Hikmah Ramadhan

Berpuasa Dari Aktivitas Digital Untuk Meraih Kesehatan Mental

Ia bisa melahirkan mental a-sosial, cuek lingkungan sekitar, bahkan melemahkan kekuatan ikatan keluarga. Dunia ruhani terdampak.

Editor: Deddy Humana
istimewa
M Sururi Arrumbani/Ketua Komisi Infokom MUI Jatim 

Manusia sudah menjalankannya seperti robot. Sudah dikendalikan oleh media sosial dari bangun tidur sampai tidur lagi. Dunia digital menjadi dunia ketiga, selain dunia ini dan akhirat kelak. Ada dunia nyata, dunia gaib dan dunia maya.

Mereka yang tidak familiar dengan Facebook, bisa bermain di Twitter (X) atau Instagram dan lainnya. Bahkan mereka yang tidak suka dengan itu, masih bisa bermain di WhatsApp yang sudah menyediakan fitur-fitur baru dan beragam.

Mau status seperti X, bisa. Mau kirim link video atau berita digital juga bisa. Bahkan nonton TV juga bisa lewat HP. Manusia sudah dikepung dengan media sosial yang beragam.

Orang-orang yang nampaknya mager (malas gerak), rebahan, bisa jadi sedang berbelanja banyak barang, melebihi belanjanya di warung tetangga. Jualan barang bisa dilakukan dengan rebahan.

Media jual beli online sudah banyak alternatifnya. Bisa dilakukan kapan saja, di mana saja dan jam kapan saja. Semua online. Uang digital juga tersedia. Semua itu bisa dilakukan di dalam kamar, tiduran dan rileks.

Sekarang banyak juga jurnalis yang tidak membutuhkan kantor khusus. Mereka bisa kirim berita lewat HP, bisa dilakukan sambil ngopi dan bercengkerama dengan kawan di kafe. Informasi yang disajikan juga cepat dan diperoleh dengan cepat dari berbagai sumber mana saja.

Bahkan berita luar negeri tanpa harus datang ke lokasi. Berita-berita digital bahkan sudah menjadi sumber informasi yang mengalahkan televisi, koran cetak dan majalah. Tampilan juga keren, lebih mudah diakses oleh siapa saja.

Begitu dahsyatnya perkembangan dunia digital memengaruhi kehidupan manusia. Dulu banyak orang kesurupan atau kerasukan dari dunia gaib, saat ini kesurupan dari dunia maya. Hidupnya selama 24 jam bahkan lebih, di dunia digital.

Game-game online sering memaksa manusia lupa diri, lupa waktu. Yang terjadi kemudian adalah kesurupan dunia digital. Saat banyak yang mengalaminya. Bahkan rela tidak makan dan minum sehari penuh, seperti puasa saja. Dahsyat sekali pengaruhnya dunia digital.

Berpuasa digital ibaratnya berpuasa dari makan dan minum, serta hal-hal yang membatalkan puasa. Berpuasa digital, berarti kita dipaksa untuk tidak berinternetan atau masuk dunia digital sebanyak hari-hari biasanya.

Kalau biasa makan tiga kali sehari semalam, maka dikurangi menjadi satu. Tidak main internet selama hari biasa selain bulan Ramadhan. Ini sebenarnya berpuasa digital secara prinsip yaitu mengurangi, mengekang diri memasuki dunia digital lebih dari hari lainnya.

Pasti ada yang protes. Bagaimana itu bisa terjadi? Mustahil itu. Hidup manusia sudah sangat tergantung dunia digital, seperti diuraikan sebelumnya.

Benar. Ada pilihan lain, gunakan waktu berselancar di dunia digital hanya yang wajib saja. Yang berkaitan dengan kewajiban kerja, lakukan. Yang berhubungan langsung dengan kegiatan puasa lakukan. Selain itu, jangan. Misalnya membaca Al-Quran secara online, tadarusan online, lakukan saja.

Berpuasa butuh latihan, seperti latihan berpuasanya anak kecil. Demikian berpuasa digital, juga butuh latihan. Makan dan minum yang sudah rutin dan menjadi kebutuhan wajib, perlu dilatih berangsur dan dukungan semua pihak dalam keluarga.

Puasa digital juga demikian, butuh latihan berangsur dan dukungan pihak lain. Kalau harus berubah mendadak dan radikal, malah bisa stress dan mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Ujung-ujungnya bisa mengarah perbuatan maksiat dan dosa.

Sumber: Surya
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved