Berita Surabaya

Antisipasi Cacar Monyet, Wali Kota Surabaya Ingatkan Penyebab Virus Menular Lewat Hubungan Tak Sehat

Melalui surat edaran, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengingatkan berbagai bentuk penyebaran virus tersebut yang harus diantisipasi.

surya.co.id/bobby constantine koloway
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat dikonfirmasi di Surabaya, Jumat (6/9/2024). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Pemkot Surabaya serius mengantisipasi penyebaran kasus cacar monyet atau Mpox. 

Melalui surat edaran, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengingatkan berbagai bentuk penyebaran virus tersebut yang harus diantisipasi.

Dalam Surat Edaran (SE) nomor 400.7.7.1/18341/436.7.2/2024 tentang Peningkatan Kewaspadaan Dini terhadap Risiko Penyebaran Penyakit Mpox, Wali Kota Eri menerangkan virus ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia maupun dari manusia ke manusia.

Mengingat penularan bisa lewat benda yang terkontaminasi oleh virus tersebut, masyarakat di Surabaya diharapkan mewaspadai berbagai penularan dan gejalanya. Menurutnya, ada beberapa gejala yang identik dengan MPOX.

Di antaranya, demam 38 derajat celcius, ruam/lesi/keropeng kulit pada area wajah, telapak tangan dan kaki, serta alat kelamin. 

Kemudian, adanya pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau selangkangan.

"Ada pula sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, dan kelelahan tubuh. Ini beberapa gejala yang biasa dialami pasien ini,” kata Wali Kota Eri di Surabaya, Jumat (6/9/2024).

Dalam penularannya, ada berbagai cara penyebaran virus ini. Di antaranya, kontak langsung dengan hewan maupun manusia yang terinfeksi. Ada juga, melalui benda yang terkontaminasi oleh virus.

Misalnya seperti lewat cairan tubuh atau bahan lesi (keropeng luka) yang masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka/terbuka, saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut) serta gigitan atau cakaran.

Ada pula yang melalui pakaian, tempat tidur, handuk atau peralatan makan/piring. 
Penularan juga dapat terjadi ketika mengolah daging hewan liar (bush meat).

Penularan juga ditemukan oleh pasien yang berhubungan seks baik saat berciuman, sentuhan, seks oral, atau penetrasi dengan seseorang yang memiliki gejala. 

"Termasuk saat kontak mulut ke kulit dapat menyebabkan penularan di mana terdapat lesi kulit atau mulut penularan melalui aktivitas seksual,” kata Cak Eri mengutip edaran yang ia keluarkan.

Bagi ibu hamil, penularan juga bisa terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin. Hal ini dapat menyebabkan Mpox bawaan.

Mencegah hal ini, Pemkot Surabaya gencar melakukan sosialisasi. Termasuk, menyebarluaskan informasi sesuai Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Mpox bekerjasama dengan Puskesmas wilayah setempat.

Pertama, pendatang yang baru kembali dari wilayah terjangkit, segera memeriksakan diri. 

Terutama,bagi yang mengalami gejala dan menginformasikan riwayat perjalanan.

Kedua, masyarakat diminta untuk menghindari kontak langsung dengan hewan yang diduga terinfeksi Mpox seperti hewan pengerat (tupai, tikus, dan hamster), marsupial (koala dan tikus berkantung), dan primata non-manusia seperti monyet dan kera (mati atau hidup).

Warga juga diminta menghindari mengkonsumsi daging hewan liar (bush meat). 
Sebaliknya, warga sebaiknya mengonsumsi daging yang sudah dimasak dengan benar.

Ketika menemukan pasien tersebut, warga diminta menghindari kontak langsung dengan orang bergejala Mpox. Serta, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara teratur.

Bagi pasien Mpox, yang bersangkutan harus diisolasi dan dipantau sesuai petunjuk petugas kesehatan. 

Masyarakat harus ikut mengurangi kepanikan dan stigmatisasi dengan memberikan dukungan psikososial kepada penderita selama perawatan.

Masyarakat juga bisa melaporkan segera kepada Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat.  

"Kami mengharapkan partisipasi aktif seluruh warga Kota Surabaya dalam melakukan pencegahan penyebaran penyakit Mpox," katanya.

"Jangan sebarkan hoax atau berita tidak benar karena bisa menimbulkan kepanikan di masyarakat dengan mengikuti perkembangan informasi melalui sumber- sumber resmi dan terpercaya," tegasnya.

Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Jawa Timur menyumbang 3 kasus konfirmasi MPOX selama 2022-2024.

Selama kurun waktu tersebut, total ada 88 kasus konfirmasi Mpox secara nasional (hingga 17 Agustus 2024).

Dinas Kesehatan Surabaya menegaskan bahwa selama 2024 kasus Mpox belum ditemukan di Kota Pahlawan. 

"Kota Surabaya sendiri sudah melakukan tindakan sejak tahun 2023, dan tahun ini kita lakukan peningkatan sosialisasi,” kata Ketua Tim Kerja Surveilans dan Imunisasi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Moh. Ashadi Mu’minin dikonfirmasi di Surabaya, Rabu (28/8/2024). 

BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved