Ketika Sang Profesor 'Pulang' ke SD di Bangkalan, Kenang Saat Bersekolah Tanpa Sepatu dan Seragam

Karier Prof Imam sebagai wartawan berakhir setelah bapak dari empat anak itu memilih menjadi dosen di IKIP Surabaya

|
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
surya/ahmad faisol (edo)
Guru Besar Bidang Kepelatihan Sepak Bola Usia Dini di Unesa Surabaya, Prof Dr Imam Syafii, MKes kembali ke sekolah masa kecilnya untuk memotivasi serta menyumbangkan 750 buah buku tulis untuk siswa SDN 1 Jaddih, Kecamatan Socah, Bangkalan, Kamis (9/1/2025). 

SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Cita-cita besar terkadang berawal dari tempat kecil, seperti capaian Prof Dr Imam Syafii, MKes sebagai  Guru Besar Bidang Kepelatihan Sepak Bola Usia Dini di Universitas Surabaya (Unesa) Surabaya.

Capaian tertinggi di bidang akademik Prof Imam, bermula dari sebuah sekolah kecil tempatnya belajar hampir setengah seabad lalu di pelosok Kecamatan Jaddih Bangkalan, yaitu SDN 1 Jaddih.

Di sana impian dirajut dan di sana pula Prof Imam kembali. Setelah 46 tahun atau lulus pada 1979 silam, Prof Imam kembali ke SDN 1 Jaddih itu untuk mengenang tempat pertama kali ia belajar membaca dan menulis. 

Membawa 750 buah buku tulis, Prof Imam memang tidak lupa dari mana ia berasal. Kehadirannya tak sekedar memberikan bantuan ratusan buku tulis, namun juga melecut semangat para siswa agar tidak pernah berhenti meraih cita-cita meski menempuh pendidikan di kawasan pelosok.

“Sekarang gedung sekolah sudah bagus, anak-anak pakai seragam dan sepatu bagus. Kalau dulu saya pergi ke sekolah tidak pakai sepatu, tidak ada seragam, dan beberapa gedung sekolah masih berdinding bambu,” ungkap Prof Imam di hadapan siswa kelas VI, V, dan VI.

Ia juga memaparkan bahwa ketekunan belajar, semangat untuk terus berkembang, disertai doa dan bakti kepada orangtua menjadi kunci bagi setiap siswa yang ingin meraih yang dicita-citakan.

“Anak-anak, saya lulus dari sekolah ini naik sepeda pancal ke SMPN 2 Bangkalan. Sedangkan ketika pergi sekolah ke SMAN 2 Bangkalan, saya sering berlari dan seragam dititipkan ke teman,” kenangnya.

Pria yang juga dijuluki Bapak Sepak Bola Usia Dini Jatim itu berbagi tips belajar efektif untuk memudahkan menyerap pelajaran yang dipaparkan guru di kelas. Mulai selalu duduk di deretan bangku paling depan hingga selalu mengulang kembali pelajaran di sekolah saat  malam hari di rumah. 

“Hindari membaca buku pelajaran secara borongan, tetapi baca berulang dan pahami setiap lembar atau semisal setiap bab. Bukan karena besok ujian, terus semua dibaca habis di malam sebelum ujian. Itu tidak efektif, tidak maksimal untuk menyerap materi pelajaran,” papar Imam. 

Gelar profesor diraih anak sulung dari sembilan bersaudara itu berdasarkan Sertifikat Uji Kompetensi Jabatan Akademik Dosen bernomor : 04663/E4/DT.04.01/JAD/2024 yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi tertanggal 14 November 2024. 

Sebelumnya, ia menyandang gelar sarjana dengan predikat lulusan terbaik pada tahun 1989 dan memulai dunia kerjanya sebagai jurnalis surat kabar Harian Karya Dharma hingga 1994. 

Namun karier Prof Imam sebagai wartawan berakhir setelah bapak dari empat orang anak itu memilih menjadi dosen di IKIP Surabaya. 

Di sela kesibukannya berorganisasi, Prof Imam mampu menyelesaikan program Magister di Universitas Airlangga Surabaya pada 1998-2000 serta program Doktoral pada 2001-2007 di Unesa.

Setelah menyelesaikan Program Doktoral atau S3 di tahun 2007, ia wajib membuat jurnal ilmiah penelitian berkaitan dengan Kepelatihan Sepak Bola Usia Dini yang terpublikasi internasional Terindeks Scopus. 

“Termasuk ketika saya di dunia kampus, saya selalu pergi ke perpustakaan untuk mencatat keperluan-keperluan pembelajaran yang dibutuhkan. Begitu juga ke toko buku, hanya mencari referensi, bukan membeli buku karena tidak punya uang,” kenangnya. 

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved