Pembunuhan Vina Cirebon
Rekam Jejak 2 Eks Kabareskrim Saling Sindir Soal Kasus Vina Cirebon, Kecelakaan atau Pembunuhan?
Sosok dua mantan Kabareskrim jadi sorotan karena sikap mereka yang saling sindir terkait kasus Vina Cirebon. Simak rekam jejaknya.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id - Sosok dua mantan Kabareskrim jadi sorotan karena sikap mereka yang saling sindir terkait kasus Vina Cirebon.
Mereka adalah Susno Duadji dan Ito Sumardi.
Awalnya, Ito Sumardi dalam tayangan program Fakta TVOne mengaku bingung dengan banyaknya saksi baru di kasus Vina CIrebon.
"Kalau sekarang muncul banyak saksi, saya juga bingung. Tapi ya itu boleh-boleh saja, nanti tinggal apakah mereka bisa meyakinkan hakim bahwa mereka adalah saksi yang mereka terima," kata Ito.
Ito juga menanggapi pernyataan saksi baru yang tidak pernah dimintai keterangan oleh penyidik kasus Vina.
Baca juga: Usai Disindir Keras Susno Duadji Soal Bukti Chat Vina, Razman Nasution Kena Skakmat Roy Suryo
Menurut Ito, pihak penyidik pasti akan melihat dari kasus ini siapa saja yang akan ditanya dan terkait masalahnya.
"Ini kan tentunya bukan berarti polisi akan mencari sedemikian banyak saksi, tanpa ada relevansinya," kata Ito.
Ito justru heran kenapa saksi-saksi baru ini justru lari ke media sosial untuk menyampaikan keterangannya, bukan malah ke penyidik kepolisian.
Ito juga menyoroti adanya saksi yang dihadirkan di sidang Peninjauan Kembali (PK) Saka Tatal.
"Persidangan Saka Tatal, ada yang mengaku saksi. Saksi kapasitasnya itu dia harus melihat, medengar dan mengerahui langsung," tegas Ito.
Setelah itu, Ito menyinggung saksi ahli yang harusnya menyampaikan analisis dari terjadinya kasus.
Menurut Ito, jika ahli ini menyoroti tentang kecelakaan lalu lintas, maka minimal dia sudah pernah berdinas di Korlantas Mabes Polri serta memiliki sertifikat terkait itu.
Baca juga: Pantesan Sudirman Tetap Ngaku Terlibat Kasus Vina Cirebon, Kuasa Hukum: Penyiksaan Luar Biasa
"Ahli minimal dia pernah berdinas di korlantas. Dia punya sertifikat bagaimana dia menangani kasus kecelakaan kasus kecelakaan lalu lintas itu ada di korlantas. Kalua itu yang dihadapkan, itu saksi ahli yang tidak terbantahkan," sebut Ito.
Meski tidak secara nyata menyebut nama Susno Duadji, pernyataan Ito ini diduga menyindir Susno Duadji yang hadir sebagai ahli dari kepolisian di sidang PK Saka Tatal.
Menanggapi hal ini, Susno langsung tertawa ngakak.
"Pasti narasumbernya (di Fakta TVOne) itu polisi ya. Gimana saya mau jawabnya. Saya kira netizen bisa jawab," kata Susno sambil tertawa.
Dikatakan Susno, di Indonesia itu kasus kecelakaan lalu lintas mencapai ribuan dalam sehari.
Kalau yang berwenang menentukan itu kecelakaan lalu lintas harus ahli yang bersertifikat, alangkah susahnya.
"Bukankah polisi itu sendiri ahlinya. Tidak ada orang lain yang lebih ahli dari polisi untuk menentukan itu kecelakaan lalu lintas atau bukan," katanya.
Susno juga mempertanyakan sertifikat apa yang dimaksud Ito Sumardi.
"Mudah-mudahan yang menjelaskan itu kopral. Kalau bukan kopral menyedihkan. Ngarang itu," sindir Susno sambil tertawa.
"Kasat mata aja bisa melihat, itu kecelakaan lalu lintas atau bukan, ada lawannya atau bukan," ungkap Susno.
Khusus kasus Vina Cirebon, menurut Susno sudah jelas ada saksi yang melihat serta kondisi motor dan helm korban yang pecah.
Terkait ada yang meragukan karena kondisi motor tidak rusak parah, tapi korban meninggal dunia, menurut Susno karena yang menabrak itu bukan motornya, namun tubuh korbannya.
Menurut Susno, motor hanya menyenggol pembatas jalan, sementara kepala korban menabrak tiang penerangan jalan umu.
"Pasti, ini jelas kecelakaan. Ada yang lihat, polantas sudah dapat saksi makanya diproses kecelakaan lalu lintas, dan sudah tuntas sampai sekarang di Polres Kabupaten Cirebon," tegasnya.
Baca juga: Pantesan Susno Duadji Samakan Kasus Kopi Sianida Jessica dengan Vina Cirebon, Sebut Tak Ada Bukti
Susno juga menganggap aneh pertanyaan Ito yang menyebut kenapa saksi-saksi baru muncul saat ini.
Dia justru mempertanyakan kemana saja polisi yang tidak mendapatkan saksi-saksi ini.
"Dulu kan sudah ada yang muncul, sudah diproses Polres Kabupaten Cirebon karena kecelakaan lalin tunggal.
Sekarang kesadaran rakyat, mereka hadir sebagai saksi karena tahu ini dialihkan ke kasus pembunuhan," katanya.
"Kalau tanya Kemana aja? ini pertanyaan terbalik. Lha polisi kemana aja. Mereka harus dicari, kecelakaan diubah menjadi pembunuhan oleh Polres Cirebon Kota, maka cari saksi. Bukan saksi yang harus berdatangan," tambahnya.
Susno justru hormat dan menghargai saksi-saksi yang baru muncul ini dengan segala resikonya.
"Tidak pantas menanyakan kemana aja. yang kemana aja ya polisi nya kemana aja. Ya malulah ngomong begitu," katanya.
Susno juga menanggapi pernyataan Ito yang mempertanyakan saksi-saksi ini memberikan kesaksian ke media sosial, bukan ke polisi.
Menurut Susno, hal ini justru harus dipakai evaluasi dan kajian oleh Polri.
"Ini fenomena raktat tidak menceritakan sesuatu pada polisi, berarti ada somtehing wrong yang harus diperbaiki. Mungkin mereka takut, tidak peraya sama polisi. Ini harus diperbaiki"
"Mestinya dari Litbang Polri menelaah mengapa begini, fenomena apa ini. Jangan terus kita marahi mereka," tegas Susno.
Baca juga: Terlanjur Tak Bisa Ajukan PK Gegara Pukul Eky Pacar Vina Cirebon, Sudirman Beber Fakta: Ada Tekanan
Berikut rekam jejak mereka.
- Susno Duadji
Melansir dari Wikipedia, Susno Duadji lahir 1 Juli 1954.
Ia adalah mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim Polri) yang menjabat sejak 24 Oktober 2008 hingga 24 November 2009.
Sebelumnya, ia menjabat sebagai Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kapolda Jawa Barat.
Kakaknya, Sukadi Duadji merupakan mantan wakil Bupati Lahat periode 2008-2013, sekarang ia akan berencana bermukim di Depati Lawang Diwe (kediaman pribadinya) di Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagar Alam.
Susno sekarang dipercaya menduduki jabatan sebagai ketua Tim Kamus Bahase Kite (Lahat dan Besemah).
Lulus dari Akabri Kepolisian 1977, Susno yang menghabiskan sebagian kariernya sebagai perwira polisi lalu lintas, dan telah mengunjungi 90 negara untuk belajar menguak kasus korupsi.
Kariernya mulai meningkat ketika ia dipercaya menjadi Wakapolres Yogyakarta, dan berturut-turut setelah itu Kapolres di Maluku Utara, Madiun, dan Malang.
Susno mulai ditarik ke Jakarta, ketika ditugaskan menjadi kepala pelaksana hukum di Mabes Polri dan mewakili institusinya membentuk KPK pada tahun 2003.
Tahun 2004 ia ditugaskan di Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Sekitar tiga tahun di PPATK, Susno kemudian dilantik sebagai Kapolda Jabar dan sejak Januari 2008 menggantikan Irjen Pol. Soenarko Danu Ardanto.
Ia menjadi Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri pada Oktober 2008 menggantikan Komjen Pol. Bambang Hendarso Danuri[4] yang telah dilantik sebagai Kapolri.
Susno Duadji sempat menyatakan mundur dari jabatannya pada tanggal 5 November 2009, akan tetapi pada 9 November 2009 ia aktif kembali sebagai Kabareskrim Polri.
Namun, pada 24 November 2009 Kapolri secara resmi mengumumkan pemberhentiannya dari jabatan tersebut.
Kode sebutan (call sign) Susno sebagai "Truno 3" atau orang nomor tiga paling berpengaruh di Polri setelah Kapolri dan Wakapolri, menjadi populer di masyarakat umum setelah sering disebut-sebut terutama dalam pembahasan kasus kriminalisasi KPK.
Meskipun demikian, kode resmi untuk Kabareskrim Polri sesungguhnya adalah "Tribrata 5" atau nomor 5 di Polri setelah Kapolri, Wakapolri, Irwasum Polri dan Kabaharkam Polri, sedangkan "Truno 3" adalah kode untuk Direktur III Tipikor (Tindak Pidana Korupsi) Bareskrim Polri.
Adapun Direktur III/Tipidkor Bareskrim Polri saat itu adalah Brigjen Pol. Yovianes Mahar. yang kini menjabat sebagai Irwil II Itwasum Polri.
Riwayat karier Susno Duadji selama aktif berkarier di Polri, ialah sebagai berikut:
- Pama Polres Wonogiri (1978)
- Kabag Serse Polwil Banyumas (1988)
- Wakapolres Pemalang tahun (1989)
- Wakapolresta Yogyakarta (1990)
- Kapolres Maluku Utara (1995)
- Pamen Hubinter Sdeops Polri (Penugasan di Bosnia) (1995)
- Kapolres Madiun(1997)
- Kapolres Malang (1998)
- Wakapolwitabes Surabaya(1999)
- Wakasubdit Gaptid Dit Sabhara Polri (2001)
- Kabid Kordilum Babinkum (2001)
- Kabid Rabkum Div Binkum Polri (2001)
- Pati Yanma Polri (Wakil Kepala PPATK) (2004)
- Kapolda Jawa Barat (Jan 2008-Okt 2008)
- Kabareskrim Polri (Okt 2008-Nov 2009)
- Pati Mabes Polri (Non Job) (Nov 2009-Mar 2011)
- Penasehat Koorsahli Kapolri (Mar 2011-Aug 2012).
2. Ito Sumardi
Dirangkum dari Kompas.com, Ito Sumardi lahir di Bogor, 17 Juni 1953 atau kini berusia 71 tahun.
Ia merupakan Kabareskrim yang menggantikan posisi Susno Duadji dengan masa jabatan 30 November 2009 hingga 6 Juli 2011.
Sebelum menjabat jadi Kabareskrim, Ito Sumardi sempat dua kali menjadi Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda).
Ito Sumardi menjabat sebagai Kapolda Riau dan Kapolda Sumatera Selatan.
Karier polisinya dimulai saat lulus dari Akabri pada tahun 1977.
Selanjutnya ia bertugas di sejumlah tempat seperti Dansat Sabhara Kores 811 Serang hingga Kasubdis Krim Sus Res Metro 701 Jakpus.
Selain bertugas, Ito Sumardi juga terus menimpa ilmu di bidang kepolisian.
Ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pada tahun 1986.
Dirinya menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi bidang hukum tahun 1996.
Ito Sumardi kemudian menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana (Bisnis Administrasi) 1997.
Ia melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana (Manajemen Sumber Daya Manusia) tahun 1999.
Tahun 2004, Ito Sumardi menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana (S-2) Hukum Pidana.
Terakhir di tahun 2005, ia meraih gelar Doktor Hukum Pidana dari Universitas Padjadjaran Bandung.
Ia memiki titel Doktor Hukum Pidana, Sarjana Hukum, Magister Administrasi Bisnis (MBA), Magister Manajemen (MM), dan Magister Hukum (MH).
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/Rekam-Jejak-2-Eks-Kabareskrim-Saling-Sindir-Soal-Kasus-Vina-Cirebon-Kecelakaan-atau-Pembunuhan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.