Berita Situbondo

Kemenkes Tempatkan Spesialis Obgyn di RSUD Besuki, Bantu Menekan Kematian Ibu dan Bayi di Situbondo

Sesuai UU Kesehatan, kata Vonny, setiap dokter lulusan luar negeri harus melakukan program adaptasi sebelum berpraktik di Indonesia. 

Penulis: Izi Hartono | Editor: Deddy Humana
surya/izi hartono (izi hartono)
Ketua Subkomite Ecalkom Kombersi Kemenkes, dr Vonny N Tubagus berkomunikasi dengan pihak RSU Besuki, Kabupaten Situbondo, Kamis (22/8/2024). 


SURYA.CO.ID, SITUBONDO - Rumah Sakit Umum ( RSU) Besuki, Kabupaten Situbondo, mendapat bantuan dokter spesialis dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI, yaitu tenaga spesialis Obgyn (Obstetri dan Ginekologi) untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ke masyarakat.

Penempatan dokter lulusan luar negeri melalui program adaptasi Kemenkes RI ini, diharapkan mampu  menekan dan memperkecil angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Situbondo.

Ketua Subkomite Ecalkom Kombersi Kemenkes, dr Vonny N Tubagus Sp.Rad mengatakan, program adaptasi ini sebenarnya adalah program Kemenkes yang didasarkan cita-cita presiden dengan nama Indonesia memanggil.

"Kemudian harapan pak presiden, program ini diaplikasikan oleh Kemenkes dengan nama transformasi kesehatan," kata Vonny, Kamis (22/8/2024).

Sesuai UU Kesehatan, kata Vonny, setiap dokter lulusan luar negeri harus melakukan program adaptasi sebelum berpraktik di Indonesia. 

"Program adaptasi ini dulu dilaksanakan di universitas yang ada Fakultas Kedokteran. Dan itu tergantung dari fakultas itu, kapan menerima program adaptasi," ia menambahkan.

Dikatakan Vonny, sudah banyak putra putri Indonesia yang sudah sekolah spesialis di luar negeri, namun mereka tidak lagi kesulitan saat kembali bekerja di Indonesia.

"Untuk dokter spesialis ini, sekarang langsung ditempatkan dengan difasilitasi rumah sakit daerah yang membutuhkan," jelasnya.

Pada tahun 2022 pemerintah telah merubah peraturan konsil yang dituangkan dalam Permenkes untuk teknis pengaplikasiannya. "Totalnya sudah ada 72 dokter spesialis yang mengikuti program adaptasi," tukasnya.

Untuk menjadi dokter adaptasi, maka mereka harus melalui tahapan seleksi uji kompetensi. Dengan penempatan pelayanan kesehatan ini, kata Vonny diharapkan mampu menekan angka kematian bayi yang baru lahir.

 "Yang pertama untuk ibunya dan bayinya, sehingga dengan adanya dokter spesialis itu diharapkan bisa memperkecil angka kematian," harapnya.

Selama ini, ada faskes yang tidak memiliki dokter spesialis sehingga berdampak pada lamanya masa rujukan. Sehingga dengan adanya dokter spesialis maka pelayanan kesehatan bisa menjangkau semua masyarakat di Situbondo.

"Untuk di Jawa Timur ini hanya ada dua kabupaten yang mendapat program dokter adaptasi, yaitu di RSU Besuki, Situbondo dan Kabupaten Sampang," ujarnya.

Direktur RSU Besuki, Imam Hariyono mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi Kemenkes yang telah intens memperhatikan pelayanan unit di daerah.

"Saat ini penyebaran distribusi spesialis menjadi persoalan di semua rumah sakit. Alhamdulillah RSUD Besuki mendapat prioritas pelayanan tambahan tenaga spesialis baru," kata Imam.

Menurutnya, dengan kehadiran dokter spesialis itu maka bisa menjadi kebanggan bagi RSUD Besuki, dan diharapkan mampu menekan angka kematian ibu dan bayi  dan stunting di Situbondo.

Keberadaan dokter spesialis di RSUD Besuki, kata Imam, memang sudah distandarisasi yaitu harus harus ada dua spesialis Obgyn. "Dua dokter spesialis itu sudah cukup, meski nantinya mungkin dibutuhkan penambahan personel," pungkasnya. *****

 

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved