Pilkada Lamongan 2024

Survei LSI Denny JA, Abdul Ghofur Potensial Salip Yuhronur, Berebut Soft Supporter

Merujuk pada margin of error survei LSI Denny JA ini, 3,5%, maka dua paslon yang bertarung di Pilkada ini belum bisa dibilang pemenangnya siapa. 

Editor: Wiwit Purwanto
surya.co.id/hanif manshuri
Pasangan calon Pilkada Lamongan, Abdul Ghofur-Firosya Shalati (1) dan Yuhronur Efendi-Dirham Akbar Aksara (2) saat pengundian nomor urut, Senin (23/9/2024) 

Artinya, siapa yang bisa mengambil angka soft supporter ini paling banyak, itulah yang akan memenangkan pertarungan,” jelasnya.

Pada bagian lain, Khotib juga memberi gambaran peluang tentang kompetitifnya para paslon di Pilkada Lamongan ini. 

Salah satunya, terlihat dari distribusi aneka dukungan segmen demografis seperti gender, suku, agama, usia, tingkat pendidikan, penghasilan dan dapil yang semuanya belum ada yang kokoh merata, tapi  masih kompetitif.

Modal lain yang bisa dijadikan dasar terbukanya peluang paslon yang diusung PKB ini adalah tentang alasan publik memilih calon. 

Kepada Yuhronur, mayoritas lebih karena pertimbangan dianggap sudah berpengalaman. 

Tapi, tegas Khotib, alasan yang memilih Ghofur mayoritas karena dipersepsi berkepribadian baik (20,2 % ) dan dianggap mampu menyelesaikan masalah (27,9 % ). 

Sementara, kepada Yuhronur, publik yang menganggap berkepribadian baik itu hanya 9,1 % . Dan hanya 17,9 % yang menganggap mampu menyelesaikan masalah.

“Nah, itu modal penting untuk dipilih. Sayangnya, Pak Ghofur masih punya problem pengenalan yang dibawah Pak Yuhronur. Dan peluang juga cukup terbuka pada saat dipotret isu negatif para calon, dimana Pak Yuhronur yang paling banyak isu negatifnya. Bagusnya buat dia, hanya 4,1 % yang tahu,” ungkapnya, tanpa mau menyebut isunya apa. 

Isu penting lainnya yang harus diwaspadai, menurut Khotib, adalah sikap mayoritas publik terhadap money politic. 

Mayoritas (78,2 % ) publik menganggap money politic  ini sangat wajar dan cukup wajar. Ini gambaran sikap pragmatis warga lamongan pada ajang kontestasi Pilkada.

“Ini bisa jadi goodnews buat calon yang berkapital besar, jika mampu memanfaatkannya. Dan bisa jadi badnews buat kandidat yang uangnya pas-pasan.Meskipun, jika ada yang berkapital besar pun, tidak mudah melakukan money politic itu. Salah-salah bisa kena semprit KPU,” pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved