Berita Mojokerto

Kenaikan Harga Cabai Rawit Juli 2024 Picu Inflasi di Kabupaten Mojokerto

Bappeda Kabupaten Mojokerto menyatakan penyumbang inflasi terbesar pada pertengahan 2024 masih didominasi kenaikan komoditas pangan, terutama cabai

Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: irwan sy
mohammad romadoni/surya.co.id
Ilustrasi - Petani cabai di Dawarblandong Kabupaten Mojokerto. 

SURYA.co.id | MOJOKERTO - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Mojokerto menyatakan penyumbang inflasi terbesar pada pertengahan tahun 2024 masih didominasi kenaikan komoditas pangan, terutama lonjakan harga cabai rawit.

"Inflasi bulan Juli 2024, paling tinggi dipengaruhi kenaikan harga cabai rawit," kata Kepala Bappeda Kabupaten Mojokerto, Bambang Eko Wahyudi, Senin (5/8/2024).

Menurut Bambang, hasil survei di lapangan yang dilakukan Tim TPID (Pengendalian Inflasi Daerah), bahwa kenaikan harga komoditas cabai rawit disebabkan minimnya pasokan di pasaran.

"Akibat musim kemarau yang dapat menyebabkan tanaman cabai mengering dan gagal panen. Dampaknya penurunan pasokan dari sentra produksi cabai rawit, yang mempengaruhi pergerakan inflasi di Kabupaten Mojokerto," ungkapnya.

Ia mengungkapkan justru inflasi di Kabupaten Mojokerto mengalami penurunan dibandingkan, pada Juni 2024 lalu.

"Pada bulan Juli 2024, Kabupaten Mojokerto mengalami inflasi 0,01 persen. Terjadi penurunan dari bulan Juni 2024, yang mengalami inflasi 0,12 persen," cetusnya.

Dikatakan Bambang, adapun komoditas utama yang berdampak terjadinya inflasi adalah cabai rawit, sekolah dasar, telur asin, tempe, wortel.

Buku tulis bergaris, kentang, mie kering instan, sekolah menengah pertama dan emas perhiasan.

Sedangkan, komoditas mengalami penurunan harga rata-rata dari bulan lalu yakni, bawang merah, beras, telur ayam ras, daging ayam ras, gula pasir, cabai merah, tomat sayur, udang basah, kelapa dan genteng.

"Komoditas penyumbang deflasi tertinggi adalah bawang merah. Karena peningkatan pasokan akibat musim panen. Kondisi ini tentu memberikan dampak positif, bagi konsumen namun berpotensi merugikan petani, sehingga perlu upaya bersama dari pemerintah, petani, dan pelaku usaha untuk menjaga stabilitas harga dan kesejahteraan petani," bebernya.

Ditambahkannya, Pemda telah bersiap menghadapi kenaikan harga pangan dengan menggelar operasi pasar murah.

Diharapkan, kenaikan harga pangan tidak terlalu signifikan yang berpotensi terhadap laju inflasi di Bumi Majapahit ini.

Meski begitu, pihaknya telah berupaya untuk stabilisasi harga pangan agar inflasi stabil di setiap tahunnya.

"Laju inflasi tahun kalender (kumulatif) Kabupaten Mojokerto, dari Januari 2024 sampai bulan Juli 2024 sebesar 1,26 persen. Inflasi tahun ke tahun (YoY) periode Juli 2023 hingga Juli 2024 sebesar 2,21 persen," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved