Berita Viral

Totalitas Mahasiswi Wisuda Keluarkan Biaya Rp 14,5 Juta, Sewa MUA hingga Candi: Gak Ada Salahnya

Totalitas seorang mahasiswi dalam acara wisuda viral di media sosial. Rela keluarkan biaya untuk sewa MUA hingga Candi Ratu Boko.

kolase TikTok
Kolase foto Mahasiswi Wisuda Keluarkan Biaya Rp 14,5 Juta, Sewa MUA hingga Candi. 

SURYA.co.id - Totalitas seorang mahasiswi dalam acara wisuda viral di media sosial.

Pasalnya, mahasiswi tersebut rela mengeluarkan biaya hingga Rp 14,5 juta.

Ia pakai untuk menyewa MUA hingga Candi Ratu Boko untuk foto.

Ia membagikan biaya yang ia habiskan untuk wisuda di akun TikTok miliknya, @nranvta rela.

Baca juga: Momen Haru Anak Tukang Ojek Lulus Kedokteran Unhan, Ayah Hadir Online, Kakak Meninggal Jelang Wisuda

Berikut rangkuman faktanya melansir dari Tribun Trends.

1. Rincian Biaya

Dalam video yang ia bagikan, ia membagikan rincian biaya yang ia keluarkan untuk dipakai saat wisuda.

Ia mengenakan kebaya dan selendang khusus yang didesain langsung dari desainer dengan harga sekitar Rp 4,9 juta.

Sedangkan rok batiknya seharga Rp 1,7 juta.

Selain busana, pemilik akun juga menyewa MUA dengan biaya Rp 1,2 juta.

Untuk menyempurnakan penampilannya, ia juga menambahkan eyelash estention dengan harga Rp360 ribu.

Untuk alas kaki, ia pilih high heels transparan dengan aksen payet harga 1,8 juta.

Sedangkan hijabnya seharga Rp85 ribu.

Selesai acara wisuda, mahasiswa dari Universitas Ahmad Dahlan ini memilih Candi Ratu Boko untuk spot foto wisuda.

Biaya yang harus ia keluarkan mulai dari sewa jasa foto dan urus surat izin totalnya Rp1,5 juta.

Dia juga berfoto di kampus dengan biaya Rp400 ribu.

Menambah kemewahan, ia membawa shoulder bag dari brand lokal dengan harga Rp800 ribu.

2. Sebut Tak Ada Salahnya

“Saya berpakaian semampu saja, nggak ada yang bilang kebaya paling mahal dan bagus, malu sama yang lebih dari saya.

Saya pikir nggak ada salahnya selagi saya gak nyusahin orang lain,” tulisnya dalam keterangan.

3. Banyak yang Menyayangkan

Sontak saja postingan tersebut viral di media sosial dan menjadi sorotan.

Tak sedikit yang menyayangkan keluaran biaya yang cukup banyak tersebut.

Banyak pula yang mengatakan yang terpenting adalah momen setelah wisuda yakni mencari pekerjaan.

Ibu Wisudawan Untag Surabaya Hadiri Prosesi Wisuda Mendiang Anaknya

Tumini, membawa foto anaknya, Rendi Dwi Hermawan, salah satu peserta wisuda yang meninggal dunia bersama rektor Untag Surabaya, Prof Mulyanto Nugroho dalam wisuda Universitas 17 Agustus 1945 (Untag).
Tumini, membawa foto anaknya, Rendi Dwi Hermawan, salah satu peserta wisuda yang meninggal dunia bersama rektor Untag Surabaya, Prof Mulyanto Nugroho dalam wisuda Universitas 17 Agustus 1945 (Untag). (sulvi sofiana/surya.co.id)

Baru-baru ini juga viral Tangisan haru mewarnai prosesi wisuda Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya akhir pekan ini.

Tak hanya karena 1.209 wisudawan dalam Wisuda ke-128 ini, tetapi karena Rendi Dwi Hermawan, salah satu mahasiswa Untag, meninggal dunia menjelang wisuda.

Ibu Almarhum Rendi, Tumini, membawa foto anaknya berjalan memasuki area wisuda dan menghampiri Rektor Untag Surabaya, Prof Mulyanto Nugroho, yang berada di atas podium.

Dengan diiringi rangkaian video perjuangan Rendi menyelesaikan studinya, Tumini menerima pengukuhan putra bungsunya sebagai Sarjana Teknik Informatika.

“Saya mengucapkan turut berbelasungkawa sekaligus mengucapkan selamat atas kelulusan Ananda Rendi Dwi Hermawan. Semoga arwahnya diterima Allah SWT,” ucap Prof Nugroho sambil menahan air matanya, Sabtu (2/3/2024).

Seusai turun dari podium, Tumini dan keluarga tak kuasa menahan tangis.

Bahkan tak sedikit dari para tamu undangan turut meneteskan air matanya.

“Air mata ini bukan air mata sedih, tapi air mata bangga, karena semua sudah terlaksana,” tutur Tumini.

Sedangkan Ringga, kakak dari Rendi mengaku jika di masa akhir hidipnya adiknya sangat bertekad ingin mendaftar wisuda.

Pihak keluarga sangat ingin mewujudkan prosesi wisuda untuk adiknya tersebut.

“Waktu masuk ICU, pesannya, aku ingin wisuda. Waktu masuk UGD pertama juga bilang aku anterin wisuda mbak. Bilang ke masnya juga begitu,” tutur Ringga.

Ia mengaku bangga memiliki adik seperti Rendi yang supel dan aktif di perkuliahan.

Bahkan adiknya tidak pernah mengeluh meskipun harus menempuh perjalanan jauh setiap harinya ke kampus dari Jetis, Kabupaten Mojokerto ke kampus Untag Surabaya untuk mengikuti pengukuhan Rendi sebagai.

Dikatakannya, Rendi sendiri dinyatakan meninggal dunia seusai divonis gagal ginjal oleh dokter.

Ia menghembuskan napas terakhirnya usai mendapatkan perawatan intensif selama dua hari di rumah sakit.

“Terima kasih untuk dosen-dosen Untag yang telah membantu adik saya. Selama ini kalau adik saya ada salah, kami benar-benar mohon maaf sebesar-besarnya,” tutup Ringga.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved