Berita Viral

Usai Sukses Bikin Program Barak Militer, Dedi Mulyadi Buat Gebrakan Baru untuk Siswa: Jam Malam

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, makin serius menangani persoalan remaja usia sekolah di wilayahnya. Kini, bikin gebrakan baru untuk siswa.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Tribun Jabar Gani Kurniawan
GEBRAKAN DEDI MULYADI - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (kiri), memeluk siswa Pendidikan Karakter Panca Waluya yang tidak ada anggota keluarganya, seusai upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional, di halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (20/5/2025) (kanan) 

SURYA.CO.ID - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, makin serius menangani persoalan remaja usia sekolah di wilayahnya.

Setelah sukses dengan program barak militer, Dedi Mulyadi kembali membuat gebrakan dengan mengesahkan aturan jam malam.

Surat Edaran (SE) tentang pembatasan aktivitas malam bagi peserta didik, sudah dikeluarkan Pemprov Jabar dengan nomor 51/PA.03/DISDIK tertanggal 23 Mei 2025. 

"Itu diluncurkan dulu. Nanti kita diluncurkan programnya," ujar Dedi Mulyadi, dikutip SURYA.CO.ID dari Tribun Jabar.

Setelah diluncurkan, program tersebut akan dipantau dan dilakukan evaluasi untuk melihat efektifitasnya.

"Setelah itu, kita lihat perjalanannya," ucapnya.

Kebijakan pembatasan jam malam bagi pelajar ini, pertama kali diungkapkan Dedi setelah melakukan MoU bersama bupati/walikota, Polda Jabar dan Polda Metro Jaya, terkait peningkatan keamanan di seluruh wilayah Jawa Barat di Gedung Negara Pakuan, Jumat 16 Mei 2025.

Menurutnya, potensi kenakalan remaja bermula ketika mereka keluar pada malam hari.

Sebab, banyak godaan yang menjadi pemicu ketika mereka berkumpul di tempat yang salah.

"Jam tertentu, mungkin saya akan berlakukan pada hari belajar tidak boleh lagi nongkrong di atas jam 8 (Pukul 20.00 WIB) misalnya."

"Karena kan mereka harus di rumah, di luar godaannya terlalu banyak," katanya.

Baca juga: Duduk Perkara Kades Jaminkan STNK untuk Bayar Tagihan RS Warganya, Endingnya Dilunasi Dedi Mulyadi

Bukti Kesuksesan Program Barak Militer

Diketahui, kebijakan kirim siswa nakal ke barak militer ternyata menunjukkan keberhasilan.

Para siswa yang mengikuti program barak militer selama dua pekan, mengaku hidup mereka berubah total.

Tak hanya menjadi lebih disiplin, mereka juga merasakan perhatian dan perlakuan hangat dari para pelatih TNI yang membimbing mereka.

Berikut pengakuan para siswa yang mengikuti program barak militer.

Menemukan Jati Diri

Keyzia Aprilian (18), siswa SMK di Kota Bandung, yang sudah menjalani program pembinaan selama dua pekan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. 

Keyzia kini lebih perhatian dan sopan kepada orangtua, kakak, dan adiknya.

Sebagai anak kedua dari empat bersaudara, Keyzia juga menunjukkan peningkatan dalam menjalankan ibadah, tanpa perlu diingatkan oleh orangtuanya.

Orangtua Keyzia, Epi Nurhayati (40), mengaku bangga dengan perubahan disiplin dan sikap sopan yang ditunjukkan anaknya.

Sebelumnya, Keyzia sering melawan dan membangkang terhadap perintah orangtua, serta kerap terlambat dan membolos di sekolah, bahkan dicap nakal oleh guru dan teman-temannya.

"Sekarang jadi kebanggaan orangtua. Semoga aja ke depannya bisa bentengi diri buat sendiri juga."

SINDIRAN DEDI MULYADI - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi usai mengunjungi RSUD Karawang, Rabu (21/5/2025).
SINDIRAN DEDI MULYADI - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi usai mengunjungi RSUD Karawang, Rabu (21/5/2025). (Kompas.com/Farida)

"Biasanya ngeyel melawan orangtua, sekarang lebih meredam diri. Semuanya berproses, tidak mudah juga," ujar Epi saat ditemui di kediamannya di Kebon Gedang, Kota Bandung, pada Sabtu (24/5/2025).

Epi awalnya merasa berat hati untuk melepas Keyzia mengikuti program yang digagas oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Saat itu, Epi sedang merawat salah satu anaknya yang mengalami patah tulang.

Namun, melihat kemauan keras Keyzia untuk berubah menjadi lebih baik, Epi akhirnya meridhoinya untuk mengikuti program di Dodik Bela Negara.

"(Keyzia) minta izin berangkat ke sana (Dodik). Awalnya enggak diizinkan karena adiknya sedang sakit. Atas keinginan anak sendiri yang ingin ke sana, akhirnya diizinkan," kata Epi. 

Baca juga: Pembelaan Dedi Mulyadi Soal Gaya Kepemimpinan hingga Dijuluki Gubernur Konten, Sebut Lebih Efektif

Keyzia sendiri mengaku sempat khawatir dicap sebagai remaja nakal oleh masyarakat setelah menjalani program pendidikan berkarakter tersebut.

Namun, ia mengesampingkan kekhawatiran itu demi menjadi pribadi yang lebih baik dan membanggakan orangtua.

"Sempat ada khawatir, cuma sekarang kayaknya lebih ke bangga."

"Pengalaman yang aku dapatkan karena nggak semua orang bisa mendapatkan yang aku rasakan, seperti upacara di Gedung Sate, ketemu gubernur, dan teman dari berbagai kota," tuturnya.

Selama di Dodik, Keyzia merasakan perlakuan baik dari para pelatih yang menganggapnya seperti anak sendiri.

Ia menegaskan bahwa tidak ada kekerasan dalam pelatihan tersebut, melainkan pelatihan yang mengajarkan disiplin, menghargai waktu, teman, dan orangtua. 

"Tidak ada kekerasan sama sekali. Malah pelatihnya kaya ibu dan ayah sendiri. 

Di sana banyak pengalaman dan ilmu baru diajarkan disiplin, menghargai waktu, teman, dan orangtua," katanya.

Keyzia menjelaskan rutinitas harian selama di Dodik, yang dimulai dengan bangun tidur subuh, beres-beres kasur, mandi, persiapan sholat di masjid, senam pagi, sarapan, apel pagi, hingga pelajaran baris berbaris dan materi pelajaran sekolah seperti PKN, matematika, dan bahasa Inggris. 

Setelah mengikuti program tersebut, Keyzia masih dalam pengawasan Dinas Pendidikan Jabar (Disdik) dan para pelatih untuk memastikan konsistensi sikapnya dan terhindar dari pengaruh buruk lainnya. 

"Masih dalam pemantauan. Sebulan sekali atau seminggu sekali ke Dodik," pungkasnya.

Ingin Masuk TNI

Kisah lain juga dirasakan Christover Segi.

Ia mengaku semakin percaya diri menggapai cita-cita sebagai TNI, setelah mengikuti program barak militer.

Christover, yang awalnya dikenal sebagai siswa yang kerap bolos sekolah, kini sudah menunjukkan perubahan sikap. 

Saat ditemui di Gedung Pakuan, Jalan Otto Iskandar Dinata, Selasa (20/5/2025), Christover menunjukkan perubahan sikap yang mencolok.

Ia memberikan hormat sebelum mencium tangan kedua orang tuanya. Sebuah gestur kecil, namun sarat makna bagi proses pembentukan dirinya.

Christover mengaku, awalnya sempat kesulitan beradaptasi di lingkungan barak yang keras dan jauh dari orang tua.

"Awal-awal sempat sedih, merasakan berat jauh dari orang tua. Tapi setelah berjalan, jadi sudah terbiasa, mulai beradaptasi," akunya.

Selama pendidikan, ia mulai memahami arti penting waktu, kedisiplinan, dan mental yang kuat. Hal-hal yang selama ini kerap ia abaikan.

"Saya sudah sadar, enggak akan diulangi lagi. Karena dari dodik (depo pendidikan) kita belajar menghargai waktu itu penting banget, disiplin itu penting banget, kalau enggak dibiasain mental juga jadi bermasalah," kata Christover.

Ia pun mantap ingin menjadi prajurit TNI setelah lulus sekolah.

Menurutnya, pengalaman di barak militer menjadi bekal awal yang sangat berharga.

Beruntung, keinginan itu mendapat dukungan dari sang ayah, Thomas Aquino (43).

Ia mengaku sangat bangga melihat perubahan anaknya yang kini lebih tenang dan fokus menatap masa depan.

"Kami sangat terharu melihat anak kami," ungkap Thomas kepada Kompas.com.

Thomas tak menampik bahwa sebelum mengikuti program, anaknya kerap bermasalah di sekolah.

"Ya, memang anak kami ini ada permasalahan di sekolah, dia itu anaknya enggak bisa diem, aktif sekali, makanya suka bolos pelajaran. Di kelas itu seperti enggak tenang," ujarnya.

Namun, sejak awal program ini diluncurkan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Thomas langsung antusias mendaftarkan anaknya.

"Saya sangat mendukung apa yang dia inginkan ketika dia punya keinginan untuk menjadi tentara. Makanya saya bilang jangan lewatkan kesempatan ini karena bisa jadi persiapan dari sekarang," tuturnya.

Ia bahkan mengibaratkan Christover seperti besi yang harus ditempa agar menjadi kuat dan bernilai.

"Intinya, kami sangat bersyukur ada program Pak Gubernur ini," tandasnya.

Siswa Pemabuk Kini Tobat

RFS, siswa asal Cimahi, juga merasakan perubahan pada dirinya setelah mengikuti program barak militer

Ia berkomitmen untuk tidak mengulangi perilaku negatif, seperti bolos sekolah, merokok, dan mengonsumsi minuman keras.

"Awalnya iseng-iseng dan didukung orangtua juga. Dipikir-pikir lumayan untuk melatih diri agar bisa lebih baik lagi."

"Dan cita-cita ingin jadi tentara sekalian coba," ungkapnya, dikutip SURYA.CO.ID dari Kompas.com.

Selama menjalani program tersebut, RFS mengaku banyak mendapatkan pelajaran berharga, mulai dari disiplin hingga keberanian berbicara di depan umum.

Ia juga dibekali semangat kebersamaan dan rasa saling memiliki meski baru saling mengenal dalam waktu singkat.

"Jiwa korsa lebih tinggi aja," ucapnya.

Pengalaman paling berkesan bagi RFS adalah ketika ia dan teman-teman lainnya mendapat hukuman direndam di kolam, meskipun bukan karena kesalahan yang diperbuatnya.

Pengalaman tersebut turut mengajarkan pentingnya menghargai waktu, terutama saat menjalankan kewajiban beribadah tepat waktu.

RFS berharap, setelah lulus dari program ini, dirinya dan teman-temannya dapat konsisten dalam disiplin dan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari.

"Tinggalkan hal-hal yang buruk. Buat apa untungnya, setelah saya pikir dan coba, tiap hari kerjaannya berantem, mabuk, merokok."

"Semenjak masuk menjadi lebih sehat dan ternyata lebih enak," pungkasnya.

Pecandu Game

Fajril Ramadhan, siswa kelas 11 dari SMA Negeri 2 Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, merasakan banyak pelajaran berharga.

Fajril mengungkapkan, tidak ada paksaan dari orangtuanya maupun guru untuk mengikuti program tersebut. 

Ia dengan sadar ingin ikut serta dalam pendidikan ini agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. 

Sebelumnya, ia mengaku lebih banyak menghabiskan waktu bermain game dan mengabaikan sekolah serta tidak menghormati orangtua.

Sebelumnya, ia mengaku lebih banyak menghabiskan waktu bermain game dan mengabaikan sekolah serta tidak menghormati orangtua.

"Ada keinginan buat belajar jadi lebih baik," ujarnya saat berbincang dengan Kompas.com di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Selasa (20/5/2025).

Setelah mengikuti program pendidikan tersebut, Fajril menyadari bahwa keluarga adalah hal terpenting dalam hidupnya. 

Rindu rumah senantiasa membayanginya selama di asrama, namun ia terus berusaha menguatkan diri untuk menjadi lebih baik.

Ia juga merasa beruntung bisa berbagi rasa kangen dengan teman-teman barunya di asrama, yang ia anggap sebagai keluarga baru. 

Prestasi yang mengagumkan Di Dodik, Fajril berhasil mengenali dirinya sendiri lebih baik. 

Berkat kerja kerasnya, ia menjadi siswa terbaik dalam pelatihan baris-berbaris dan menerima hadiah sebesar Rp 25 juta dari Gubernur Jawa Barat.

Dia membuktikan bahwa program tersebut telah mengubah pribadinya menjadi lebih baik. Fajril ditunjuk oleh pelatih sebagai salah satu Komandan Pleton (Danton) dalam upacara Hari Kebangkitan Nasional. 

"Jadi lebih baik mampu memimpin pasukan dan bicara di depan umum. Jadi Danton, dan juara baris-berbaris terbaik," kata Fajril.

Keseruan dan kenangan di asrama Fajril juga mengenang berbagai momen menarik selama pendidikan.

Salah satu yang paling mengesankan adalah saat temannya tertangkap membawa rokok ke dalam asrama. 

Ia dan teman-temannya dihukum dengan diceburkan ke kolam lele hingga basah kuyup.

Meski begitu, Fajril menganggap peristiwa itu sebagai pelajaran untuk lebih taat pada aturan.

"Ketika teman-teman ada yang membawa rokok ketahuan, diceburin ke kolam lele sampai basah semua," katanya. 

Saat ini, Fajril merasa sedih harus berpisah dengan teman-teman asramanya setelah lulus dari program tersebut.

Banyak kisah yang penuh suka dan duka yang akan ia kenang. 

"Lega bisa bermain lagi, tapi sedih karena tertinggal atau berpisah dengan teman tidak ketemu lagi," tuturnya. 

Pendidikan yang positif dan tanpa kekerasan Fajril juga membantah isu adanya unsur kekerasan dalam program pendidikan tersebut. 

Menurutnya, para siswa diajarkan untuk menghargai diri sendiri dan orang lain serta disiplin. 

Para pelatih juga sangat perhatian dengan menyiapkan makanan bergizi dan enak, termasuk sayuran dan daging. 

"Hoaks (kekerasan), pertama diajarin bangun pagi, shalat subuh, senam, baris-berbaris, kemudian ke aula untuk belajar, tidak ada kekerasan fisik," jelasnya. 

Berbekal pengalaman berharga dari program ini, Fajril semakin mantap dalam bercita-cita untuk menjadi seorang prajurit TNI. 

"Saya setelah ini pengen melanjutkan menjadi TNI," pungkasnya.

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved