Berita Viral
Kisah Pilu Yusran Ditinggal Ayah Selamanya saat Ikut Seleksi Paskibraka Nasional, Sempat Dilema
Kisah pilu datang dari salah satu calon paskibraka nasional, Muhammad Yusran Ar-Razzaq. Ayahnya meninggal saat ia ikut seleksi paskibraka nasional.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id - Kisah pilu datang dari salah satu calon paskibraka nasional, Muhammad Yusran Ar-Razzaq.
Yusran ditinggalkan oleh ayahnya untuk selama-lamanya saat ia mengikuti seleksi.
Ayahnya meninggal saat Yusron mengikuti seleksi administasi di tingkat Provinsi.
Diketahui, Siswa SMA Negeri 1 Tapaktuan itu terpilih mewakili Provinsi Aceh dan bergabung bersama tim Paskibra se-Indonesia pada peringatan hari Proklamasi di Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 17 Agustus 2024.
Namun, perjuangan Yusran tidak mudah. Selain latihan yang harus dijalani dengan konsisten dan disiplin penuh, juga ada derai air mata yang bercampur bersama keringatnya.
Baca juga: Penyebab Kristianie Batal Ikut Seleksi Paskibraka Nasional Meski Nilai Tinggi, BPIP Beber Hasil Tes
Sang ayah meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin atau RSUZA Banda Aceh saat ia menjalani seleksi administrasi di tingkat Provinsi Aceh.
Pemuda kelahiran Tapaktuan 23 Juni 2008 ini dilanda dilema yang berat, antara mewujudkan mimpinya atau pulang ke ke Aceh Selatan untuk mengantar jenazah sang ayah (Alm Tgk Anis Ds) yang selama ini telah merawatnya sejak kecil hingga remaja.
"Sedih, saat itu saya berjaga semalaman menemani ayah yang sedang sakit, saya mengaji dan membaca doa, namun Allah berkehendak lain, ayah meninggal dunia pada 6 Mei 2024 di Rumah Sakit Zainoel Abidin," ungkapannya, melansir dari Serambinews.
Namun saat itu, tekad dan dukungan ibu, teman-teman, sanak famili serta dewan guru memberi energi baru untuk Yusran terus berjuang dan bertahan mengikuti seleksi
Saat bersamaan dengan musibah itu, Yusran harus ikut seleksi administrasi, dan berpamitan kepada almarhum serta menyampaikan pesan terakhir kepada abahnya atau ayahnya itu.
"Bah, semoga Abah tenang di alam sana, doa kan adek (Yusran) lulus seleksi di sini dan dapat membanggakan Abah serta keluarga.
Maafkan kesalahan adek," ungkap Yusran dengan mata agak terbata - bata.
Baca juga: Nasib Kristianie, Peraih Nilai Tertinggi yang Batal Ikut Seleksi Paskibraka Nasional karena Diganti
Perjuangan dan tekadnya tak sia - sia, kini Muhammad Yusran Ar-Razzaq terpilih mewakili Provinsi Aceh dan bergabung bersama tim Paskibra se-Indonesia di peringatan hari proklamasi di Ibu Kota Negara (IKN) pada 17 Agustus 2024 mendatang.
Diberitakan sebelumnya, Muhammad Yusran Ar-Razzaq, siswa SMA Negeri 1 Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan lolos jadi Calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Tingkat Pusat.
Yusran nantinya akan mewakili Provinsi Aceh dan bergabung bersama tim Paskibra se-Indonesia pada peringatan Hari Proklamasi di Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur, 17 Agustus 2024 mendatang.
Hal itu diketahui berdasarkan Surat Badan Pembina Ideologi Pancasila Deputi Bidang Pendidikan dan Latihan, Nomor 55/PE.00.04/06/2024)- tertanggal 21 Juni 2024, Lampiran 1,Tentang Verifikasi Calon Paskibraka Tingkat Pusat Tahun 2024.
Yang menyatakan, Muhammad Yusran Ar-Razzaq dan Dzawata Maghfura Zukhri lulus sebagai calon Paskibraka
Perjuangan Yusran kelahiran Tapaktuan 23 Juni 2008 anak dari pasangan Tgk Anis Ds (almarhum) dan Surnida itu cukup panjang.
Sebelum dinyatakan lolos, ia mengikuti proses tahapan seleksi dan latihan mulai tingkat Kabupaten hingga Provinsi
Di sekolahnya Yusran dilatih oleh Farhan seorang pelatih yang juga berkerja sebagai Satuan Pengamanan (Satpam) di SMA N 1 Tapaktuan
"Awalnya saya mengikuti latihan di sekolah untuk mengikuti seleksi tingkat Kabupaten, dalam sehari - hari saya dilatih oleh Bapak Farhan yang juga Satpam di Sekolah kami," ungkapnya
Yusran bersama rekan lainnya dari SMAN 1 Tapaktuan yang berjumlah 25 tersebut dilatih oleh Farhan dan mengikuti seleksi tingkat Kabupaten Aceh Selatan, dari 25 peserta yang mengikuti seleksi 18 orang dinyatakan lolos.
"18 orang dinyatakan lolos seleksi, salah satunya saya, saya dinyatakan lulus seleksi untuk mengikuti tahap seleksi ditingkat Provinsi, sedangkan 17 rekan saya menjadi Paskibraka tingkat Kabupaten di Aceh Selatan," jelasnya
Dikatakan Yusran, dari tingkat Kabupaten dirinya didampingi oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Aceh Selatan dan ditingkat Provinsi didampingi oleh Kesbangpol Aceh.
"Upaya kerja keras dan doa orang tua serta dukungan dari Kepala Sekolah, dewan guru, pelatih dan Pemkab Aceh Selatan, alhamdulillah saya dinyatakan lolos," ungkapnya
Yusran juga menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan mensuport dirinya
"Terimakasih kepada kedua orang tua saya, dukungan dari Kepala Sekolah, dewan guru, pelatih dan Pemkab Aceh Selatan serta teman - teman seperjuangan," ucap Yusran
Sementara itu, Kepala SMA Negeri 1 Tapaktuan menyampaikan apresiasi dan ucapan selamat kepada Yusran yang telah mengharumkan Sekolah dan Kabupaten Aceh Selatan serta Provinsi Aceh
"Kita berharap Yusran dapat menjadi anggota paskibraka yang tangguh, kuat, disiplin, bertanggungjawab dan berakhlaq mulia," pungkasnya.
Sebelumnya, ada juga sosok Tung Aulia Delfi Safitri, anggota pasukan pengibar bendera (paskibraka) asal Klaten, meninggal dunia.
Anggota paskibraka Tung Aulia Delfi mengembuskan napas terakhir pada Rabu (9/8/2023).
Kabar meninggalnya Tung Aulia Delfi anggota paskibraka mengejutkan keluarga dan rekan-rekannya.
Pasalnya sebelum meninggal dunia, Aulia, sapaan akrabnya masih menjalani latihan seperti biasanya.
Ia juga sempat bermain dengan teman-temannya dan makan bersama.
Sekitar satu jam sebelum dinyatakan tidak bernyawa, Tung Aulia Delfi merasakan pusing.
Ia pun dilarikan ke puskesmas dan dinyatakan meninggal dunia.
Tung Aulia Delfi merupakan anggota paskibraka Kapanewon Gedangsari, Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Ia merupakan pelajar SMK Negeri 2 Gedangsari.
Dirinya tutup usia pada 16 tahun setelah merasakan pusing.
Aulia meninggal dunia di Puskesmas Bayat yang jaraknya kurang lebih 1 kilometer dari rumahnya.
Kepergian Aulia mengejutkan keluarga dan teman-temannya.
Pasalnya pada hari itu, Aulia masih melakukan aktivas seperti biasanya.
Kabar meninggalnya Aulia dibenarkan oleh Kapolsek Gedangsari AKP Suryanto.
"Iya pagi (Rabu 9 Agustus 2023) ikut latihan dan sore hari di rumahnya sakit mendadak dan meninggal dunia," kata Kapolsek Gedangsari AKP Suryanto, saat dihubungi melalui telepon, pada Kamis (10/8/2023), dilansir Surya.co.id dari Kompas.com.
Dia mengatakan, Aulia yang merupakan pelajar kelas XI SMK N 2 Gedangsari, sudah dua tahun ikut anggota paskibra Kapanewon Gedangsari.
Tahun lalu berjalan sukses dan lancar.

Setiap hari, puluhan anggota paskibra menjalani latihan, di lapangan Hargomulyo, Gedangsari dan selesai pukul 11.00 WIB.
"Tidak ada keluhan, saya juga kaget dan kehilangan," kata dia.
Suryanto mengatakan, Aulia dimakamkan hari ini di pemakaman umum Padukuhan Bogem, Kalurahan Bogem, Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah.
"Tadi siang dimakamkan, di pemakaman dekat rumahnya," kata dia.
Untuk anggota paskibra yang lain tetap latihan mempersiapkan diri untuk memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sementara itu, pihak keluarga mengatakan bahwa sebelum meninggal, Aulia sempat makan bersama teman-temannya.
Relawan desa, Suripto (50), mengatakan bahwa Aulia menyantap mie ayam setelah latihan.
"Kemarin itu masih mengikuti (Latihan) terus pulang jam 14.00 atau jam 15.00 WIB, terus main sama temannya, beli mi ayam, makan di situ," katanya, dilansir Surya.co.id dari TribunSolo.com.
Sekitar magrib, Tung Aulia Delfi langsung mengalami pusing.
Sekitar 18.30 WIB, korban langsung dilarikan ke Puskesmas Bayat dengan mobil pribadi,
Tung Aulia dinyatakan meninggal dunia oleh bidan setempat sekira pukul 19.15 WIB.
Dia menambahkan, sebelumnya tak ada keluhan masalah kesehatan pada Aulia.
Sementara itu, Pelaksana harian (Plh) Dinkes Klaten, Anggit Budiarto mengatakan sudah mendapatkan rekamedis pemeriksaan terhadap Aulia.
Setibanya di Puskesmas Bayat, Tung Aulia Delfi sudah dalam kondisi tak sadarkan diri.
"Dari CCTV itu, 7 menit itu sudah flat (monitor alat pendeteksi jantung)," tambahnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Kisah Haru, Capaska Asal Aceh Selatan, Ayah Meninggal Saat Dirinya Ikut Seleksi Paskibraka Nasional.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.