Budidaya Bonsai Tanpa Merusak Alam, Komunitas DBT Kediri Buat Pendekatan Ramah Lingkungan

Mulai dari bahan mentah hingga pohon yang siap ikut kontes, semua dirawat dengan teknik khusus tanpa eksploitasi dari alam liar

Penulis: Isya Anshori | Editor: Deddy Humana
surya/isya anshori
MERANCANG BIBIT BONSAI - Anggota Komunitas Dulur Bonsai Troeboes (DBT) Kediri melakukan pemangkasan dahan agar terlihat struktur bonsai, Minggu (20/4/2025). DBT yang bermarkas di Dusun Baran, Desa Besuk, Kecamatan Gurah ini memperkenalkan teknik budidaya bonsai tanpa merusak ekosistem alam. 


SURYA.CO.ID, KEDIRI - Bonsai menjadi seni memodifikasi tanaman tanpa menghilangkan keaslian dan keindahannya. 

Sebuah komunitas bonsai di Kabupaten Kediri membawa misi pendekatan lebih ramah lingkungan dari perburuan tanaman liar untuk dijadikan bonsai

Komunitas Dulur Bonsai Troeboes (DBT) yang bermarkas di Dusun Baran, Desa Besuk, Kecamatan Gurah ini memperkenalkan teknik budidaya bonsai tanpa merusak ekosistem alam.

Dengan memanfaatkan lahan seluas 500 meter persegi di belakang rumah, komunitas ini menjadi wadah para pecinta bonsai untuk belajar, berbagi, sekaligus melestarikan lingkungan.

Tidak hanya dari Kabupaten Kediri, anggotanya juga banyak yang tinggal dari kkabupaten tetangga seperti Nganjuk, Jombang hingga Tuban. 

Ratusan tanaman bonsai dalam berbagai tahap pertumbuhan terlihat tertata rapi di lahan tersebut. Mulai dari bahan mentah hingga pohon yang siap ikut kontes, semua dirawat dengan teknik khusus tanpa eksploitasi dari alam liar.

Udin Riskian, salah satu anggota komunitas DBT mengungkapkan bahwa komunitas ini sudah eksis selama lebih dari enam tahun terakhir. 

Sejak awal terbentuk, mereka berkomitmen untuk tidak mengambil bahan bonsai langsung dari hutan atau pegunungan yang bisa mengganggu keseimbangan ekosistem.

"Kami di sini membudidayakan sendiri. Jadi bibit tanaman bonsai kami tanam, rawat, dan bentuk dari awal. Bisa juga membeli dari teman-teman komunitas lain, tetapi prinsipnya tetap tidak merusak alam," jelas Udin saat ditemui, Minggu (20/4/2025).

Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan pun beragam mulai dari anting putri, berbagai jenis ficus, hingga pohon lokal lain yang cocok dijadikan bonsai. Proses pembentukan bonsai diawasi sejak dini agar hasil akhirnya tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sehat dan kuat.

Tidak hanya fokus pada pembibitan, DBT juga rutin menggelar pertemuan dua bulan sekali. Dalam pertemuan itu, para anggota baik pemula maupun yang sudah berpengalaman, mengikuti sesi pembelajaran dari pelatih (trainer) bonsai.

"Kami belajar soal teknik pemangkasan, pemilihan media tanam, sampai penataan artistik bonsai. Ini penting agar setiap anggota bisa merawat dan membentuk bonsai dengan benar," imbuh Udin.

Namun perjalanan menciptakan bonsai bukan tanpa kendala. Menurut Udin, tantangan terbesar adalah saat tanaman hampir jadi tapi tiba-tiba terserang penyakit atau mengalami kerusakan. 

Hal ini bisa menghambat pertumbuhan dan mengurangi nilai estetika tanaman. "Biasanya yang sering karena serangan hama," ucapnya. 

Soal nilai ekonomis, bonsai yang dirawat dengan teknik budidaya ini ternyata memiliki nilai jual tinggi.

"Ada yang harganya mulai dari ratusan ribu, jutaan, bahkan ada yang bisa mencapai miliaran di ajang kontes nasional," ungkapnya.

Ke depan, komunitas DBT berharap bisa terus aktif mengenalkan teknik budidaya bonsai ramah lingkungan ini. ****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved