SURYA Kampus

Sosok Gadis Bondowoso yang Jadi Lulusan Termuda ITS Surabaya, Dulu Masuk SD di Usia 4 Tahun

Inilah sosok Giselle Hage, gadis asal Bondowoso, Jawa Timur yang kini jadi lulusan termuda ITS Surabaya. Dulu Masuk SD di Usia 4 Tahun.

laman ITS
Giselle Hage, gadis Bondowoso yang jadi lulusan termuda ITS Surabaya. 

SURYA.co.id - Mulai masuk SD di usia 4 tahun membuat Giselle Hage selalu menjadi pelajar termuda di setiap jenjang pendidikan.

Hingga baru-baru ini, gadis asal Bondowoso, Jawa Timur itu berhasil lulus dari ITS Surabaya dan menyandang predikat lulusan termuda.

Wisudawan Jurusan Teknik elektro ITS itu masih berusia 19 tahun 9 bulan.

Melansir dari laman resmi ITS, Giselle gemar melakukan eksplorasi alat mikrokontroler sejak masih SMA.

Hal ini juga yang mendasari Giselle mendaftar ke Departemen Teknik Elektro ITS.

Baca juga: Biodata Muhammad Burhanudin Alumni ITS Surabaya yang Meninggal Jelang Wisuda, Ini Prestasinya

Minatnya pada sistem kontrol juga dituangkan ke dalam tugas akhir yang berjudul "Kontrol Pembagian Tugas Multiagen Menuju Multitarget dengan Penghindaran Halangan menggunakan Artificial Potential Field".

"Pada dasarnya, penelitian ini mengatur bagaimana sistem mengambil keputusan secara otomatis berdasarkan kondisi yang diberikan," kata dia.

Giselle lulus dengan IPK 3,71 dan menerima beasiswa fast track untuk melanjutkan studi jenjang magister Teknik Sistem Kontrol ITS. Beasiswa ini mendorongnya menyelesaikan studi lebih cepat.

Selain aktif dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro ITS bidang ilmu keprofesian, Giselle juga menjadi asisten laboratorium.

Pada tahun ketiga, dia bergabung sebagai asisten praktik di Laboratorium Sistem dan Sibernetika Departemen Teknik Elektro ITS.

Dia dan rekan-rekannya membimbing serta menyediakan alat bantu praktikum untuk mahasiswa.

Giselle bercerita, dia sudah duduk di bangku SD sejak masih 4 tahun di SD Dabasah 2 Bondowoso. Ini tak lepas dari kemampuan membaca dan menghitung di usia dini.

Baca juga: Kisah Burhanudin Alumni ITS Surabaya yang Meninggal Jelang Wisuda, Momen Penyerahan Ijazah Haru

"Waktu itu aturan terkait usia minimal belum terlalu ketat, jadi bisa didaftarkan sebagai siswa SD di usia belia," kata dia.

Dikatakannya melalui rilis ITS, Giselle mengaku selalu menjadi pelajar termuda di antara rekan-rekannya di setiap jenjang pendidikan.

Walau begitu, ini tak menghalanginya untuk bisa cepat beradaptasi dan mengembangkan potensi.

Giselle berharap pengalaman yang didapat selama kuliah bisa membantu kariernya ke depan.

Dia bertekad untuk terus konsisten mengembangkan potensi agar bisa bermanfaat dalam bidang ilmunya.

"Selama melanjutkan studi di ITS, saya akan terus mengembangkan diri di tempat (ITS, red) ini," pungkasnya.

Sebelumnya, kisah inspiratif juga datang dari mahasiswi Universitas Brawijaya (UB) Malang, bernama Alvinda Putri Ruriana.

Alvinda, yang menjadi wisudawan periode XIV, Minggu (10/3/2024), dinyatakan menjadi lulusan termuda.

Mahasiswi program studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) ini lulus di usia 20 tahun.

Ia menyelesaikan masa studi 3 tahun 2 bulan. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang diraih pun cukup besar, yakni 3,62.

Kelulusan di usia muda itu dipengaruhi oleh masa studi Alvinda di MAN 1 Kota Kediri.

Saat SMA, ia mengikuti program akselerasi sehingga hanya menjalani masa belajar selama 2 tahun.

"Alhamdulillah sangat senang. Lulus tiga setengah tahun termasuk salah satu target saya, dan bersyukur malah bisa lulus 3 tahun 2 bulan," kata Alvinda, dikutip dari laman resmi UB, Selasa (12/3/2024).

Selain lulus dalam waktu kurang dari 3,5 tahun, Alvinda juga berhasil lulus tanpa mengerjakan skripsi.

Sebab, dia mengambil jalur publikasi jurnal sebagai pengganti skripsi untuk syarat kelulusan.

"Saya menulis artikel jurnal sejak semester 5, dan berhasil dipublikasi di jurnal nasional terakreditasi SINTA 2 pada semester 7," ujarnya.

Alvinda Putri Ruriana
Alvinda Putri Ruriana (Kolase UB Malang/LinkedIn)

"Setelah itu saya langsung mengajukan penyetaraan skripsi, sehingga tidak perlu mengikuti sidang kompre dan rangkaian prosedur skripsi reguler," lanjut dia.

Dalam jurnal penelitiannya, Alvinda mengangkat topik "Keterwakilan Perempuan dan Partai Politik."

Tema ini dipilih berdasarkan ketertarikannya dengan isu gender di lingkungan sekitar, sementara partai politik menurutnya merupakan jalur umum untuk menjadi pembuat keputusan melalui dan perubahan kebijakan berkaitan dengan gender.

Sayangnya jurnal itu ditolak, hingga akhirnya baru diterima ketika membuat jurnal kedua yakni "Jurnal Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review (IPSR) Unnes".

Baca juga: Sosok Alvinda Putri Ruriana, Wisudawan Termuda UB Malang yang Lulus Tanpa Skripsi di Usia 20 Tahun

"Sempat ditolak jurnal pertama, akhirnya tulisan saya diterima di Jurnal Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review (IPSR) Unnes. Artikel jurnal inilah yang menjadi pengantar kelulusan saya," ujarnya.

Selama kuliah, Alvinda aktif menjadi asisten dosen (asdos) pada proyek penelitian dan pengabdian masyarakat, serta beberapa penelitian di luar kampus.

Ia juga tergabung dalam unit kegiatan riset di fakultas. Alvinda mengaku senang karena para dosen terbuka dalam mengikutsertakan mahasiswa pada penelitian dan program pengembangan.

Hingga Alvinda bisa tumbuh dan belajar dari bimbingan para guru tersebut dan memunculkan penguatan keilmuan dalam aktivitas nyata.

Kini, Alvinda sudah bekerja di perusahaan riset dan konstruksi, ia juga masih aktif meneliti tentang perempuan, gender, dan politik di Veritas Institute of Politics.

"Saya ingin melanjutkan karir akademik saya dengan menjadi peneliti dan konsultan riset," pungkasnya.

Selepas kuliah, Alvinda diketahui bekerja sebagai Human Resources Director (HRD) di PT Indo Struktura Sakti.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved