Pelantikan Presiden 2024

Kisah Cinta Titiek Soeharto dan Prabowo Subianto, Mata Berkaca-kaca Eks Suami Dilantik Jadi Presiden

Kisah cinta Titiek Soeharto dan Prabowo Subianto kembali jadi sorotan. Mata Berkaca-kaca Saat Mantan Suami Dilantik Jadi Presiden.

Serambinews
Titiek Soeharto. Matanya Berkaca-kaca Eks Suami Dilantik Jadi Presiden. Simak kisah cintanya. 

SURYA.co.id - Kisah cinta Titiek Soeharto dan Prabowo Subianto kembali jadi sorotan.

Hal ini dipicu gelagat Titiek Soeharto yang berkaca-kaca saat mantan suaminya itu dilantik.

Diketahui, Titiek Soeharto turut hadir dalam pelantikan Presiden-Wakil Presiden RI, Prabowo-Gibran

Ia yang tampil anggun mengenakan kebaya biru muda dan tatanan rambut bersanggul itu duduk di jajaran kursi anggota dewan.

Saat Prabowo selesai membaca sumpah presiden, Titiek Soeharto tampak tersenyum lebar. 

Ia juga tampak berdiri sembari memberikan tepuk tangan menyambut jabatan baru yang diemban Prabowo selama lima tahun ke depan. 

Baca juga: Gelagat Titiek Soeharto Usai Berkaca-kaca Prabowo Dilantik Jadi Presiden, Datangi Istana Negara

Lantas, seperti apa kisah cinta Titiek Soeharto dan Prabowo Subianto?

Hubungan Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto berawal dari sebuah perkenalan.

Titiek Soeharto merupakan murid dari Sumitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo Subianto.

Dari pertemuan inilah akhirnya Prabowo dan Titiek Soeharto menjalani sebuah hubungan romantis.

Mengetahui Prabowo berpacaran dengan Titiek Soeharto, Sumitro berpesan kepada anaknya untuk serius dalam menjalani hubungannya.

Hingga akhirnya, Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto menikah pada Mei 1983.

Dari pernikahan ini, mereka dianugerahi seorang putra semata wayang bernama Ragowo Hediprasetyo atau yang akrab disapa Didit Prabowo.

Baca juga: Mata Titiek Soeharto Berkaca-kaca saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden, Beri Senyum dan Tepuk Tangan

Sayangnya, pernikahan Prabowo dan Titiek hanya bertahan 15 tahun.

Mereka memutuskan bercerai pada Mei 1998.

Usut punya usut, perceraian keduanya disebabkan oleh memburuknya hubungan keluarga yang dibumbui oleh isu politik.

Sebab, berdasarkan dari isu yang beredar, Prabowo Subianto dituding mengkhianati Soeharto, sang mertua.

Seperti yang tercatat dalam sejarah, pada Mei 1998, kerusuhan besar-besaran terjadi.

Bahkan, Prabowo Subianto juga dituding membiarkan para mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR dalam rangkaian Kerusuhan Mei 1998 yang terjadi.

Disebutkan bahwa pada saat itu Titiek Soeharto hanya menangis melihat sang suami dituduh mengkhianati Soeharto.

Namun, terlepas dari berbagai kabar burung yang beredar, tidak dapat dipastikan secara pasti apa penyebab  Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto berpisah.

Tudingan yang dilemparkan kepada Prabowo pada 1998 juga belum terbukti benar atau salahnya.

Setelah kurang lebih 26 tahun berlalu, Prabowo dan Titiek Soeharto, masih terus menjalani hubungan silaturahmi dengan baik.

Mereka masih kerap tampil bersamaan dalam sebuah acara yang membuat keduanya kerap diterpa isu rujuk.

Kesetiaan Prabowo dan Titiek Soeharto pun teruji, sebab keduanya memilih hidup sendiri tanpa mencari pasangan baru, meski sudah 26 tahun bercerai. 

Siapa yang Jadi Ibu Negara saat Prabowo Subianto Dilantik?

Melansir dari TribunBengkulu.com, Sebuah postingan dari akun TikTok @sospolku yang menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen menampilkan kakak Prabowo Subianto, Hasyim Djojohadikusumo, sedang berada dalam sebuah sesi wawancara.

Dia diajukan pertanyaan mengenai calon ibu negara jika Prabowo Subianto terpilih sebagai Presiden RI ke-8. Jawabannya ternyata mengejutkan.

Hasyim dengan tegas menyatakan bahwa ada orang lain yang akan menjadi ibu negara bersama Prabowo Subianto.

"Nggak! Ada nama lain," kata Hashim dengan tegas.

Hasyim mengungkapkan bahwa nama calon ibu negara yang akan mendampingi Prabowo bukanlah Titiek Soeharto.

"Namanya pertiwi," lanjut Hashim.

"Ibu pertiwi."

"Bukan Titiek."

Hasyim bahkan mengulangi pernyataannya beberapa kali, menegaskan bahwa bukan Titiek yang akan menjadi ibu negara.

"Ibu pertiwi," katanya.

"Namanya ibu pertiwi."

"Jodohnya pak Prabowo itu ibu pertiwi."

Setelah mendengar jawaban tersebut, pewawancara terlihat tersenyum dan mungkin merasa bahwa jawaban tersebut cukup menarik.

Melihat reaksi itu, Hasyim terlihat tidak senang dan segera menanggapi pewawancara yang masih terus tertawa.

"Kok ketawa?" kata Hashim.

"Saya tidak bercanda loh!"

Seperti diketahui, setelah meraih hasil unggul dalam perhitungan kilat (quick count) pada pemilihan presiden (pilpres) 2024, Prabowo Subianto segera menyampaikan pidato kemenangan di hadapan semua pendukungnya.

Tidak terkecuali Titiek Soeharto yang senantiasa setia mendampingi perjalanan politik Prabowo Subianto hingga saat ini.

Meskipun mereka dikabarkan berpisah lebih dari 26 tahun setelah kegemparan politik pada tahun 1998, rupanya hubungan mereka tetap harmonis, tanpa mencari pasangan baru.

Situasi tersebut memicu spekulasi di kalangan banyak orang, bahwa mungkin mereka akan berdamai seperti sebelumnya, sebelum dipisahkan oleh kegemparan politik pada tahun 1998.

Namun, apakah hal itu mungkin terjadi? Apakah Titiek Soeharto benar-benar akan menjadi calon ibu negara di masa mendatang?

Tanggapan Peneliti 

Titiek Soeharto hadir di acara pisah sambut antara Jokowi dan Prabowo di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (20/10/2024) siang
Titiek Soeharto hadir di acara pisah sambut antara Jokowi dan Prabowo di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (20/10/2024) siang (Kolase Kompas.com/TikTok)

Sejarawan Bonnie menilai  penting atau tidaknya sosok Ibu Negara tidak lepas dari kondisi negara Indonesia.

Ia mengatakan negara demokrasi yang sudah 'settle', peran Ibu Negara tidak lebih dari istri presiden.

"Dia bukan permaisuri dalam arti monarki yang feodalistik, dia juga bukan orang yang secara formal punya peran khusus, kecuali mendampingi presiden," katanya ditkutip dari wawancara dengan ABC Radio Australia.

"Tapi kalau misalkan di negara yang semakin demokratis, semakin terbuka sistemnya, semakin akuntabel sistem politiknya, sebenarnya ibu negara itu ada batasan perannya juga."

Namun di Indonesia, yang menurutnya merupakan negara demokrasi yang "prosedural" dengan struktur masyarakat semi-feodal, dan pola pikir yang mayoritas tradisional, keberadaan ibu negara "akan sangat berpengaruh."

Sementara itu, Peneliti BRIN Dr Athiqah Nur Alami, akrab disapa Tika, mengatakan menurut catatan sejarah, keberadaan ibu negara bagaikan "pilar" bagi para presiden yang sempat memimpin Indonesia.

Seperti misalnya Soeharto, yang sejak meninggalnya Tien pada tahun 1996 mulai tergoncang, ditambah dengan adanya krisis moneter.

"Beberapa orang menyebut [ibu negara] berperan signifikan ... dan itu terlihat ketika Ibu Tien berpulang," ujarnya.

"Pak Harto kemudian goyang dari sisi pemerintahan dan yang lain ... itu menunjukkan bahwa ada satu pilar yang mungkin bisa membuatnya goyah."

Contoh lain juga ia lihat pada Mantan Presiden B.J. Habibie dan Susilo Bambang Yudhoyono yang mengalami kesedihan mendalam setelah istri mereka tutup usia.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved