Berita Viral

Nasib Naufal Penyandang Tuli yang Dipaksa Lepas Alat Bantu Dengar saat UTBK SNBT, Sempat Dikira Joki

Begini nasib penyandang Tuli bernama Naufal yang paksa lepas alat bantu dengar saat UTBK SNBT. Dikira joki

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kolase X/Canva
Cuitan Naufal, penyandang Tuli di media sosial X 

Naufal melanjutkan, pihak pelaksana SNBT tidak menyediakan ruang tes khusus bagi orang-orang dengan tunarungu.

Meski begitu, ada ruangan khusus bagi mereka yang tidak bisa melihat atau tunanetra dan tunadaksa atau tidak memiliki anggota tubuh sempurna.

"Iya betul, opsi tunarungunya tidak ada," tegas dia.

Karena itu, dia akhirnya mengerjakan tes di ruangan UTBK biasa bersama dengan peserta lain yang tidak mengalami kondisi khusus.

Padahal, Naufal tidak bisa mendengar lagi akibat koklea atau rumah siput di telinganya pernah terbakar saat dia demam tinggi. Kedua telinganya kini tidak bisa mendengar dengan frekuensi atau gelombang pendengaran berbeda.

Untuk bisa mendengar, Naufal harus periksa ke dokter spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan (THT) dan membeli alat bantu dengar yang harganya bisa mencapai Rp 12 juta.

Penjelasan dokter THT

Dokter spesialis THT dari RSIA Anugerah Semarang, Alberta Widya Kristanti membenarkan penderita tunarungu dapat mengalami gangguan saat ABD-nya dilepas.

"Mereka jadi tidak bisa mendengar (sehingga) kesulitan komunikasi," ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa.

Menurut Berta, penderita tunarungu yang tidak memakai ABD juga akan mengalami hambatan dalam bersosialisasi dengan orang lain. Mereka hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat karena tidak bisa mendengar.

Untuk mendapatkan ABD, lanjutnya, penderita harus melakukan tes pendengaran bersama dokter. Jika terindikasi tunarungu, dia akan dipasang ABD sesuai kondisi pendengarannya.

Terpisah, dokter THT RSCM Jakarta, Tri Juda Airlangga menambahkan, telinga penderita tunarungu tanpa ABD akan berdengung. Hal ini juga dialami jika alat yang dipakai tidak diatur dengan benar.

"Hubungan komunikasi dengan sekitar jadi tidak baik. Dia tidak bisa mendengar instruksi-instruksi," lanjut dia saat dihubungi Kompas.com, Selasa.

Penderita tunarungu, tambahnya, juga perlu memeriksa kondisi alat bantu dengarnya agar tidak kotor atau diatur ulang sesuai masalah pendengaran. Ini untuk menghindari iritasi telinga.

Terkait penderita tunarungu diminta lepas ABD, Tri Juda menyatakan panitia UTBK seharusnya memastikan alat itu memang digunakan untuk membantu pendengaran. Pasalnya, ada orang yang memang akan terganggu jika tidak memakai ABD.

"Mungkin jadi tidak fokus karena biasanya mendengar instruksi tapi jadi tidak jelas (saat melepas ABD)," imbuh dia.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved