Pilkada Jombang 2024

2 Paslon Belum Sentuh Persoalan Pokok di Jombang, Akademisi Undar Ingin Debat Kedua Lebih Bermutu

Jombang adalah kota dengan tempat lahirnya Nahdlatul Ulama (NU), yang merupakan representasi dari Islam moderat dunia 

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Deddy Humana
surya/Anggit Puji Widodo (anggitkecap)
Debat perdana dua paslon Pilkada Jombang 2024 yang digelar di Hotel Yusro Jombang. 

Kenapa Jombang tidak dikemas dalam bentuk peradaban Islam moderat di dunia, menurutnya, kedua paslon harus memiliki keberanian untuk menunjukkan wajah Jombang sebenarnya. 

Seharusnya isu tersebut bisa dimunculkan oleh kedua paslon, Mukari menyarankan, yaitu indikator yang paling mudah dicerna adalah Jombang minim terjadi gesekan mengatasnamakan agama. Meski ada banyak agama maupun ormas yang moderat atau sedikit radikal, semua ada di Jombang

"Tetapi kemudian tidak menjadi indikator terjadinya sebuah konflik yang sampai ke permukaan. Ini yang menjadi nilai lebih dari Jombang dan tidak pernah tersentuh oleh masing-masing paslon," imbuhnya. 

Kemudian Mukari juga mengkritisi persoalan pendidikan di Jombang yang dari tahun ke tahun belum tuntas. Misalnya banyak Sekolah Dasar (SD) yang kekurangan murid dan banyaknya SD yang dimerger. 

"Persoalan pendidikan di Jombang ini problem dari tahun ke tahun yang belum pernah tuntas. Misalnya tentang SD yang kekurangan murid, dan terjadi merger, ini kan banyak hal yang menyebabkan, salah satunya berkurangnya penduduk. Berdirinya sekolah yang di bawah naungan swasta maupun pondok pesantren itu sangat menjamur. Itu persoalan," tukasnya.

ia menyebut, dengan banyak berdiri sekolah swasta maupun pondok, akhirnya banyak pilihan dan tawaran yang diberikan kepada peserta didik baru. 

Baginya, ini merupakan persoalan. Karena akan membuat berkurangnya minat masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah negeri. 

"Pemaparan kedua paslon soal pendidikan saat debat beberapa waktu lalu belum menjawab akar permasalahan dari pendidikan di Kabupaten Jombang," imbuhnya. 

Yang juga luput dari perhatian selama debat, adalah peran Perguruan Tinggi yang bisa menjadi ikon Kabupaten Jombang. Mukari menjelaskan, wewenang pendidikan dasar dan menengah memang di tangan kabupaten, kalau untuk menengah ke atas dipegang provinsi. 

"Belum lagi berbicara soal Perguruan Tinggi, meskipun ini bukan wewenang, di Jombang ini menjamur juga Perguruan Tinggi dan belum tersentuh sama sekali," tegasnya. 

Ia mencontohkan, bagaimana Perguruan Tinggi di Jombang bisa menjadi ikon bagi masyarakat luar untuk berkunjung ke Kota Santri. Ia mempertanyakan apakah ada Perguruan Tinggi di Jombang saat ini yang bisa menjadi ikon dari Jombang

"Pendidikan Tinggi yang ada di Jombang ini akan menjadi ikon. Sekarang mana Perguruan Tinggi yang menjadi ikon Jombang? Kemudian bisa membawa Jombang semakin banyak orang yang datang?" tanyanya. 

"Kita ambil contoh, misalnya di Jember. Jember dulu daerah tertinggal, tetapi ketika ada Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta, pergerakan ekonominya langsung tinggi karena Pprguruan tingginya hidup," lanjutnya.

Jika ingin dibandingkan, Perguruan Tinggi di Jombang menurutnya 'Hidup Segan Mati Tak Mau', dan belum mampu ada Perguruan Tinggi yang menjadi ikon Jombang seperti layaknya Undar di tahun 1990-an. 

Ia mengingatkan bahwa Undar pada tahun 1990-an bisa dikatakan sebagai Trisakti-nya Jawa Timur dan siapa pun tahu apa itu Undar. Menurutnya, paslon belum membahas bagaimana perguruan tinggi bisa menjadi salah satu ikon Jombang.

Halaman
123
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved