IHSG Koreksi Tipis di Awal Juni 2025, Indo Premier Sekuritas: Pasar 'Wait and See' Jelang Idul Adha

Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah terbatas sebesar (-0,53 persen) dari level 7231 ke level 7175.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy

SURYA.co.id | SURABAYA - Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah terbatas sebesar (-0,53 persen) dari level 7231 ke level 7175.

Meskipun bergerak melemah, asing mencatatkan net buy sebesar Rp149,3 miliar di pasar regular.

"Ada lima sektor yang mengalami penguatan, sementara sisanya mencatatkan penurunan," kata Indri Liftiany Travelin Yunus, Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Senin (2/6/2025).

Sektor healthcare menjadi sektor penopang laju IHSG dengan mencatatkan penguatan sebesar (+1,95 persen) karena para pelaku pasar mengantisipasi potensi meningkatnya kembali kasus Covid-19, sementara sektor technology menjadi sektor pemberat dengan penurunan sebesar (-1,97 persen) yang tertekan karena penurunan saham $GOTO sebesar lebih dari (-11 persen).

Indri menegaskan para pelaku pasar diperkirakan akan tetap berhati-hati dalam membuat keputusan mengingat perdagangan dalam sepekan ke depan yang akan berlangsung hanya dalam 4 hari perdagangan (02-05 Juni) karena ada libur Hari Raya Idul Adha.

Di sisi lain, para pelaku pasar juga menanti keputusan final mengenai rencana-rencana kebijakan Donald Trump mengingat Pengadilan Perdagangan Internasional Amerika Serikat telah menyatakan bahwa mayoritas tarif Trump dinyatakan ilegal dan diblokir.

"Para pelaku pasar juga menanti serangkaian data ekonomi terutama Non-Farm Payrolls sebagai salah satu indikator utama untuk The Fed membuat kebijakan selanjutnya. Kami memprediksi bahwa IHSG akan bergerak bervariasi cenderung menguat dalam rentang support 7140 dan resistance 7320," prediksi Indri.

Pada perdagangan yang hanya berlangsung selama tiga hari (26-28 Mei 2025 lalu), karena ada libur dan cuti bersama Hari Kenaikan Yesus Kristus, ada sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan market, yakni Presiden Donald Trump yang menunda penetapan tarif sebesar 50 persen atas barang-barang yang berasal dari Uni Eropa hingga 9 Juli 2025 (90 hari).

Risalah FOMC yang menyatakan bahwa The Fed akan tetap berada dalam pola wait-and-see serta tetap mempertimbangkan data ekonomi dan kondisi ekonomi yang ada, sentimen konsumen Amerika Serikat yang berada di level 52,2 sama seperti laporan sebelumnya dan Presiden Donald Trump yang menghentikan sementara pengajuan visa pertukaran pelajar dan pengunjung dengan kategori visa F, M, dan J.

"Berdasarkan sentimen tersebut, ditambah lagi dengan waktu perdagangan yang relatif sempit (hanya 3 hari perdagangan), membuat para pelaku pasar berhati-hati cenderung wait-and-see sebab kemungkinan akan terjadinya hal-hal di luar perkiraan sepanjang long-weekend sangat besar," terang Indri.

Menariknya, selama libur panjang akhir pekan ini, terdapat beberapa peristiwa penting yang berpotensi memengaruhi perdagangan pekan depan, yakni Mahkamah Perdagangan Internasional AS yang memblokir tarif impor Donald Trump karena dianggap melampaui wewenang.

Trump yang mempertimbangkan tarif impor sementara 15 persen untuk sebagian besar ekonomi global selama 150 hari dan rencananya menaikkan tarif baja dan aluminium menjadi 50 persen.

Ada pula Elon Musk mundur dari penasihat senior Gedung Putih dan adanya isu pengunduran diri Ray Dalio sebagai penasihat Danantara, meskipun belum ada konfirmasi resmi.

Selain itu, terkait market pekan ini yang hanya akan berlangsung selama 4 hari perdagangan 2-6 Juni 2025 karena ada libur Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah, Indri mengimbau para trader untuk mencermati sejumlah sentimen kunci dari global dan domestik.

"Sentimen global yang wajib dicermati yakni Indeks S&P Global Manufacturing PMI bulan Mei Amerika Serikat yang diprediksi akan meningkat ke level 52,3 dibandingkan bulan sebelumnya di level 50,2, JOLTs Job Openings Amerika Serikat bulan Mei yang diperkirakan akan sedikit turun level 7,05 juta dibandingkan bulan sebelumnya di level 7,192 juta," beber Indri.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved