Opini

Peran Dunia Kampus Digitalisasi dan AI untuk SDG: Beberapa Inspirasi

PBB melalui ECOSOC chamber melaksanakan 10th Multi-stakeholder Forum on Science, Technology and Innovation for the Sustainable Development Goals (STI

Editor: Adrianus Adhi
Dok
Prof. Dr. Gancar Candra Premananto, CDM., CCC., CI., QCRO., AIBIZ. 

Oleh: Prof. Dr. Gancar Candra Premananto, CDM., CCC., CI., QCRO., AIBIZ
Guru Besar bidang Sustainable Consumer Behavior Universitas Airlangga

Tanggal 7-8 Mei 2025 lalu, PBB melalui ECOSOC chamber melaksanakan 10th Multi-stakeholder Forum on Science, Technology and Innovation for the Sustainable Development Goals (STI Forum). Acara berlangsung di New York, Amerika. Event mengenai SDG ini menarik mengingat perkembangan digitalisasi dan AI yang sedang marak menjadi salah satu penyebab pengangguran di berbagai belahan dunia. Maka Forum mengundang berbagai pihak untuk mengeksplorasi berbagai masukan bagaimana memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mendukung SDG.

Salah satu hasil diskusi yang dibahas adalah mengenai perlunya Global Digital Compact sebagai sebuah cetak biru komprehensif yang diusulkan untuk mempromosikan masa depan digital yang terbuka, bebas, aman, dan berpusat pada manusia, dengan berakar pada hak asasi manusia universal. Tujuannya adalah memungkinkan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui kerja sama digital yang mendesak antara berbagai pemangku kepentingan. Global Digital Compact ini berupaya menjembatani kesenjangan digital, data, dan inovasi serta membangun tata kelola yang diperlukan untuk masa depan digital yang berkelanjutan.

Hasil ini menunjukkan pemahaman bahwa digitalisasai hanyalah alat untuk mencapai tujuan dengan lebih cepat dan efisien untuk mencapai SDG, bukan menjadi sebuah tujuan yang bahkan menambah permasalahan dunia.  

Lantas, bagaimana peran dan posisi Pendidikan terutama perguruan tinggi dalam mendukung hasil forum tersebut?

Sebelumnya kita melihat bagaimana posisi dan perkembangan digitalisasi di Indonesia. Laporan International Institute for Management Development World Digital Competitiveness Ranking (IMD WDCR) 2024 menunjukkan, peringkat daya saing digital Indonesia naik ke posisi 43 dunia. Dibandingkan tahun 2020, yang berada pada posisi 56 dunia. Hal ini menunjukkan kesiapan Indonesia cukup baik dalam memepersiapkan ekonomi digital. Namun bila dibandingkan dengan negara tetangga, pencapaian itu masih belum optimal. Tercatat, Singapura berada di peringkat 1, Malaysia (36), dan Thailand (37). Walau demikian, Indonesia masih lebih unggul dibandingkan India (51) dan Turki (55). Berdasarkan hasil tersebut, Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan setidaknya sembilan juta talenta di sektor digital terampil hingga 2030. Padahal menurut catatan Kemenkomdigi, saat ini jumlah talenta digital tercatat 500.000 orang sejak 2018. Data lain menunjukkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) melaporkan bahwa pada 2019 hingga 2022, hanya 0,8 persen angkatan kerja Indonesia yang merupakan profesional di bidang TIK.7 Angka ini berada jauh di bawah negara lain yang memiliki rata-rata sekitar 4 % . Dibandingkan dengan sesama negara anggota ASEAN, Indonesia memiliki proporsi tenaga kerja di sektor TIK yang lebih rendah dari Malaysia (7,7 % ) dan Singapura (5,1 % ).

Jumlah dan persentasi yang masih rendahl inilah yang harus didukung penuh dunia Pendidikan, termasuk Pendidikan tinggi. Penyiapan talenta yang siap ekonomi digital menjadi hal penting yang harus dibentuk di perguruan tinggi. Revolusi industry 5.0 telah mengarahkan arah perkembangan  teknologi pada perlunya penggunaan teknologi AI dalam aktivitas bisnis. Walaupun sebagian akademisi merasa bahwa AI berbahaya digunakan mahasiswa karena menjadikan mahasiswa malas dan termudahkan dalam mengerjakan tugas dan karya tulisnya. Namun perkembangan dunia praktek yang telah banyak mengakomodasi AI dalam dunia bisnis, menjadikan dunia akademik tidak bisa tidak harus memberikan pembelajaran berkaitan dengan penggunaan AI sebagai alat pembantu secara personal dalam pekerjaan manusia.

Perguruan Tinggi dan AI

Strategi Pengembangan Masyarakat Digital Indonesia 2024, memunculkan beberapa aktivitas yang harus diemban oleh dunia pendidikan tinggi diantaranya, membuat inovasi pengembangan AI serta bekerja sama dengan perusahaan di bidang teknologi untuk proses Pendidikan. Berikut beberapa hal yang telah diaplikasikan oleh departemen Manajemen FEB Universitas Airlangga dalam rangka mendukung penggunaan TIK dalam menjalankan SDG.

a. Kurikulum berbasis digitalisasi dan AI

Mahasiswa perlu mendapatkan penyadaran nilai penting digitalisasi dan AI dalam proses bisnis. Untuk itu dibentuk mata kuliah Literasi Digital dan Transformasi Bisnis dan Digital sebagai mata kuliah wajib. Demikian juga untuk mata kuliah seperti Sistem Informasi Bisnis yang juga mengkomodasi mengenai bagaimana AI dapat digunakan sebagai sarana mengumpulkan data. Ditambah dengan buku yang ditulis berkaitan denagn mata kuliah tersebut, yang tentu dapat menjadikan Masyarakat umum juga ikut dapat mendapatkan ilmn

b. Pembekalan sertifikasi AI untuk dosen pengampu

Para dosen diberikan pembekalan kompetensi digitalisasi dan AI, sehingga materi yang disampaikan tidak hanya sebatas teori dan konsep semata, namun juga aplikatif dan realistis. Disisi lain, dosen juga dibekali dengan alat deteksi penggunaan AI, terutama untuk tugas-tugas khusus melatih penalaran.

c. Pembelajaran berbasis AI

 Proses belajar mengajar akan lebih berwarna ketika mahasiswa melakukan presentasi menggunakan AI, seperti membuat gambar poster maupun video pembelajaran. Mahasiswa juga dapat dilatih bagaimana beretika menggunakan AI untuk menjadi pembantu personal (personal Assistant) membantu pelaksanaan tugas. Termasuk dalam menyelesaikan hasil penelitiannya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Publikasikan Karya di Media Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved