Grab Business Forum 2025 Tekankan Pentingnya Strategi Adaptif di Tengah Volatilitas Pasar Global
Grab Indonesia gelar Grab Business Forum 2025, dengan tema 'Beyond Bolder: Navigating Changes, Driving Growth'.
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | SURABAYA – Grab Indonesia menghadirkan acara tahunan Grab Business Forum 2025, dengan tema 'Beyond Bolder: Navigating Changes, Driving Growth', Kamis (8/5/2025) lalu.
Kegiatan ini sebagai ruang dialog strategis yang mempertemukan pembuat kebijakan, pemimpin perusahaan, dan pemangku kepentingan dari berbagai sektor industri untuk mengulas ketahanan bisnis dan membangun pertumbuhan jangka panjang.
Memasuki tahun keenam, acara Grab Business Forum 2025 berlangsung di Hotel Fairmont, Jakarta dan dihadiri hampir 1.400 pengunjung dari lebih dari 800 perusahaan.
Acara forum dibuka dengan paparan khusus oleh Deputi Bidang Pengembangan Iklim dan Penanaman Modal, Kementerian Investasi dan Hilirisasi Republik Indonesia Dr Riyatno SH LLM, serta Ekonom Senior sekaligus mantan Menteri Keuangan Republik Indonesia periode 2013-2014, Chatib Basri.
"Investasi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia terbesar kedua sebesar 29,15 persen pada tahun lalu," kata Riyatno saat membuka acara.
Di tengah situasi yang penuh tantangan saat ini, ekonomi digital dan data center menjadi salah satu sektor industri prioritas yang berpotensi besar terhadap investasi.
Tahun ini, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai USD 130 miliar atau 44 persen dari total proyeksi ekonomi digital di Asia Tenggara.
"Tentu ini potensi yang sangat besar. Karena itu kami mendorong kolaborasi triple helix yakni sinergi antara pemerintah, industri, dan juga akademisi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik," ungkap Riyatno.
Chatib Basri, Ekonom Senior sekaligus Mantan Menteri Keuangan Republik Indonesia periode 2013-2014 menambahkan, bahwa ketidakpastian adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dalam perekonomian global saat ini.
Namun, mengambil analogi pembalap MotoGP Marc Marquez yang mampu bangkit meskipun jatuh 27 kali di musim yang sama, ketahanan justru dibentuk dari kemampuan beradaptasi saat menghadapi risiko, bukan dari usaha menghindarinya.
“Keberanian dalam bisnis dan ekonomi bukan soal berani ambil risiko semata, tapi tentang bagaimana tetap berpijak dan responsif ketika masa depan tidak pasti. Dan itu hanya bisa dicapai jika kita terbiasa jatuh, namun jatuh dengan selamat,” tambah Chatib.
Dia juga menegaskan bahwa Indonesia memiliki tingkat keterpaparan yang relatif lebih rendah terhadap tekanan eksternal dibandingkan banyak negara lain.
Dengan rasio ekspor terhadap PDB yang lebih kecil, dan ketergantungan terhadap pasar AS yang hanya sekitar 2,5 persen dari PDB, Indonesia dinilai memiliki ruang yang lebih stabil untuk bertahan dan tetap tumbuh.
“Di tengah dunia yang sedang goyah, kadang yang kita butuhkan bukan negara yang sempurna, tapi negara yang lebih baik dari alternatif lainnya. Indonesia mungkin bukan yang paling gemilang, tapi justru karena dunia sedang dalam masalah, kita menjadi relatif lebih menarik,” lanjut Chatib.
Neneng Goenadi, Country Managing Director, Grab Indonesia, menggarisbawahi pentingnya keberanian untuk bereksperimen dan cermat dalam mengembangkan strategi baru.
Respon Hasil Tes DNA Lisa Mariana Emosional: Kalau Negatif Itu Anak Tuyul, Dong |
![]() |
---|
Balapan MotoGP 2025 Serasa Dimonopoli Marc Marquez, Tidak Lagi Ducati Cup |
![]() |
---|
Para Remaja Pelaku Tawuran di Tenggumung Surabaya Diburu Polisi, Akan Ditindak Tegas |
![]() |
---|
Imbas Silfester Matutina Absen Sidang PK Kasus Fitnah, PN Jaksel Wanti-wanti, Mahfud MD Bereaksi |
![]() |
---|
Pengakuan Pelatih Persebaya Eduardo Perez Jelang Laga Melawan Bali United |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.