Ketahanan Pangan Jatim

Belajar Otodidak Kampung Lestari Di Kelurahan Kebonsari Kota Malang Berdaya Lewat Urban Farming

Salah satu tempat di Kota Malang yang menerapkan urban farming di RT 1, Kelurahan Kebonsari, Kota Malang. 

Penulis: Benni Indo | Editor: Wiwit Purwanto
surya.co.id/benni
Kegiatan urban farming telah mengubah kehidupan warga. Kini, mulai banyak warga luar yang datang untuk mengenal Kampung Lestari 

SURYA.CO.ID MALANG - Pertanian pekarangan atau urban farming menjadi solusi memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di Kota Malang. Salah satu tempat di Kota Malang yang menerapkan urban farming di RT 1, Kelurahan Kebonsari, Kota Malang. 

Di tempat yang tak begitu luas, berada di pinggir aliran sungai, masyarakat di RT 1 sangat kreatif untuk membudidayakan tanaman yang cocok dalam urban farming.

Ada tomat, terong, lombok, sawi muda, bawang prei, kacang tanah, jambu, anggur, dan banyak lainnya. Selain itu, mereka juga membudidayakan lele dan nila. 

Husni Audi (39) warga setempat yang ditemui menjelaskan, dahulu sempat ada ternak ayam di lingkungannya. Di kawasan yang bernama Kampung Lestari itu, 32 KK menerapkan urban farming.

Baca juga: 8 Inovasi Kota Batu Bikin Pertanian dan Produk Pangan Makin Moncer  

Husni bercerita, awalnya lingkungan tempat tinggalnya berdekatan dengan hamparan sawah. Tak jauh dari rumahnya, terlihat jalur rel kereta api. 

Kemudian, pada 2017, pemberdayaan warga dimulai saat mereka mengikuti perlombaan.

Kekompakan warga RT 1 melahirkan ide untuk menggerakkan urban farming. Gayung bersambut, ada program dari bank yang mengucurkan dana untuk pengembangan urban farming tersebut 

Husni mengatakan, warga sekitar, termasuk dirinya tidak memiliki dasar ilmu atau pengalaman pertanian.

Warga belajar secara otodidak. Belajar lewat YouTube serta mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Dispangtan.

"Saya ini dasarnya lulusan elektro, jadi saya belajar otodidak. Saya juga bantu teknologi pertanian di sini," ujar Husni, Selasa (5/11/2024).

Sebagai lulusan sarjana teknik elektro, Husni mengembangkan alat yang dapat membantu warga menyiram tanaman secara otomatis. Alat siram itu juga bisa dikontrol melalui aplikasi.

Dengan alat tersebut, warga tak perlu repot untuk langsung datang ke lokasi jika ingin menyiram lahan. Alat tersebut menggunakan tenaga listrik yang bersumber dari matahari. Sangat ramah lingkungan.

"Jadi bisa diperkirakan kapan harus siram, karena kalau kelebihan air, tanaman juga tidak bagus," ungkap Husni.

Ketika urban farming berkembang, warga merasakan dampaknya. Tak perlu repot lagi mencari sayuran untuk kebutuhan dapur.

Kalau ada warga yang ingin bikin sambal, tinggal petik cabai di belakang rumah. Semua warga RT 1 bebas memetik cabai di manapun berada.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved