-rekannya yang tewas dalam serangan Israel.

Israel memulai serangan militer di dan dekat ibu kota Iran, Teheran, serta kota-kota lain di Iran pada dini hari, Jumat, (13/6/2025).

Serangan menyasar fasilitas nuklir dan markas militer Iran.

Dalam serangan tersebut, pejabat militer dan ahli nuklir Iran dikabarkan tewas.

Mereka antara lain, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran; dan Mayor Jenderal Hossein Salami, Panglima IRGC.

Kemudian Fereydoun Abbasi dan Mohammad-Mehdi Tehranchi, keduanya adalah akademisi sekaligus peneliti nuklir.

Rekam Jejak Mohammad Pakpour

Menurut penelusuran SURYA.co.id, Mohammad Pakpour merupakan sosok militer senior yang meniti karier panjang di tubuh Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran.

Ia lahir pada tahun 1961 di Arak, Iran, dan mulai terlibat dalam militer tak lama setelah Revolusi Islam 1979.

Pakpour turut aktif dalam Perang Iran–Irak (1980–1988), di mana ia memimpin sejumlah unit penting seperti Divisi 8 Najaf Ashraf dan Divisi 31 Ashura.

Reputasinya sebagai komandan lapangan yang tangguh terbentuk dari pengalaman tempurnya yang luas di medan perang.

Setelah perang usai, Pakpour melanjutkan pengabdiannya di IRGC, termasuk dalam operasi kontra-terorisme di wilayah-wilayah sensitif seperti Kurdistan dan Sistan-Baluchestan.

Pada 2009, ia diangkat sebagai Komandan Pasukan Darat IRGC, posisi yang membuatnya bertanggung jawab atas berbagai operasi dalam negeri, termasuk pengamanan wilayah perbatasan dan latihan militer besar seperti "Great Prophet IX". 

Dalam kepemimpinannya, IRGC memperluas taktik asimetris dan penggunaan drone dalam operasi militer, termasuk drone model Hemaseh yang dikembangkan sebagai bagian dari modernisasi angkatan bersenjata.

Pakpour dikenal sebagai loyalis garis keras terhadap pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Ia kerap melontarkan pernyataan keras terhadap Israel dan Amerika Serikat, dan mendukung penuh keberadaan militer Iran di Suriah untuk mendukung rezim Bashar al-Assad. 

Tak hanya itu, kiprahnya di dalam negeri pun tak luput dari sorotan.

Ia menjadi salah satu tokoh militer yang dituduh terlibat dalam pembubaran aksi demonstrasi nasional pada November 2019 yang menelan korban jiwa dari kalangan sipil. 

Atas perannya tersebut, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadapnya pada 2019, disusul oleh Uni Eropa pada 2021.

Setelah wafatnya Jenderal Hossein Salami dalam serangan udara Israel, Ayatollah Khamenei menunjuk Mohammad Pakpour sebagai Panglima baru IRGC pada 13 Juni 2025.

Penunjukan ini menandai babak baru bagi IRGC, dengan Khamenei menekankan perlunya peningkatan kesiapsiagaan total, modernisasi sistem pertahanan, serta penguatan disiplin dan spiritualitas internal di tubuh pasukan elite tersebut.

Dalam pidato perdananya sebagai panglima, Pakpour menegaskan bahwa Iran akan memberikan “nasib pahit” kepada Israel sebagai balasan atas kematian Salami, mencerminkan garis keras yang konsisten dalam strategi pertahanan dan geopolitik Iran di bawah komandonya.

Dengan latar belakang akademik yang solid—memiliki gelar Ph.D. di bidang geografi politik dari Universitas Tarbiat Modares—serta pengalaman militer puluhan tahun, Mohammad Pakpour dianggap sebagai figur kuat yang siap membawa IRGC menghadapi tekanan global sekaligus menjaga stabilitas internal Iran.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved