Berita Surabaya

Intervensi Pemkot Surabaya Berdampak Warga Miskin Turun 19.000 Orang, Terendah Dalam 10 Tahun

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi memaparkan sejumlah program pengentasan kemiskinan yang telah dijalankan di Surabaya

surya/Bobby Constantine Koloway (Bobby)
Wali Kota Surabaya melakukan panen raya padi di kawasan Barat Kota Surabaya beberapa waktu lalu. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Angka kemiskinan di Surabaya menurun tajam selama periode 2023-2024 dan merupakan yang terendah selama 10 tahun terakhir. 

Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Kota Surabaya berkurang 19,75 ribu jiwa. Rinciannya, sebelumnya angka kemiskinan mencapai 136,37 ribu jiwa pada Maret 2023 menjadi 116,62 ribu jiwa pada Maret 2024 atau turun 14,5 persen.

Dari persentase, penduduk miskin di Kota Surabaya menyisakan 3,96 persen hingga Maret 2024. Jumlah tersebut mengalami penurunan 0,69 persen dari 4,65 persen pada Maret 2023.

Dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, angka kemiskinan tahun ini cukup rendah. Pada saat Eri Cahyadi tahun pertama memimpin Kota Surabaya yaitu 2021, angka kemiskinan sempat mencapai 152.000 orang atau 5,23 persen.

BPS juga mengungkapkan, beberapa faktor yang diduga terkait kondisi kemiskinan di Kota Surabaya. Di antaranya, inflasi yang terkendali serta berbagai Intervensi terhadap kemiskinan.

Inflasi Maret 2023-Maret 2024 relatif terkendali. Berada di bawah 2,99 persen, Surabaya menjaga inflasi dengan memastikan ketersediaan berbagai kebutuhan pokok, gerakan pasar murah mampu, hingga menjaga daya beli masyarakat.

Intervensi kemiskinan di antaranya datang dari pemerintah pusat dan Pemkot Surabaya. Di antaranya, Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Program Keluarga Harapan (PKH), bantuan permakanan untuk yatim/piatu/yatim piatu dan lansia.

Belum lagi dengan bantuan subsidi Listrik, berbagai bantuan peralatan modal usaha, hingga Program Indonesia Pintar (PIP). Ada pula berbagai program bantuan pendidikan lainnya seperti beasiswa SMA, beasiswa Perguruan Tinggi, dan bantuan seragam.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi memaparkan sejumlah program pengentasan kemiskinan yang telah dijalankan di Surabaya. Pemkot tidak bergerak sendiri, melainkan menggandeng berbagai pihak.

Dalam program Kampung Madani misalnya, pemkot mengajak warga yang mampu membantu yang kurang mampu di kampung tersebut. "Jadi di Kampung Madani, kalau ada orang yang memiliki rezeki berlebih, maka ia membantu warga yang tidak mampu di kampung itu," terang Cak Eri.

Selain lewat Kampung Madani, Pemkot Surabaya juga memfasilitasi pengusaha untuk membantu pendidikan siswa kurang mampu. Di antaranya, program orangtua asuh untuk memastikan anak-anak di Kota Pahlawan menjangkau pendidikan tinggi.

Selain itu, dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat, Pemkot Surabaya memanfaatkan lahan idle di berbagai wilayah. Di Jemur Wonosari misalnya, dimanfaatkan untuk program padat karya seperti budidaya perikanan, peternakan hingga hidroponik.

"Jadi lahan aset pemkot tidak kita biarkan menjadi lahan tidur. Lahan-lahan itu dimanfaatkan oleh warga salah satunya untuk hidroponik, dan hasilnya digunakan masyarakat sekitar," paparnya.

Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini optimistis, angka kemiskinan di Surabaya terus menurun. Pengembangan SDM di Kota Pahlawan akan berjalan seiring dengan pembangunan infrastruktur. *****

Angka Kemiskinan di Surabaya 10 Tahun Terakhir
• 2015: 165,72 ribu orang (5,82 persen)
• 2016: 161,01 ribu orang (5,62 persen)
• 2017: 154,71 ribu orang (5,39 persen)
• 2018: 140,81 ribu orang (4,88 persen)
• 2019: 130,55 ribu orang (4,51 persen)
• 2020: 145,67 ribu orang (5,02 persen)
• 2021: 152,49 ribu orang (5,23 persen)
• 2022: 138,21 ribu orang (4,72 persen)
• 2023: 136,37 ribu orang (4,65 persen)
• 2024: 116,62 ribu orang (3,96 persen)

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved