Taiwan Minta Dukungan Indonesia untuk Bergabung Dalam WHO/WHA dan Perjanjian Pandemi
WHO pasti dapat membangun kerangka kesehatan global yang lebih komprehensif dengan partisipasi dan kontribusi Taiwan.
Penulis: Adrianus Adhi | Editor: Titis Jati Permata
Oleh Isaac Chiu
Director General of Taipei Economic and Trade Office in Surabaya
SURYA.CO.ID, SURABAYA - World Health Assembly (WHA) ke-77 mendatang yang diadakan di Jenewa, Swiss pada tanggal 27 Mei hingga 1 Juni akan menjadi acara penting bagi setiap penduduk Desa Global.
Para pemangku kepentingan di berbagai negara akan berkumpul dalam acara luar biasa ini untuk berdiskusi dan menyimpulkan Perjanjian Pandemi World Health Organization (WHO).
Perjanjian tersebut akan mendokumentasikan tujuan untuk memandu dan mengoordinasikan seluruh upaya internasional dalam mencegah, mempersiapkan dan melawan wabah pandemi di masa depan.
COVID-19 telah diakhiri sebagai darurat publik global oleh WHO pada bulan Mei 2023. Pertanyaannya adalah apakah Desa Global siap menghadapi krisis kesehatan masyarakat berikutnya.
Setiap negara telah memperhatikan situasi COVID-19 di berbagai tingkat, baik layanan kesehatan maupun administrasi, dan hal ini tidak berbeda dengan Indonesia dan Taiwan.
Namun, hal ini membutuhkan kerja sama tim untuk melawan pandemi global karena aksesibilitas dan jangkauan di setiap Desa Global.
Kami kecewa karena Taiwan dikecualikan dari jaringan WHO yang dianggap “global” karena pertimbangan politiknya yang tidak masuk akal.
WHO pasti dapat membangun kerangka kesehatan global yang lebih komprehensif dengan partisipasi dan kontribusi Taiwan.
Pelayanan kesehatan tidak boleh menjadi hal yang sulit untuk dilakukan oleh siapa pun yang hidup di planet kita, dan hal ini memang seharusnya dilakukan sebagaimana ditetapkan oleh WHO sebagai landasan utamanya.
Taiwan dan 23 juta penduduknya masih memiliki kesenjangan geografis dan sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan keamanan kesehatan global.
Pandemi di masa depan tidak mungkin hanya terjadi di dalam satu negara saja, sehingga upaya bersama dari semua anggota tidak boleh sia-sia dan menjadi celah bagi pandemi ini untuk menyebar.
Saat ini penting untuk menerapkan pengalaman pandemi COVID-19 untuk mengembangkan kerangka kerja kolaborasi global yang lebih koheren dan kohesif. Itu sebabnya Desa Global membutuhkan Perjanjian Pandemi WHO.
Penyakit tidak pernah bersifat diskriminatif; komunitas internasional harus mempunyai sikap yang sama ketika menangani masalah kesehatan global. Oleh karena itu, Perjanjian Pandemi WHO tidak mempunyai alasan untuk mengecualikan Taiwan.
Dalam menghadapi pandemi COVID-19, Taiwan telah memenuhi tugasnya sebagai anggota Desa Global yang bertanggung jawab untuk berjuang dalam perjuangan berat, dan terlebih lagi menyediakan peralatan medis untuk membantu banyak mitra lain dalam mengkonsolidasikan garis pertahanan.
ASUS Agresif Kenalkan Laptop AI Terbaik dan Inovasi Teknologi Terkini di Jawa Timur |
![]() |
---|
TAMAT! Politik Wahyudin Anggota DPRD Gorontalo Usai Mabuk, Bawa Selingkuhan Dan Celometan Viral |
![]() |
---|
Tawarkan Rumah Premium Kluster Organica, Royal Residence Optimistis Respon Konsumen Positif |
![]() |
---|
Kekayaan Hasan Nasbi, Eks Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan yang Kini Jabat Komisaris Pertamina |
![]() |
---|
Breaking News - Pria di Pacitan Bunuh Keluarga Mantan Istri, 1 Orang Tewas dan Anak Menghilang |
![]() |
---|