Polisi Tulungagung Jadi Kolektor Ternama Berkat Hobi Barang Antik, Jual Kandang Kerbau Sampai AS

Keberhasilan ekspor kandang kebo tidak lepas dari tugas Suwanto sebagai Bhabinkamtibmas di Desa Gamping.

Penulis: David Yohanes | Editor: Deddy Humana
surya/david yohanes
POLISI MERANGKAP KOLEKTOR - Bhabinkamtibmas Desa Tawing, Bripka Suwanto memeriksa salah satu koleksi kandang kebo (kerbau) miliknya di Desa Tawing, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Senin (3/2/2025). Suwanto menjadi kolektor barang antik ternama dan sudah menjual kandang kebo kuno ini hingga ke AS, Singapura, Timur Tengah dan berbagai wilayah di Indonesia. 

Suwanto memasang harga Rp 1,5 juta dan lagi-lagi dibeli tanpa ditawar. “Dari situ saya mulai sadar, oh ternyata barang-barang kuno yang saya koleksi ada peminatnya. Ada harganya jika dijual lagi,” ucapnya.

Sejak saat itu Suwanto semakin aktif berburu barang-barang kuno, terutama dari pedesaan. Ia mengaku ada tim yang bekerja bersamanya untuk berburu benda-benda kuno. 

Selain itu Suwanto mempekerjakan 6 karyawan di rumahnya untuk merestorasi benda-benda kuno yang didapat. Saat ini yang paling banyak laku adalah kandang kerbau yang disulap untuk berbagai peruntukan. 

Jika dulu dipakai memelihara kerbau, kini bisa disulap jadi gazebo, tempat bersantai keluarga hingga garasi mobil. Semakin tua dan semakin besar ukuran tiangnya, semakin mahal pula harga sebuah kandang kebo.

“Yang paling murah Rp 17 juta yang paling mahal sampai Rp 150 juta. Kami bantu merakit di lokasi pembeli,” terangnya. 

Selain kandang kebo, bekas lumbung padi juga menjadi barang yang paling banyak diminati. Bangunan kayu mirip rumah kecil lengkap dengan beranda ini banyak difungsikan sebagai mushala.

Suwanto memberi nama koleksi benda-benda kuno miliknya Galeri Antik 77. Namanya kini sudah berkibar di antara penggemar barang-barang antik.  

Setelah menjalankan tugasnya sebagai anggota kepolisian, setiap hari Suwanto aktif mengiklankan koleksinya lewat Instagram, Facebook dan TikTok. 

Salah satu peminat koleksi kandang kebo milik Suwanto datang dari AS, Singapura dan Timur Tengah.  “Itu sebelum pandemi Covid-19. Hasilnya cukup besar saat itu, bisa jadi modal untuk mendapatkan barang yang lebih banyak,” tuturnya. 

Keberhasilan ekspor kandang kebo tidak lepas dari tugas Suwanto sebagai Bhabinkamtibmas di Desa Gamping.

Desa ini dikenal sebagai salah satu sentra kerajinan marmer serta berbagai produk kerajinan batu yang terkemuka di Tulungagung.

Banyak pembeli dari luar negeri yang langsung datang ke Desa Gamping, hingga akhirnya ada yang meminati koleksi Suwanto.

Meski menggunakan jasa perantara untuk proses ekspor, namun penjualan ke luar negeri ini memberikan hasil yang lebih besar. 

Sementara di Indonesia, koleksi Suwanto banyak diminati dari Batam, Bali, Jakarta, Yogyakarta, Malang, Mojokerto dan lain-lain. 

Sejumlah kafe atau rumah makan dengan tema Jawa kuno juga mengambil barang dari  Suwanto.

“Peminatnya lintas etnis, tidak hanya orang Jawa saja, orang Tionghoa juga banyak yang jadi langganan. Termasuk para bule yang sangat menghargai kekunoan,” katanya.  *****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved