SURYA Kampus

Kisah Kakek Made Tawa Berjuang Lulus S1 di Usia 81 Tahun, Harus Dibantu Berjalan saat Ujian Proposal

Kakek Made berhasil diwisuda sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi, Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Bali. Ini sosoknya

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kompas.com
Kakek Made Tawa 

SURYA.CO.ID - Di usia yang tak lagi muda, Kakek Made Tawa masih bersemangat menempuh kuliah jenjang sarjana.

Terbukti, Kakek Made akhirnya berhasil diwisuda sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi, Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Bali, Kamis (30/5/2024).

Ia lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,35. Sekaligus dinobatkan sebagai wisudawan tertua di kampus tersebut.

Sosok Kakek Made

Pensiunan pegawai Telkom di Kota Denpasar, Bali ini memantapkan hatinya untuk menempuh pendidikan sekolah tinggi meski usianya tidak lagi muda.

"Kuliah di usia lanjut memberikan tantangan tersendiri, namun saya yakin bahwa pelajar tidak mengenal usia," ujarnya saat dihubungi, Jumat (31/5/2024), dikutip dari Kompas.com.

Baca juga: Sosok Jotti Karunawan Lulus S3 ITB IPK 3.98, Wisudawan Berprestasi Berkat 10 Jurnal Internasional

Keputusannya itu pun didukung oleh istri tercinta, Ni Ketut Winasih, serta anak dan menantunya.

"Dukungan dari keluarga menjadi motivasi terbesar saya untuk menyelesaikan pendidikan ini," sambungnya.

Made Tawa memulai studi sarjana pada tahun 2019.

Setelah menempuh pendidikan selama lima tahun, ia dinyatakan lulus.

Semangatnya belajar tidak surut meski ia harus menghadapi berbagai keterbatasan fisik.

Dalam perjalanan menjelang akhir studi Made Tawa sempat terserang stroke ringan.

Bahkan ketika ujian proposal, anak dan dosen pembimbing harus memapahnya ketika hendak masuk ruang ujian.

Ia menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Dampak Pelatihan Customer Service dengan Pendekatan Jendela Johari terhadap Kualitas Komunikasi Interpersonal dan Kepuasan Pelanggan di PT Telkom”.

Karya ilmiah ini mengkaji dampak pelatihan layanan pelanggan dengan pendekatan Jendela Johari, sebuah model psikologi komunikasi.

Capaian ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi keluarga besarnya.

Made Tawa adalah ayah dari 10 anak, kakek dari 40 cucu, dan sudah memiliki seorang cicit.

Ia juga ingin menjadi contoh semangat menempuh pendidikan bagi anggota keluarga besarnya.

"Kenapa saya masih semangat untuk kulah, saya ingin memberi contoh pada anak saya. Dan memang mereka semuanya sudah menuntaskan kuliahnya," kata Tawa.

Setelah meraih gelar sarjana ilmu komunikasi, Made Tawa berencana akan melanjutkan kuliah magister atau S2.

Ia berencana akan mengambil jurusan yang mempelajari teologi Hindu. Hal ini disebutnya untuk memperdalam lagi ilmu agama di usianya yang sepuh.

"Saya sudah berjanji pada diri sendiri, kalau Tuhan memberi izin saya umur panjang, saya akan lanjut ke S2," tuturnya.

Jadi Inspirasi

Ketua STAH Negeri Mpu Kuturan, I Gede Suwinia menyampaikan pencapaian Made tawa adalah inspirasi.

Kisah Made Tawa membuktikan bahwa semangat untuk belajar tidak pudar oleh usia. Ia pun menyebut wisuda kali ini menjadi momen bersejarah bagi STAH Negeri Mpu Kuturan.

Dengan Made Tawa sebagai simbol dari dedikasi dan ketekunan dalam menuntut ilmu pengetahuan.
"Beliau adalah inspirasi bagi kami semua bahwa semangat belajar tidak mengenal batasan usia. Pencapaian ini menunjukkan bahwa dengan tekad yang kuat, segala sesuatu bisa diraih," ujar dia.

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved